Tuesday, September 24, 2024

Jelang Akhir Masa Jabatan, Ketakutan Jokowi Makin Nyata

 

Sejumlah pekerja menyantap makan siang di pusat kuliner di kawasan Jakarta, Jumat (6/9/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi kelas menengah RI (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perputaran uang yang menyusut di Indonesia saat pertumbuhan ekonomi masih terus tumbuh di kisaran 5% sempat menjadi kekhawatiran Presiden Joko Widodo, pada akhir tahun lalu.

Kepala negara saat itu menilai masalah itu muncul karena uang masyarakat kebanyakan masuk ke instrumen investasi Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia, seperti Surat Berharga Negara (SBN), Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI).

"Jangan-jangan terlalu banyak yang dipakai untuk membeli SBN, atau SRBI atau SPBI, sehingga yang masuk ke sektor riil menjadi berkurang," kata Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023, dikutip Minggu (22/9/2024).


Setelah menyampaikan kekhawatirannya itu, likuiditas bank mulai menunjukkan pervaikan. Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) mengalami akselerasi, walaupun masih terpaut jauh dibandingkan dengan pertumbuhan kredit.

Namun, pada paruh pertama tahun ini, pertumbuhan DPK kembali melambat dalam dua bulan beruntun. DPK tumbuh melambat, terutama pada rekening giro. Membuat kekhawatiran Jokowi kembali menyeruak jelang ia lengser pada Oktober mendatang.

Bank Indonesia (BI) menunjukkan pertumbuhan DPK melandai menjadi 7,5% (year on year/yoy) pada Juli 2024 atau lebih rendah dibandingkan Juni 2024 yang berada di angka 8,2% yoy. DPK melandai dua bulan beruntun setelah menyentuh titik tertingginya pada Mei 2024 yakni 8,5% yoy.

Pertumbuhan DPK yang melambat ini terjadi baik dalam rupiah maupun valuta asing (valas). Penghimpunan DPK berdasarkan valuta rupiah juga melandai menjadi 5,9% yoy pada Juli 2024 dan valas juga melandai menjadi 16,7% yoy.

Hal ini kemudian diikuti oleh menurunnya jumlah kelas menengah di Indonesia. Seyogyanya segmen ini merupakan kelas yang memiliki alokasi tabungan dari total pendapatan.

Kelas menengah di Indonesia turun kasta sejak masa krisis Pandemi Covid-19, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS). Pada 2019 jumlah kelas menengah di Indonesia 57,33 juta orang atau setara 21,45% dari total penduduk. Lalu, pada 2024 hanya tersisa 47,85 juta orang atau setara 17,13%.

Artinya ada sebanyak 9,48 juta warga kelas menengah yang turun kelas. Karena, data kelompok masyarakat kelas menengah rentan atau aspiring middle class malah naik, dari 2019 hanya sebanyak 128,85 juta atau 48,20% dari total penduduk, menjadi 137,50 juta orang atau 49,22% dari total penduduk.

Demikian juga dengan angka kelompok masyarakat rentan miskin yang ikut membengkak dari 2019 sebanyak 54,97 juta orang atau 20,56%, menjadi 67,69 juta orang atau 24,23% dari total penduduk pada 2024. Artinya, banyak golongan kelas menengah yang turun kelas kedua kelompok itu.

"Bahwa memang kami identifikasi masih ada scarring effect dari Pandemi Covid-19 terhadap ketahanan dari kelas menengah," ucap Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti

Sejumlah pekerja menyantap makan siang di pusat kuliner di kawasan Jakarta, Jumat (6/9/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)Foto: Ilustrasi kelas menengah (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Sementara itu, pertumbuhan tabungan masyarakat yang kurang dari Rp100 juta dari Juli 2016 hingga Juli 2019 tercatat sebesar 26,3%. Sementara masyarakat dengan tabungan Rp100 juta hingga Rp200 juta di periode yang sama bertumbuh 29,4%.

Pertumbuhan ini tampak mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kondisi Juli 2021 hingga Juli 2024 yang hanya bertambah 11,9% untuk masyarakat dengan tabungan kurang dari Rp100 juta dan naik 13,3% untuk masyarakat dengan tabungan Rp100 juta hingga Rp200 juta.

