Monday, December 30, 2024

Menghitung Hari Ace Hardware Angkat Kaki dari Indonesia

 

Ace Hardware (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ace Hardware (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Jaringan ritel Ace Hardware akan segera menghilang dari Indonesia mulai tahun 2025 mendatang. Nantinya toko peralatan rumah tangga ini akan muncul dengan nama baru.

Sebagaimana diketahui, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES), perusahaan yang menaungi Ace Hardware, pada 7 Juni 2024 sepakat mengganti nama menjadi PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk.

Hal ini terjadi setelah manajemen perusahaan memutuskan untuk tidak melanjutkan perjanjian lisensi dengan ACE Hardware International Holdings, Ltd. yang akan berakhir pada 31 Desember 2024.

Direktur PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk, Gregory S. Widjaja mengatakan pihaknya yakin bahwa telah melakukan persiapan matang menuju perubahan nama tersebut.

"Persiapan matang yang sedang kami upayakan ini mampu mempertahankan posisi Perusahaan sebagai pemimpin pasar, mempertahankan daya saing yang kuat di industri ritel, semakin relevan dengan kebutuhan setiap pelanggan, serta memberikan dampak positif yang lebih besar terhadap seluruh pemangku kepentingan," kata Gregory dikutip dari keterbukaan informasi pada Senin, (30/12/2024).

Ia pun menilai, hal ini sejalan dengan fokus dan rencana pengembangan bisnis perusahaan pada masa mendatang untuk menjawab tren pasar dan preferensi konsumen yang terus berevolusi.

Perusahaan berkomitmen untuk menghadirkan ragam inovasi produk dan layanan yang lebih dari sekadar home improvement dan lebih sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi hidup pelanggan di Indonesia.

Perusahaan optimis dapat melangkah lebih jauh menciptakan pertumbuhan bisnis yang lebih relevan dan berkelanjutan, serta meningkatkan pengalaman berbelanja pelanggan menjadi sumber inspirasi untuk kehidupan yang lebih baik.

Adapun perusahaan kini tengah mempersiapkan peluncuran identitas merek baru. Langkah ini dijadwalkan akan diperkenalkan kepada seluruh pelanggan pada awal 2025.

Dari sisi kinerja sendiri, Aspirasi Hidup Indonesia pada semester I- 2024 mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 21% menjadi Rp366 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan bersih juga mengalami pertumbuhan sebesar 14% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu sebesar Rp4,1 triliun.

Lebih lanjut, hingga awal semester II tahun 2024 Perusahaan berhasil membuka 10 toko dengan menjangkau enam wilayah baru yakni Banyuwangi, Garut, Banda Aceh, Tanjungpinang, Ternate dan Palopo.

Sejarah Kawan Lama dan Lahirnya ACE Hardware di RI

Warga perkotaan Indonesia sering mendengar merek usaha seperti Ace Hardware, Krisbow, Kaeser, Informa hingga minuman Chatime. Namun, sedikit orang tahu bahwa semua merek tersebut berada di bawah naungan satu perusahaan yang sama dan berasal dari Indonesia, yakni Kawan Lama Group.

Kawan Lama Group yang merupakan operator Ace Hardware di Indonesia merupakan salah satu 'raja' di industri retail, makanan, hingga kebutuhan rumah tangga. Semua kesuksesan perusahaan hari ini tak terlepas dari tangan dingin Wong Jin membangun perusahaan perkakas 69 tahun lalu.

Pada 1955, Wong Jin yang merupakan pedagang alat-alat perkakas dan bahan bangunan membuka toko di Glodok, Jakarta Barat. Toko bernama Kawan Lama ini berukuran sangat kecil, yakni 3x3 meter persegi atau hanya seukuran kamar tidur.


Meski kecil, toko Kawan Lama cukup moncer. Dia tetap bertahan sekalipun kondisi ekonomi dan politik Indonesia tak stabil. Selama berbisnis, diketahui Wong Jin selalu mengajak anak-anaknya ikut serta. Salah satu anak yang aktif diajak oleh Wong Jin adalah Kuncoro Wibowo alias Wong Jit Khoen.

