Foto: Chatib Basri
Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan pengetatan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) membuat dolar AS masih menunjukan 'keperkasaannya' hingga saat ini. Lantas sampai kapan dolar AS akan terus menguat?
Ekonom Senior Chatib Basri menjelaskan, dalam teori ekonomi mengenal apa yang disebut exchange rate determination. Kendati demikian, berbagai studi empiris di Harvard dan Universitas California, Berkeley, teori itu tidak terbukti untuk bisa 'meramal' nilai tukar.
"Oleh sebab itu saya kerap bergurau dengan mengatakan, jika ada ekonom yang tahu berapa nilai tukar masa depan, dia punya rasa humor yang tinggi karena kemungkinan besar salah," jelas Chatib seperti dikutip dari akun instagramnya, Rabu (16/11/2022).
Kendati demikian, kata Chatib, ada tiga hal yang bisa memahami mengenai bagaimana kecenderungan menguatnya dolar AS ke depan. "Setidaknya ada tiga faktor," ujarnya.
Pertama, adalah perbedaan atau growth atau pertumbuhan ekonomi antara Amerika Serikat (AS) dengan Eropa.
Chatib bilang, walaupun AS mengalami potensi resesi, namun kondisi ekonominya relatif lebih baik dibandingkan dengan Eropa. "Itu yang menjelaskan mengapa US Dolar menguat terhadap Euro," tuturnya.
Faktor kedua, menurut Chatib yakni, AS saat ini adalah negara net ekspor untuk energi dan komoditas. Sehingga ketika harga energi dan komoditas mengalami peningkatan, maka neraca perdagangannya akan menguat dan mengakibatkan nilai tukarnya juga ikut menguat.
Adapun faktor ketiga dolar menguat, yakni upaya bank sentral AS (The Fed) untuk mengatasi inflasi dengan menaikan suku bunga, mengembalikan modal ke AS dengan sendirinya, dan nilai tukar dolar mengalami peningkatan.
"Ketiga faktor itu lah setidaknya menentukan apakah fenomena strong dolar ini akan terus terjadi atau tidak, kita lihat," jelas Chatib.
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Rabu (16/11/2022). Padahal Indeks dolar AS yang kembali jeblok pada perdagangan Selasa kemarin.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,1% ke Rp 15.550/US$. Depresiasi rupiah bertambah menjadi 0,23% ke Rp 15.570/US$ pada pukul 9:03 WIB.
Kemarin indeks dolar AS yang kembali turun 0,24% ke 106,44 yang menjadi level terendah dalam dua bulan terakhir. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini sudah merosot dalam 6 dari 8 perdagangan terakhir, dengan total 5,8%.