Berbeda halnya dengan masyarakat yang memiliki tabungan di atas Rp5 miliar atau yang banyak diisi oleh pihak korporasi, justru cenderung mengalami peningkatan yang signifikan.

Pada Juli 2016 hingga Juli 2019 tercatat mengalami kenaikan sebesar 29,7% dan pada Juli 2021 hingga Juli 2024 kembali bertumbuh bahkan lebih tinggi yakni sebesar 33,9%.

Ketua Dewan Komisioner (DK) LPS, Purbaya Yudhi Sadewa berekspektasi pertumbuhan DPK perbankan bakal tumbuh sampai double digit tahun depan. Menurutnya, itu dapat dicapai dengan merealisasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 7% hingga 8%.

"Otomatis kalau ekonominya baik, pertumbuhan DPK juga bagus, uang saya [LPS] makin banyak. Ekonominya juga stabil, jadi uangnya makin bertumbuh. Jadi ekspektasi kita begitu. Dan peluang untuk itu terbuka lebar," ujarnya selepas Bloomberg CEO Forum di St Regis Jakarta, Rabu (4/9/2024).

Purbaya juga menegaskan, jika pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat bisa direalisasikan dengan segera tahun depan, maka kita akan bisa double digit DPK-nya.

Terpisah, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BTN) Nixon Napitupulu mengatakan, bahwa likuiditas tersedia, namun mahal akibat dampak dari suku bunga tinggi yang diperkirakan bertahan lama.

"Likuiditas aman, likuiditas no issue. Cuma masalah kan harganya. Jadi kalau tanya 'Likuiditas ketat nggak?' Definisi ketat itu kan pesannya nggak ada. Likuiditas ada, tapi harganya naik. Itu yang terjadi Jadi lo beli pakaian, pakaian ada nggak? Ada, tapi harganya naik," kata Nixon di Perumahan Pesona Kahuripan 9, Kabupaten Bogor, dikutip Minggu (8/9/2024) lalu.

Sementara itu, Direktur Keuangan dan Strategi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Sigit Prastowo mengatakan likuiditas tetap menjadi concern utama bank pelat merah itu untuk semester II-2024. Ia mendasari itu dari rasio pinjaman terhadap simpanan bank BUMN yang mengalami tren kenaikan.

Ia melanjutkan, permintaan kredit pun cukup tinggi. Namun, itu tidak diimbangi dengan pertumbuhan simpanan atau dana pihak ketiga yang tinggi.

"Terus kedua, di sisi pertumbuhan atau demand kreditnya cukup tinggi. Jadi memang secara umum, kalau secara industri pertumbuhan kreditnya itu lebih tinggi dari pertumbuhan fundingnya. Loan kan secara nasional tumbuhnya kira-kira 11-12%, fundingnya tumbuhnya 7-8%. Otomatis ini akan dorong kenaikan LDR secara keseluruhan. Sehingga bisa dibilang liquidity ini tetap akan menjadi concern," ujar Sigit.

Terpisah, Direktur Kepatuhan OK Bank Efdinal Alamsyah menyampaikan bahwa tabungan yang terhimpun turun sekitar 12% secara tahunan atau year on year (yoy) per 4 September 2024.

Menurut Efdinal, menurunnya daya beli membuat nasabah mengalihkan pengeluaran mereka ke kebutuhan dasar atau barang yang lebih esensial.

"Ini bisa tercermin dari perubahan pola transaksi, misal penurunan pada transaksi di kategori seperti hiburan atau restoran, sementara ada peningkatan dalam kategori seperti bahan makanan atau kebutuhan rumah tangga," katanya saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (6/9/2024).

Friday, September 20, 2024

Keluar Dari FTSE, Saham BREN Langsung ARB dan Longsor 19,95%

 

Barito Renewables Energy. (Dok: BNI Sekuritas)
Foto: Barito Renewables Energy. (Dok: BNI Sekuritas)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dibuka anjlok sampai menyentuh level Auto Reject Bawah (ARB) setelah dikeluarkan dari indeks FTSE.

CNBC Indonesia memantau hingga pukul 09.10 WIB, saham BREN ambles 19,95% menuju posisi Rp8.825 per lembar.

Ini menjadi penurunan paling dalam setelah sebelumnya saham BREN kuat dalam tren penguatan dan sempat menyentuh ke atas level Rp12.000 per lembar pada bulan ini.