Mengutip Tatler Asia, selama membantu ayah mengurusi toko dia belajar banyak soal bisnis dan pentingnya penguasaan bahasa asing, seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin untuk keperluan bisnis. Situs resmi perusahaan menyebut, pada 1968 Kuncoro berhasil membawa Kawan Lama sebagai pemasok produk dari luar negeri.

Kepiawaian Kuncoro mengurus Kawan Lama membuatnya dipercaya memimpin perusahaan setelah Wong Jin wafat pada 1982. Di tangan Kuncoro, perusahaan kemudian melesat.

Dia melakukan banyak modernisasi yang mendorong kerjasama dengan perusahaan-perusahaan luar negeri. Perkembangan ini tentu saja didukung oleh hal mendasar, yakni membaiknya iklim usaha di Indonesia.

Sejak Presiden Soeharto berkuasa, bisnis tiap perusahaan bisa berjalan dengan baik karena stabilitas politik dikendalikan dan pertumbuhan ekonomi digenjot. Alhasil, semua itu membuat banyak perusahaan bisa bergeliat, salah satunya Kawan Lama.

Dari sini, perusahaan menyebut di era 1980-an, Kawan Lama bertransformasi menjadi PT Kawan Lama Sejahtera dan berani membuka banyak cabang, serta membuat usaha baru di era setelahnya. Mulai dari Kaeser (1991), ACE Hardware (1995), dan sebagainya.

Selain dikendalikan Kuncoro, Kawan Lama juga dioperasikan oleh adiknya, Krisnandi Wibowo. Pada 1998, Kawan Lama membuat merek perkakas baru, yakni Krisbow yang singkatan nama Krisnandi Wibowo.

Sampai sekarang, Kawan Lama masih eksis dan mengendalikan lebih dari 30 merek usaha dan 1.200-an toko. Kuncoro sendiri dicatat Forbes (2024) memiliki harta US$ 1,05 miliar atau Rp16 triliun.

Tuesday, December 24, 2024

Bikin Takut Bank-Bank Besar RI, Isu Ini Bakal Lanjut Tahun Depan

 

kolase foto/ BCA, BRI, Mandiri, BNI / Aristya Rahadian
Foto: kolase foto/ BCA, BRI, Mandiri, BNI / Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Isu likuiditas yang menghantui industri perbankan sepanjang tahun ini, diperkirakan masih bakal berlanjut tahun depan. Saat ini, bank-bank tidak hanya bersaing dengan satu sama lain dalam memperebutkan dana masyarakat, tapi juga dengan pemerintah.

Chief Economist BSI Banjaran Surya Indrastomo mengatakan tahun depan adalah jatuh tempo pembayaran surat utang negara sekitar Rp700 triliun per tahun dalam tiga tahun ke depan. Ditambah dengan pengeluaran rata-rata tahunan utang yang ditarik pemerintah sekitar Rp600 triliun, lantas pemerintah membutuhkan kebutuhan likuiditas sekitar Rp1.300 triliun per tahun.

"Dan ini yang membuat sebetulnya, kalau ini jatuh tempo, berarti harus di-replace. Kecuali memang rencananya ada pola-pola lain yang tidak perlu mengambil kepada dana yang beredar," jelas Banjaran di Sharia Economic Outlook di Kantor Pusat BSI, Senin (23/12/2024).

Selain itu, ia mengatakan pemerintahan baru juga membutuhkan "pembiayaan baru." Dalam hal ini, ada kebutuhan pembiayaan untuk berbagai program baru pemerintah. 

Perbankan pun harus bersaing dengan pemerintah yang menerbitkan instrumen dengan imbal hasil atau yield yang lebih menarik. Seperti, obligasi negara ritel (ORI) dengan bunga kupon di atas 6% dengan tenor 3 tahun.

Maka, tak heran bahwa fenomena "perang" insentif, cashback, dan hadiah yang marak dilakukan perbankan tahun ini bakal berlanjut tahun depan.

Presiden Direktur Krom Bank (BBSI) Anton Hermawan mengatakan saat ini dana pihak ketiga (DPK) menjadi incaran industri perbankan, dan semua berupaya mendapatkannya.

