Monday, August 19, 2024

Breaking! Jokowi Reshuffle Kabinet, Dolar Turun ke Rp 15.575

 

Pekerja memperlihatkan uang dolar di salah satu gerai money changer di Jakarta, Senin (4/7/2022).  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah lanjut menguat dengan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca reshuffle kabinet Republik Indonesia pagi hari ini.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah pada pukul 10:28 WIB menguat 0,7% di angka Rp15.575/US$ pada hari ini, Senin (19/8/2024). Posisi ini juga merupakan yang terkuat sejak 13 Maret 2024 atau sekitar lima bulan terakhir.

Sementara indeks dolar AS (DXY) relatif turun 0,22% ke angka 102,23.

Pelaku pasar perlu mencermati beberapa sentimen yang berkembang dan bisa mempengaruhi pergerakan pasar hari ini khususnya situasi politik dalam hal reshuffle kabinet.

Presiden Jokowi dikabarkan melakukan reshuffle kabinet pada hari ini, Senin (19/8/2024). Akan ada beberapa menteri yang digantikan posisinya dalam kabinet, salah satunya Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly.

Yasonna, politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, akan digantikan oleh politikus senior Partai Gerakan Indonesia Raya Supratman Andi Agtas.

Menteri lain yang akan di reshuffle adalah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif. Arifin dikabarkan akan diganti Bahlil Lahadalia yang saat ini menjabat sebagai Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Untuk menggantikan Bahlil Lahadalia, Rosan Roeslani ditunjuk menjadi Menteri Investasi/Kepala BKPM yang baru. Rosan merupakan Ketua Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran dalam Pilpres 2024.

Reshuffle kali ini melibatkan menteri-menteri yang dekat dengan PDIP dan Megawati seperti Yasona dan Arifin diganti dengan lingkungan terdekat Prabowo dan Jokowi. Diperkirakan akibatnya akan memanaskan hubungan Jokowi-Megawati yang sudah lama retak.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Friday, August 16, 2024

IHSG Turun 0,36%, Asing Berburu Saham Ini

 

Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (12/8/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (12/8/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada perdagangan Kamis (15/8/2024), setelah empat hari sebelumnya dalam tren menguat. 

Hingga akhir perdagangan, IHSG ditutup melemah 0,36% ke posisi 7.409,5. Meski terkoreksi, IHSG masih bertahan di level 7.400-an.


Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 9,1 triliun dengan volume transaksi mencapai 17 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 1 juta kali. Sebanyak 279 saham menguat, 286 saham melemah, dan 224 saham stabil.

Investor asing tercatat melakukan pembelian bersih atau net foreign buy Rp 628,03 miliar di seluruh pasar. Rinciannya, asing net buy Rp 393,91 miliar di pasar reguler dan Rp 234,12 miliar di pasar negosiasi dan tunai. Dengan demikian dalam sepekan terakhir asing telah net buy sebesar Rp 2,94 triliun.

BBCA menjadi saham dengan net buy asing terbesar atau senilai Rp 120,1 miliar. Kemudian diikuti oleh BMRI senilai Rp 92,1 miliar dan TLKM Rp 77,9 miliar. 

Mengutip RTI Business, berikut 10 saham dengan net foreign buy terbesar pada perdagangan Kamis (15/8/2024):

  1. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) - Rp 120,1 miliar
  2. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) - Rp 92,1 miliar
  3. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) - Rp 77,9 miliar
  4. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) - Rp 49,4 miliar
  5. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) - Rp 28,7 miliar
  6. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) - Rp 27,6 miliar
  7. PT Ciputra Development Tbk (CTRA) - Rp 22,1 miliar
  8. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) - Rp 20 miliar
  9. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) - Rp 19,4 miliar
  10. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) - Rp 18 miliar

Wednesday, August 14, 2024

Ramalan Bos BI Soal Rupiah Benar! Dolar AS Kini Rp15.720

 

Ilustrasi Rupiah dan Dollar di teller Bank Mandiri, Jakarta, Senin (07/5). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah. Rupiah melemah 0,32 % dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. Harga jual dolar AS di  bank Mandiri Rp. 14.043. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan hari ini, Rabu (14/8/2024). Rupiah pagi ini diperdagangkan di level Rp 15.720 per dolar AS atau menguat 0,7% dibandingkan posisi kemarin.