Saham BREN yang kena ARB hari ini membuatnya menyentuh level terendah sejak sebulan lalu atau dari 15 Agustus 2024.

Anjloknya saham BREN disinyalir karena dikeluarkan dari indeks FTSE.

Melalui pengumuman resmi FTSE Russel pada Kamis kemarin (19/9/2024), saham BREN dikeluarkan lantaran tidak memenuhi persyaratan free float. Dalam pernyataan FTSE, mereka menjelaskan ada empat pemegang saham yang mengendalikan 97% dari total saham yang diterbitkan.

Penghapusan saham BREN kemudian akan efektif sejak pembukaan pada hari Rabu pekan depan (25/9/2024).

Sebelumnya, BREN akan masuk ke dalam indeks FTSE Global Equity Series - Large Cap yang akan berlaku per 20 September 2024 dan efektif pada 23 September 2024.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Thursday, September 19, 2024

Daftar 6 Dana Pensiun yang Dibubarkan OJK Tahun Ini

 

Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun sekaligus Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Ogi Prastomiyono, memberikan pemaparan dalam Insurance Forum pada Selasa (16/7/2024). (CNBC Indonesia/Tias Budiarto)
Foto: Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun sekaligus Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Ogi Prastomiyono, memberikan pemaparan dalam Insurance Forum pada Selasa (16/7/2024). (CNBC Indonesia/Tias Budiarto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah membubarkan 6 dana pensiun (dapen) sepanjang 2024 dengan penyebab yang beragam. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun Ogi Prastomiyono mengatakan bahwa kebanyakan dapen yang tutup adalah dana pensiun pemberi kerja (DPPK).

"Memang dapen (DPPK) sudah tidak lagi berkenan program dapen. jadi itu dia dialihkan ke DPLK (dana pensiun lembaga keuangan), dan kita setiap menyetujui pembubaran dapen itu, kunci utama perlindungan peserta," kata Ogi usai meluncurkan Peta Jalan Pengembangan dan Penguatan Dana Pensiun Indonesia 2024-2028, dikutip Kamis (19/9/2024).

Selain itu, kata Ogi, ada pula DPPK yang pendirinya sudah tidak ada, sehingga harus dibubarkan.

Sebagai informasi, enam dapen yang telah dibubarkan sepanjang paruh pertama 2024 adalah Dana Pensiun LEN Industri, Dana Pensiun Jasa Tirta II, Dana Pensiun Natour, Dana Pensiun Hotel Indonesia Internasional, Dana Pensiun LKBN Antara, dan Dana Pensiun Rajawali Nusantara Indonesia.

Ogi melanjutkan bahwa OJK memiliki satuan kerja (satker) untuk mengawasi dapen bermasalah. Oleh karena itu, sejauh ini, penutupan dapen tidak menimbulkan gejolak dan hak-hak peserta tetap terpenuhi.

"So far kita bisa mengendalikan hal tersebut karena kita berpegang bahwa perlindungan terhadap peserta itu harus menjadi utama," ujar Ogi.

Sementara itu total aset dana pensiun per Mei 2024 mencapai Rp 1.439,71 triliun atau tumbuh 8,36% secara tahunan (yoy) dengan compounded annual growth rate (CAGR) periode 2020-2023 mencapai 9,95%.

Kemudian jumlah penyelenggara program pensiun sebanyak 222, dengan 3 penyelenggara program pensiun wajib dan 3 penyelenggara program pensiun sukarela yang meliputi 28,29 juta peserta dari seluruh program tersebut.

Wednesday, September 18, 2024

Alasan Sebernarnya Tupperware di Ambang Kebangkrutan

 

Pabrik Tupperware (BELGA MAG/AFP via Getty Images/NICOLAS MAETERLINCK)
Foto: Pabrik Tupperware (BELGA MAG/AFP via Getty Images/NICOLAS MAETERLINCK)

Jakarta, CNBC Indonesia - Produsen wadah plastik kesayangan ibu-ibu, Tupperware, dikabarkan sedang bersiap untuk mengajukan kebangkrutan paling cepat dalam pekan ini.

Mengutip Reuters, Tupperware berencana untuk mendapatkan perlindungan pengadilan setelah melanggar persyaratan utangnya dan meminta bantuan dari penasihat hukum dan keuangan.

