Foto: Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau menguat pada penutupan perdagangan Rabu (30/8/2023) melanjutkan reli sejak perdagangan sebelumnya. Hari ini bursa tutup karena Peringatan Hari Kemerdekaan Malaysia.
Melansir Refinitiv, harga CPO pada penutupan perdagangan terpantau melesat 2,04% ke posisi MYR 4.010 per ton. Dengan ini, harganya sudah bercokol di level 4.000 dan menjadi level tertinggi sejak 28 Juli lalu. Dengan ini, dalam tiga hari perdagangan harga CPO sudah melesat 1,21%, secara bulanan tercatat menguat 3,4%, dan koreksi tahunan terpangkas sisa 3,93%.
Menguatnya harga CPO dipicu cuaca hangat mengancam pasokan minyak sawit dan minyak nabati lainnya di Asia di tengah tingginya permintaan pada musim perayaan di India.
Cuaca panas dan kering di India telah menekan hasil panen di tengah tingginya permintaan selama musim perayaan, mengimbangi kekhawatiran dari tingginya persediaan pelabuhan, kata Mitesh Saiya, manajer perdagangan di perusahaan Kantilal Laxmichand and Co yang berbasis di Mumbai.
Dari sisi minyak saingannya, kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian, DBYcv1, naik 0,1%, sementara harga di Chicago Board of Trade BOcv1 naik 0,7%.
Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait saat mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.
Musim kering yang luar biasa pada bulan Agustus telah berdampak buruk pada tanaman sereal dan minyak sayur di Asia seiring dengan semakin intensifnya El Nino, dan prakiraan curah hujan yang lebih rendah pada bulan September akan semakin mengancam gangguan pasokan.
Impor kedelai Uni Eropa pada musim 2023/24 telah mencapai 2,16 juta ton pada 27 Agustus, naik 10% dari tahun sebelumnya, menurut data yang diterbitkan oleh Komisi Eropa pada Selasa (29/8/2023).
India bersiap menghadapi curah hujan monsun terendah dalam delapan tahun terakhir, dengan El Nino terlihat mengurangi curah hujan di bulan September setelah bulan Agustus yang diperkirakan akan menjadi bulan terkering dalam lebih dari satu abad, dua pejabat departemen cuaca mengatakan kepada Reuters pada hari Senin.
Di sisi lain, Ringgit Malaysia (MYR), mata uang perdagangan sawit, menguat 0,13% terhadap dolar, namun tetap mendekati level terendah dalam satu bulan. Ringgit yang lebih lemah umumnya menjadikan minyak sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing.
Berdasarkan analisis teknikal Wang Tao yang dikutip dari Reuters, harga CPO mungkin menembus resistensi pada MYR 3.963 per ton, dan naik ke kisaran MYR 4.017-4.050 per ton.
No comments:
Post a Comment