Adapun, penguatan rupiah terdorong oleh rilis data indeks harga produsen (PPI) AS semalam yang meningkatkan ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve atau The Fed pada September.

Indeks harga produsen (PPI) untuk permintaan akhir naik tipis 0,1% pada periode Juli setelah naik 0,2% tanpa revisi pada Juni, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo sebelumnya telah mengungkapkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan terus menguat dalam waktu dekat. Didasarinya dari ramalan timbulnya faktor-faktor yang memperkuat mata uang rupiah.


"Ke depan, nilai tukar Rupiah diprakirakan bergerak stabil dalam kecenderungan menguat," ucap Perry saat konferensi pers di Kantor Pusat BI, Jakarta, dikutip Rabu (18/8/2024).

Ramalan terbaru BI terhadap faktor-faktor yang memperkuat rupiah pertama ialah semakin cepatnya potensi pemangkasan suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed), dari semula perkiraannya turun mulai September dari sebelumnya Desember 2024. Bahkan, ada kemungkinan pemangkasan lanjutan pada November dan Desember 2024.

Suku bunga acuan The Fed, yakni Fed Fund Rate saat ini di level 5,25-5,50%. Dengan kemungkinan turun lebih cepat maka akan membuat tingkat bunga di AS turun dan membuat aliran modal asing kembali menuju ke pasar ekonomi berkembang, sehingga bisa memperkuat pasokan dolar di dalam negeri.

Kendati rupiah sudah menguat, tetapi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan pihaknya masih waspada.

Dia melihat situasi ketidakpastian masih ada, walaupun baru saja ada rencana pemangkasan suku bunga acuan AS lebih cepat oleh Bank Sentral Federal Reserve (Fed).

"UST masih akan cenderung menekan karena defisit yang besar karena itu mereka akan keluarkan UST yang banyak yang sebabkan yield jatuh," jelasnya.

"Oleh karena itu, kita di dalam negeri untuk bond kita hati hati, ini ada hubungannya dengan APBN kita yang harus dijaga sehingga tidak timbulkan surprise," tegas Sri Mulyani.

Tuesday, August 13, 2024

Dolar AS Sudah Rp15.000-an, Sri Mulyani Tetap Siaga: Awas Surprise!

 

Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan dalam Konferensi Pers APBN KITA di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (13/8/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan dalam Konferensi Pers APBN KITA di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (13/8/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia-Nilai tukar rupiah sudah berada pada level Rp15.000-an sejak beberapa hari terakhir. Meski demikian, pasar keuangan masih penuh ketidakpastian sehingga tetap perlu waspada.

Hal ini disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (13/8/2024)

Berdasarkan data Refinitiv nilai tukar rupiah menguat 0,15% dibandingkan posisi perdagangan kemarin menjadi Rp15.930 per dolar AS.

"Kalau dilihat rupiah sudah di bawah Rp16 ribu lagi. Meskipun secara ytd (year to date) depresiasi," ujarnya.

Dibandingkan dengan negara lain, rupiah masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang negara setara. Hal ini merupakan dampak dari penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap seluruh mata uang dunia.

Sri Mulyani melihat situasi ketidakpastian masih ada, walaupun baru saja ada rencana pemangkasan suku bunga acuan AS lebih cepat oleh Bank Sentral Federal Reserve (Fed).

"UST masih akan cenderung menekan karena defisit yang besar karena itu mereka akan keluarkan UST yang banyak yang sebabkan yield jatuh," jelasnya.

"Oleh karena itu kita di dalam negeri untuk bond kita hati hati, ini ada hubungannya dengan APBN kita yang harus dijaga sehingga tidak timbulkan surprise," tegas Sri Mulyani.