Persiapan kebangkrutan tersebut menyusul negosiasi yang berlarut-larut antara Tupperware dan pemberi pinjamannya mengenai cara mengelola utang lebih dari US$ 700 juta (Rp 10,85 triliun).

Saham perusahaan anjlok 15,8% menjadi 43 sen setelah bel penutupan menyusul kabar kebangkrutan tersebut. Lebih jauh lagi, saham perusahaan produsen wadah makanan ikonik asal Amerika yang didirikan oleh ahli kimia Earl Tupper 77 tahun lalu, anjlok segnifikan sejak tahun lalu dan telah kehilangan kapitalisasi pasar hingga 95% dalam tiga tahun.

Kinerja buruk ini salah satunya diperparah setelah awal tahun lalu perusahaan memberi tahu investor bahwa ada "keraguan substansial tentang kemampuan perusahaan untuk melanjutkan kelangsungan usahanya".

Kondisi Tertekan

Dalam pengungkapan terbaru kepada regulator bursa AS, Securities and Exchange Commission atau Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat, manajemen Tupperware menyampaikan perusahaan belum mampu melaporkan kinerja keuangan kuartalan terbaru pada tanggal jatuh tempo yang ditentukan. Tupperware juga mengaku tidak akan mampu untuk menyelesaikan dan mengajukan laporan tahunan 2023.

Sebagai informasi, Tupperware terakhir kali menyetor kinerja keuangannya pada kuartal ketiga tahun lalu atau untuk periode keuangan hingga akhir September 2023.

Dalam keterbukaan tersebut, Tupperware mengaku perusahaan terus mengalami tantangan likuiditas yang signifikan, dan masih mempunyai keraguan besar mengenai kemampuannya untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.

"Selain itu, departemen akuntansi Perusahaan telah mengalami, dan terus mengalami, penurunan kinerja yang signifikan, termasuk kepergian Chief Financial Officer baru-baru ini, yang mengakibatkan kesenjangan sumber daya dan keahlian, keterbatasan sumber daya, dan hilangnya kesinambungan pengetahuan," ungkap manajemen Tupperware, dikutip CNBC Indonesia, Kamis 18 September 2024.

Dengan kondisi tersebut Tupperware menyebut perusahaan terus memfokuskan upayanya atas dua hal utama yakni diskusi dengan calon investor dan mitra pembiayaan untuk mendapatkan pembiayaan jembatan jangka pendek, melaksanakan rencana perubahan haluan bisnis strategis.

Terkait pembiayaan, Tupperware mengaku telah mengamankan pembiayaan jembatan jangka pendek (Bridge Loan Credit Agreement) pada 12 Agustus 2024 dari GLAS USA LLC. Total pinjaman yang diberikan tidak lebih dari US$ 8 juta, dengan US$ 4 juta di antaranya ditarik pada 12 Agustus 2024, dan US$ 4 juta sisinya hanya tersedia untuk untuk ditarik berdasarkan penilaian selanjutnya oleh pemberi pinjaman.

Sebagai catatan, hingga akhir September 2023 total utang Tupperware mencapai US$ 777 juta atau setara Rp 12 triliun.

Turbulen Bisnis Tupperware

Tupperware, yang mendapat keuntungan dari ledakan permintaan selama pandemi karena orang-orang tinggal di rumah, mulai memperoleh tantangan usai pandemi mereda. Hal ini lantaran perusahaan berjuang untuk menyamai pesaing wadah penyimpanan lain yang lebih inovatif mempromosikan produk mereka kepada konsumen yang lebih muda di TikTok dan Instagram.

Alhasil, kala itu Tupperware mengatakan sedang mempertimbangkan untuk melakukan PHK dan menjual beberapa portofolio real estatnya untuk menghemat uang.

Manajemen memperkirakan bahwa perusahaan mungkin tidak memiliki likuiditas yang memadai dalam waktu dekat. Maka dari itu, disimpulkan bahwa ada keraguan substansial tentang kemampuan Tupperware untuk melanjutkan kelangsungan usahanya.

Bursa saham New York juga mengatakan Tupperware dalam bahaya dihapuskan dari pasar saham karena kala itu terlambat mengajukan laporan tahunannya.

