- Pada akhir Januari 2023 nanti BEI akan mengumumkan data list saham yang masuk dalam jajaran saham LQ45 terbaru. Hal ini dilakukan karena BEI akan melakukan penyesuaian indeks LQ45 atau rebalancing. Saat ini ada 45 saham yang masuk dalam list saham LQ45 periode Agustus 2022-Januari 2023.
PT BESTPROFIT
Berdasarkan kabar di market, ada beberapa nama yang akan di geser dan menggeser list LQ45.
List saham yang berpotensi menggeser (masuk) :
- PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR)
- PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL)
- PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG)
- PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS)
- PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA)
List saham yang berpotensi digeser (keluar) :
- PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP)
- PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA)
- PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN)
- PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA)
- PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)
Beberapa saham yang diprediksi akan masuk dalam jajaranLQ45 memiliki kenaikan kinerja dalam beberapa periode. Laba ADMR naik 481% pada Q3 2022 dari Q3 2021. Hal ini disebabkan oleh kenaikan penjualan dan produksi batu bara. BEST PROFIT
BESTPROFIT
Produksi batu bara pada kuartal III-2022 mencapai 1,04 juta ton, naik 247% dari 0,30 juta ton pada kuartal III-2021, dan penjualan batu bara naik 137% menjadi 0,90 juta ton dari 0,38 juta ton pada 3Q22. Pada kuartal ini, level rata-rata kedalaman air di pelabuhan Tuhup mencapai sekitar 22 meter di atas permukaan laut sehingga ADMR memperoleh jumlah hari pemuatan tongkang yang melebihi rencana dan dapat meningkatkan volume pengiriman batu bara.
Kontraktor pertambangan ADMR, PT Saptaindra Sejati (SIS) juga menerima alat berat di kuartal ini, sehingga menopang pencapaian volume yang lebih tinggi pada kuartal ini.
MTEL juga mengalami kenaikan kinerja 18% pada kuartal III-2022 dari periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut didukung oleh naiknya pendapatan sewa dari tiga operator telekomunikasi besar Tanah Air. Secara rinci, pendapatan anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk. itu berasal dari sewa menara dari tiga operator telekomunikasi. PT BESTPROFIT FUTURES
BPFPertama, dari PT Telekomunkasi Seluler (Telkomsel) tercatat memberi andil senilai Rp 3,07 triliun, meningkat dari tahun sebelumnya Rp 2,64 triliun. Kemudian, PT Indosat Tbk memberi andil terhadap pendapatan senilai Rp 1,09 triliun, juga naik dari Rp 546,28 miliar pada September 2021. Sedangkan, pendapatan sewa menara dari PT XL Axiata Tbk., meningkat menjadi Rp 585,22 miliar dari sebelumnya Rp 509,61 miliar. Sejalan dengan naiknya pendapatan, perolehan EBITDA Mitratel juga mengalami kenaikan sebesar 15,7% menjadi Rp 4,4 triliun.
Berbeda dari kedua emiten di atas, SRTG mengalami penurunan kinerja pada kuartal III-2022 sebesar 49%. Penurunan kinerja diakibatkan merosotnya keuntungan neto atas investasi pada saham dan efek ekuitas lainnya.
Hal positif lainnya, BRMS mengalami kenaikan laba 5% pada kuartal III-2022. Kenaikan kinerja tersebut didorong oleh peningkatan produksi emasnya hingga meningkatkan pendapatan perusahaan dari penjualan emasnya tersebut.
ESSA yang paling mengejutkan, kenaikan labanya tercatat hingga 1.182% pada kuartal III-2022 dibandingkan kuartal III-2021. Kenaikan kinerja positif ESSA sepanjang sembilan bulan pertama tahun lalu didorong oleh dinamika pasar komoditas global yang terus meningkat serta situasi geopolitik yang panas semakin mendorong kenaikan harga komoditas.
Untuk beberapa saham yang akan di geser dalam jajaran LQ45 mengalami penurunan kinerja. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) pada kuartal III-2022 mencatatkan laba bersih sebesar Rp 4,9 triliun atau turun 11,7% dibandingkan kuartal III-2021. Penurunan laba HMSP disebabkan kenaikan beban penjualan, beban umum dan administrasi serta beban lain-lain, laba sebelum pajak penghasilan HMSP juga ikut merosot.
ERAA juga mengalami penurunan kinerja, di mana laba turun 5%. Laba tergerus akibat membengkaknya beban penjualan.
Penurunan kinerja juga terjadi pada MNCN dimana laba turun tipis 1%. Selain MNCN, penurunan kinerja juga terjadi TPIA yang mencatat kerugian bersih setelah pajak US$ 111,1 juta atau setara sekitar Rp 1,72 triliun jika menggunakan asumsi kurs kisaran Rp 15.500 per dolar Amerika Serikat (AS). Posisi ini berbanding terbalik ketika TPIA masih membukukan laba setelah pajak US$ 166,7 juta pada kuartal III-2021.
TPIA terbebani bahan baku. Harga rata-rata Naptha yang menjadi bahan baku produk perusahaan mencapai US$ 851 per ton sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, naik 37,48% dari sebelumnya US$ 619 per ton. Kenaikan itu sejalan dengan kenaikan harga minyak mentah Brent sebesar 51% secara tahunan menjadi US$ 102 per barel pada 9 bulan 2022.
WIKA juga membukukan kerugian Rp27,96 miliar per kuartal III-2022 dari sebelumnya laba Rp104,94 miliar. WIKA mencatatkan pendapatan bersih tumbuh 9,8% menjadi Rp12,79 triliun dibandingkan dengan realisasi tahun lalu Rp11,64 triliun. Kinerja pendapatan tersebut tidak diiringi efisiensi dan keberlanjutan penghasilan dari entitas asosiasi, sehingga WIKA berbalik menjadi rugi Rp27,96 miliar per 9 bulan 2022. Jakarta, CNBC Indonesia