Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mencatat transaksi berjalan defisit transaksi berjalan sebesar US$ 1,6 miliar (0,1% dari PDB) pada keseluruhan 2023. Posisi ini berbalik jika dibandingkan akhir 2022, ketika RI mencatat surplus US$ 13,2 miliar.
"Perkembangan ini dipengaruhi oleh penurunan surplus neraca perdagangan barang, seiring kondisi perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas, serta permintaan domestik yang kuat," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono.
Sementara itu, transaksi berjalan mencatat defisit US$ 1,3 miliar (0,4% dari PDB) pada akhir kuartal IV-2024, sedikit meningkat dibandingkan dengan defisit US$ 1,0 miliar (0,3% dari PDB) pada triwulan sebelumnya.
Adapun, BI mengungkapkan defisit neraca jasa pada keseluruhan 2023, berkurang sejalan dengan kenaikan jumlah wisatawan mancanegara seiring pemulihan sektor pariwisata yang terus berlangsung.
Transaksi modal dan finansial tahun 2023 mencatat perbaikan signifikan dengan membukukan surplus US$ 8,7 miliar, dibandingkan dengan defisit US$ 8,7 miliar pada tahun 2022, ditopang oleh surplus investasi langsung dan investasi portofolio di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Kendati defisit, BI melaporkan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV-2023 mengalami surplus US$ 8,6 miliar.
Dia mengatakan surplus ini meningkat signifikan dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya yang mencatat defisit US$ 1,5 miliar.
"Surplus NPI tersebut ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial yang meningkat serta defisit transaksi berjalan yang tetap rendah," ujarnya.