Tupperware ditengarai kehilangan jumlah penjualnya secara drastis, dan konsumen setelah pandemi. Selain itu dirinya menilai merek favorit emak-emak itu masih belum sepenuhnya terhubung dengan konsumen yang lebih muda.

Tidak lama berselang, perusahaan menunjuk sejumlah penasihat keuangan dan bisnis, termasuk Moelis & Co., Kirkland & Ellis LLP dan Alvarez & Marsal. Mengutip sumber WSJ, ini merupakan upaya perusahaan dalam mewaspadai kemungkinan kebangkrutan.

Perusahaan yang berbasis di Orlando, Florida, Amerika Serikat itu sedang ketar-ketir karena kala itu Tupperware mungkin tidak dapat melanjutkan kelangsungan usahanya. Perusahaan pun menjajaki opsi untuk meningkatkan likuiditas, termasuk meningkatkan pembiayaan dari investor dan menjual kepemilikan real estatnya.

Juru bicara perusahaan wadah favorit emak-emak Indonesia itu mengatakan bahwa mereka bekerja sama dengan penasihat keuangan untuk memperbaiki struktur modal mereka. Mereka sebut aksi ini sama dilakukan seperti perusahaan lain yang terkena dampak pandemi, inflasi, dan suku bunga tinggi.

Tupperware mengatakan awal pekan ini bahwa mereka telah tertekan oleh biaya bunga yang lebih tinggi dan kondisi bisnis internal dan eksternal yang menantang yang membatasi aksesnya ke uang tunai.

Merek wadah dapur itu telah mengalami penurunan penjualan dalam beberapa tahun terakhir. Penjualan turun 18% menjadi sekitar US$ 1,3 miliar pada tahun 2022 dari tahun 2021.

Perusahaan, yang mendistribusikan produknya di lebih dari 70 negara yang dibangun di atas tenaga penjualan konsumen setia yang menjajakan produk ke teman dan kenalan, telah berupaya mendigitalkan bisnis penjualan langsungnya, namun masih urung membuahkan hasil seperti yang diharapkan.

Tuesday, September 17, 2024

Jangan Asal Ngutang, Ini Daftar 98 Pinjol Berizin OJK

 

Ilustrasi OJK (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Ilustrasi OJK (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Memastikan legalitas fintech Peer to Peer (P2P) lending sangatlah penting. Saat ini, sebanyak 98 fintech lending telah diberikan izin oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Pengurangan jumlah tersebut terjadi setelah beberapa fintech P2P dicabut izin usahanya oleh OJK. Salah satu yang izinnya dicabut adalah PT Tani Fund Madani Indonesia (TaniFund), yang penetapannya dilakukan melalui Surat Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor KEP-19/D.06/2024 tanggal 3 Mei 2024.

Selain TaniFund, fintech lending PT Akur Dana Abadi (Jembatan Emas) dan PT Semangat Gotong Royong (Dhanapala) juga telah ditutup oleh OJK.

Jembatan Emas mengajukan permohonan pengembalian izin usaha sebagai Penyelenggara LPBBTI karena belum dapat mengimplementasikan ketentuan permodalan terkait ekuitas minimum dan pemenuhan jumlah Direksi.

Sementara Dhanapala mengajukan permohonan pengembalian izin usaha sebagai Penyelenggara LPBBTI sebagai langkah strategis pemegang saham untuk melakukan sentralisasi kegiatan usaha LPBBTI pada satu entitas. Pasalnya, saat ini grup pemegang saham dari PT Semangat Gotong Royong memiliki dua entitas yang menjalankan kegiatan usaha LPBBTI.

Untuk diingat, memilih pinjaman online (pinjol) ilegal dapat membawa berbagai risiko dan bahaya yang serius. Untuk menghindari bahaya ini, sangat penting untuk hanya memilih pinjol yang terdaftar dan diawasi oleh otoritas yang berwenang, seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Indonesia.

