Foto: Lionel Messi berikan pemain dan staff timnas Argentina Iphone 14 berlapis emas senilai Rp 3 Miliar. (Instagram/Idesign Gold)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas masih terbang tinggi. Pada penutupan perdagangan Kamis (16/3/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.919,12 per troy ons. Harga sang logam mulia naik tipis 0,05%.
Emas masih bergerak di level tertingginya dalam 2,5 bulan terakhir
Laju kencang emas masih berlanjut pada pagi hari ini. Pada perdagangan Jumat (17/3/2023) pukul 06:40 WIB, harga emas di posisi US$ 1.921,35 per troy ons atau menguat 0,12%.
Sejak Rabu (8/32023), emas terus menguat. Pengecualian terjadi pada Selasa pekan ini. Bila dihitung sejak Rabu pekan lalu atau delapan hari terakhir, sang logam mulia sudah terbang 5,98% atau nyaris 6%.
Kenaikan harga emas masih ditopang oleh kekhawatiran pasar mengenai krisis perbankan. Krisis perbankan di Amerika Serikat (AS) sudah memakan korban Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan Signature Bank.
Krisis menjalar ke Eropa dengan ambruknya kinerja Credit Suisse. Krisis pada bank berusia 167 tahun tersebut diperkirakan mereda setelah bank sentral Swiss, Swiss National Bank, akan memberi pinjaman sebesar US$ 54 miliar kepada mereka.
Huru-hara krisis di Amerika juga diharapkan melemah setelah 11 bank AS berkomitmen untuk menaruh dana US$ 30 milair atau sekitar Rp 461,25 triliun di First Republic Bank. Bank tersebut dikhawatirkan menjadi 'next' SVB setelah sahamnya terus jeblok.
Seperti SVB, First Republic menghadapi penarikan dana besar-besaran karena anjloknya kepercayaan nasabah. Namun, bantuan kepada First Republic Bank dan Credit Suisse nyatanya belum mampu menghapus total kekhawatiran pasar.
Terlebih, bank sentral Eropa (ECB) pada Kamis malam (16/3/2023) justru menaikkan suku bunga hingga 50 bps di tengah krisis perbankan.
"ECB benar-benar mengejutkan pasar dengan kenaikan 50 bps. Keputusan tersebut di luar dugaan mengingat banyaknya bank tumbang saat ini karena suku bunga yang terlalu tinggi," ujar Jim Wycoff, analis Kitco Metals, dikutip Reuters.
Kekhawatiran inilah yang kemudian membuat emas kembali dicari sebagai aset aman.
"Kami melihat permintaan aset aman masih akan naik seiring meningkatnya kekhawatiran pasar mengenai krisis perbankan," imbuhnya.
Namun, pemilik emas perlu waspada. Analis RJO Futures, Daniel Pavilonis, mengatakan emas bisa saja tumbang jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga sebesar 50 bps pada pekan depan.
Terlebih, data tenaga kerja AS masih kencang. AS mengumumkan jika jumlah pekerja yang mengajukan klaim pengangguran pada pekan yang berakhir pada 11 Maret berkurang 20.000 menjadi 192.000.
Jumlah tersebut jauh di bawah ekspektasi pasar yang berada di angka 205.000. Berkurangnya klaim pengangguran menunjukkan masih kencangnya ekonomi AS sehingga inflasi bisa saja kembali naik.
Data klaim pengangguran AS akan menjadi pertimbangan The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga pekan depan.
"Jika The Fed menaikkan suku bunga sebesar 50 bps, harga emas jelas akan tertekan," tutur Pavilonis.
CNBC INDONESIA RESEARCH