Foto: Ilustrasi (Photo by Towfiqu barbhuiya on Unsplash)
Jakarta, CNBC Indonesia - Besaran uang pertanggungan (UP) asuransi jiwa dapat berbeda-beda aeetiap orang. Umumnya, uang pertanggungan akan lebih besar bila seseorang merupakan pemberi nafkah utama.
Hal ini bisa menjadi gambaran polemik uang asuransi mendiang Wayan Mirna Salihin yang digadang-gadang punya uang asuransi jiwa senilai US$ 5 juta di luar negeri, atau setara Rp 69 miliar. Alhasil muncul kecurigaan bahwa ada yang sengaja menjebak Jessica menjadi tersangka agar bisa mencairkan dana asuransi jiwa milik Mirna.
"Kalau contoh misalnya asuransi untuk individu yang adalah sebagai key person gitu, uang pertanggungan itu akan besar misalnya. Tapi secara average itu misalnya kalau hanya masyarakat umum atau apa namanya tertanggung umum begitu, ya mungkin cuma ratusan juta," ungkap Pakar Forensik Claim Investigation asuransi Dedi Kristianto kepada CNBC Indonesia, Rabu, (4/10/2023).
Jika uang pertanggngannya sampai miliaran, bisa jadi orang tersebut adalah orang kunci yang jika meninggal bisa berdampak ke kehidupan orang banyak, seperti pengusaha.
Dedi menjelaskan, perhitungan atas besaran uang pertanggungan itu dikalkulasi melalui kriteria-kriteria tertentu. Salah satu hal yang paling krusial adalah pendapatannya.
Pendapatan seseorang dapat memastikan perusahaan asuransi bahwa dia bisa membayar premi yang besar untuk bisa mendapat uang pertanggungan yang besar.
Selain pendapatan, masih banyak faktor yang dipertimbangkan asuransi untuk bisa menentukan uang pertanggungan, misalnya pekerjaan, hobi, dan lain sebagainya.
"Kalau misalnya orang dengan hobi misalnya, paralayang, terjun payung, atau apapun yang risikonya membahayakan begitu tentukan risikonya kan tinggi," jelas Dedi.
Artinya semakin besar risiko, bisa jadi semakin besar pula uang pertanggungan. Hal ini akan linier dengan premi yang dibayar akan semakin mahal.
Selain itu, usia juga menjadi faktor penting. DIa mengambil contoh orang yang lebih tua memiliki tingkat kemungkinan mortalitas atau kematiannya yang lebih besar dibandingkan dengan yang lebih muda.
Tak kalah penting, perusahaan asuransi di dalam seleksi risiko juga harus mempertimbangkan kemungkinan apakah uang yang ditanamkan di perusahaan asuransi itu adalah hasil misalnya money laundering. Sehingga, bisa menjauhkan dari risiko manipulasi klaim.
Kembali ke kasus Mirna, belakangan diberitakan, ayah Mirna, Darmawan Salihin memang tidak menampik, Mirna memang memiliki asuransi. Namun dia tak merinci jenis asuransi yang dimilikinya. Darmawan menyebutkan bahwa besaran uang asuransi tersebut adalah Rp 10 juta.
Darmawan pun mengatakan bahwa apa yang dikatakan Yudi adalah bohong. Kepolisian sendiri pada saat itu mengatakan bahwa Mirna tidak memiliki asuransi jiwa dengan uang pertanggungan US$ 5 juta.
Sementara itu, Mirna merupakan putri dari pengusaha Edi Darmawan Salihin dan Ni Ketut Sianty. Merangkum dari berbagai sumber, dia menyelesaikan studi Jubilee School Jakarta dan kemudian pindah ke Australia untuk melanjutkan sekolah dan berkerja sejak 2005.
Dia menikah dengan Arief Soemarko di Bali pada November 2015. Tidak lama setelah menikah, atau tepatnya 6 Januari 2016, nama Mirna menjadi sorotan publik karena menjadi korban pembunuhan dengan racun di sebuah kafe di Grand Indonesia, Jakarta. Kasus ini kemudian dikenal dengan nama kopi sianida.