Berikut daftarnya dikutip dari laman resmi OJK, Selasa (13/8/2024):

Fintech Lending Berizin OJK per Juli 2024:

1. Danamas - https://p2p.danamas.co.id

2. investree - https://www.investree.id

3. amartha - https://amartha.com

4. DOMPET Kilat - https://www.dompetkilat.co.id

5. Boost- https://myboost.co.id

6. TOKO MODAL - https://www.tokomodal.co.id

7. Findaya - https://findaya.co.id

8. modalku - https://modalku.co.id

9. KTA KILAT - https://www.pendanaan.com

10. Kredit Pintar - https://kreditpintar.co.id

11. Maucash - https://maucash.id

12. Finmas - https://www.finmas.co.id

13. KlikA2C - https://klika2c.co.id

14. Akseleran - https://www.akseleran.co.id

15. Ammana.id - https://ammana.id

16. PinjamanGO - https://www.pinjamango.co.id

17. KoinP2P - https://koinp2p.com

18. pohondana - https://pohondana.id

19. MEKAR - https://mekar.id

20. AdaKami - www.adakami.id

21. ESTA KAPITAL FINTEK - https://www.estakapital.co.id

22. KREDITPRO - https://kreditpro.id

23. FINTAG - https://fintag.id

24. RUPIAH CEPAT - www.rupiahcepat.co.id

25. CROWDO - https://crowdo.co.id

26. Indodana - indodana.id

27. JULO - www.julo.co.id

28. Pinjamwinwin - pinjamwinwin.com

29. DanaRupiah - danarupiah.id

30. Taralite - www.taralite.com

31. Pinjam Modal - pinjammodal.id

32. ALAMI - p2p.alamisharia.co.id

33. AwanTunai - www.awantunai.co.id

34. Danakini - https://danakini.co.id

35. Singa - https://singa.id

36. DANAMERDEKA - https://danamerdeka.co.id

37. EASYCASH - https://indo.geteasycash.asia

38. PINJAM YUK - https://www.pinjamyuk.co.id

39. FinPlus - www.finplus.co.id

40. UangMe - https://uangme.id

41. PinjamDuit - https://pinjamduit.co.id

42. DANA SYARIAH - https://danasyariah.id

43. BATUMBU - www.batumbu.id

44. Cashcepat - https://cashcepat.id

45. klikUMKM - www.klikUMKM.co.id

46. Pinjam Gampang - https://www.kreditplusteknologi.id

47. cicil - https://www.cicil.co.id

48. lumbungdana - https://lumbungdana.co.id

49. 360 KREDI - www.360kredi.id

50. SAMIR - www.samir.co.id

51. Kredinesia - www.kredinesia.id

52. Pintek - https://pintek.id

53. ModalRakyat https://modalrakyat.id

54. SOLUSIKU - www.solusi-ku.id

55. Cairin - www.cairin.id

56. TrustIQ - https://trustiq.id

57. KLIK KAMI - www.klikkami.co.id

58. Duha SYARIAH - www.duhasyariah.com

59. Invoila - https://invoila.co.id

60. Sanders One Stop Solution - https://sanders.co.id

61. DanaBagus - www.danabagus.id

62. UKU - ukuindo.com

63. KREDITO - https://kredito.id

64. AdaPundi - www.adapundi.com

65. ShopeePayLater - www.lenteradana.co.id/lender/

66. Modal Nasional - www.modalnasional.co.id

67. Komunal - www.komunal.co.id

68. Restock.ID - www.restock.id

69. Asetku - https://asetku.co.id

70. Ringan - www.ringan.co.id

71. Avantee - www.avantee.co.id

72. Gradana - gradana.co.id

73. Danacita - www.danacita.co.id

74. IKI Modal - www.ikimodal.com

75. Ivoji - www.ivoji.id

76. Indofund.id - indofund.id

77. iGrow - igrow.asia

78. Danai.id - https://danai.id

79. DUMI - minjem.com

80. LAHAN SIKAM - www.lahansikam.co.id

81. qazwa.id - qazwa.id

82. KrediFazz - www.kredifazz.id

83. Doeku - doeku.id

84. Aktivaku - aktivaku.com

85. Danain - www.danain.co.id

86. Indosaku - indosaku.id

87. UATAS - www.uatas.id

88. EDUFUND - www.edufund.co.id

89. GandengTangan - www.gandengtangan.co.id

90. PAPITUPI SYARIAH - www.papitupisyariah.com

91. BantuSaku - bantusaku.id

92. danabijak - danabijak.com

93. AdaModal - www.adamodal.co.id

94. SamaKita - samakita.co.id

95. KawanCicil - https://kawancicil.co.id

96. CROWDE - https://crowde.co

97. KlikCair - klikcair.com

98. ETHIS - https://ethis.co.id