Foto: Pemerintah China menutup jalan raya dan sekolah di sejumlah kota karena polusi udara akibat asap batu bara pada Jumat (5/11). REUTERS/Jianan Yu
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara berbalik arah menguat setelah turun dua hari sebelumnya. Sentimen penopang kenaikan hari ini berasal dari potensi penurunan pasokan China akibat hujan dan persetujuan peningkatan permintaan batu bara China.
Potensi kenaikan permintaan berasal dari kenaikan produksi listrik dari pembangkit batu bara di China yang diproyeksi naik lebih dari 50 giga watt (GW) pada tahun ini.
Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak September ditutup di posisi US$ 141,50 per ton. Harganya naik 2,35%.
Adanya potensi kenaikan produksi listrik dari pembangkit batu bara China dilaporkan Greenpeece.
Penelitian Greenpeace yang dikutip dari DW menunjukkan keamanan energi China telah mendorong persetujuan untuk pembangkit listrik tenaga batubara, meski negara-negara ingin memperluas penggunaan sumber energi terbarukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
Dampak dari gelombang panas (heatwaves) masih berdampak hingga kini, sebab kekeringan yang yang terjadi menyebabkan pembangkit listrik tenaga air terhambat dan harus beralih ke batu bara untuk menghasilkan listrik.
Baru selesai persoalan gelombang panas, China kini dihantam petaka baru yakni banjir bandang.
Cuaca ekstrem dan tidak menentu perlu menjadi perhatian untuk pengurangan penggunaan pembangkit listrik berbahan bakar fosil yang memiliki karbon tinggi.
Namun, dampak cuaca ekstrem telah membuat China membangun lebih banyak lagi pembangkit listrik tenaga batu bara sebagai upaya untuk melawan dampak kekeringan pada produksi tenaga air dan menghindari pemadaman listrik.
Peningkatan permintaan pembangkit listrik tenaga batu bara akan mengurangi pasokan dunia, sehingga disinyalir menjadi faktor penguatan harga.
Selain itu, hujan lebat disertai angin topan yang terjadi di China mengganggu jembatan kereta api, yang mengantarkan batu bara sekitar 40 juta ton/tahun, di daerah Jingxing tersapu oleh banjir.
Penurunan pasokan China juga mendorong kenaikan harga, sebab China sebagai produsen batu bara terbesar akan membutuhkan pasokan global, sehingga impor akan meningkat.
Di tengah potensi peningkatan permintaan dan penurunan persediaan dari china, India justru dibayangi sentimen kelebihan pasokan.
Salah satu perusahaan batu bara terbesar India, Coal India Ltd (CIL), membukukan kenaikan volume produksi batu bara 13,4% menjadi 53,6 juta ton (MT) pada Juli 2023 secara tahunan (yoy), melansir MoneyControl.
Produksi CIL melonjak menjadi 229,1 juta ton hingga April-Juli 2023, lebih tinggi 10,7% (yoy). Sebagai informasi, volume produksi CIL setara sekitar 90% dari total produksi India. Tingginya pasokan CIL akan mempengaruhi kebutuhan impor India, sehingga berpotensi menekan harga.
Melansir CoalMint, Stok batubara termal Portside turun 2% secara mingguan. Kabar ini bisa menjadi sentimen positif sebab berkurangnya pasokan, sehingga mendorong kenaikan harga.
Dari Eropa, Keluaran angin di Inggris dan Eropa barat laut diperkirakan akan turun selama beberapa hari ke depan tetapi kemudian naik di atas tingkat normal setelahnya.
Pembangkit angin yang lebih kuat biasanya menurunkan permintaan gas dari pembangkit listrik, sementara output angin yang lebih rendah meningkatkan permintaan.
Faktor tersebut yang turut mendorong harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) melesat 6% ke 30,47 euro per mega-watt hour (MWh) kemarin.