"Jadi sebenarnya perang insentif, perang cashback, perang hadiah itu menjadi sesuatu yang sangat dimunculkan di tahun ini. Dan saya rasa untuk tahun depan juga nggak akan berhenti sih, masih akan terus," ujar Anton di Penang Bistro, Selasa (3/12/2024) lalu.

Bank-Bank Besar Takut Ekspansi Kredit

Terpisah, ekonom LPPI Ryan Kiryanto mengatakan bahwa secara umum, perbankan sedang memiliki "isu besar" terkait likuiditas. Hal ini terlihat dari posisi rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) perbankan yang mencapai 87,50% per Oktober 2024, menunjukkan bahwa likuiditas perbankan RI sudah ketat.

"Nah, itu jelas menunjukkan bahwa space atau ruang bank kita untuk lebih agresif ekspansi [kredit] semakin terbatas. Apalagi bank-bank yang memang memiliki stance yang konservatif. Konservatif itu adalah bankir-bankir yang nggak mau ngebut, nggak mau ngegas, nggak mau agresif. Dengan LDR di bank itu 80% ke atas, mereka pasti lebih prudent, lebih hati-hati artinya tidak terlalu bernafsu ya untuk ekspansi," jelas Ryan saat ditemui di Jakarta Selatan, Jumat (20/12/2024).

Ambil contoh PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang dianggap "over-liquid". Jika merujuk pada laporan keuangan BCA per kuartal III-2024, posisi LDR berada di 75,1% berada di bawah batas bawah Giro Wajib Minimum (GWM) LDR yang ditetapkan Bank Indonesia (BI), yakni 78%-92%.


Bank yang melanggar kewajiban pemenuhan GWM bakal kena sanksi. Pada periode yang sama setahun sebelumnya, LDR BCA juga berada di bawah rentang minimum GWM LDR BI, yakni hanya 67,41%. Artinya, BCA lebih memilih membayar denda daripada berekspansi kredit yang tak "prudent."

Mengenai hal ini, EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengakui bahwa pihaknya memang mempertimbangkan prinsip kehati-kehatian. berkomitmen menjaga pertumbuhan kredit berkualitas secara berkelanjutan.

"Ditopang likuiditas yang solid, kami berkomitmen menjaga pertumbuhan kredit berkualitas secara berkelanjutan. Kami berkomitmen mendorong penyaluran kredit ke berbagai sektor, dengan tetap mempertimbangkan prinsip kehati-hatian," kata Hera dalam keterangannya kepada CNBC Indonesia, Senin (24/11/2024).

Penyaluran kredit BCA pun mampu tumbuh 11,1% secara tahunan atau year on year (yoy) per September 2024, melampaui industri perbankan yang sebesar 10,85% yoy pada periode yang sama. Sementara itu, LDR BCA hanya bertambah 7,69%.

"Pada prinsipnya, BCA berkomitmen menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat. BCA juga senantiasa mengelola likuiditas secara prudent serta mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dalam penerapan manajemen risiko," ungkap Hera.

Sementara itu, pertumbuhan kredit industri perbankan nasional terus naik dua digit. Tercatat kredit perbankan tumbuh 10,92% yoy menjadi Rp7.657 triliun per Oktober 2024.

Namun, pertumbuhan DPK jauh lebih rendah, yakni 6,74% yoy menjadi Rp8.751 triliun pada periode yang sama. Lantas, ada gap sebesar 4,18% antara kredit dan pendanaan perbankan.

"Kalau pertumbuhan kredit jauh lebih kencang dibanding pertumbuhan DPK, berarti kan pada titik tertentu bank itu harus, saya nggak mengatakan berhenti ya, tetap ekspansi tapi mungkin lebih betul-betul sesuai sesuai kapasitasnya, sesuai kemampuannya. Agar jangan sampai kondisi likuiditas individual bank itu sampai terlalu mepet," imbuh Ryan.

Bank swasta RI terbesar kedua CIMB Niaga (BNGA) juga lebih memilih mengincar DPK dengan target pertumbuhan 8%, dan telah merevisi target penyaluran kredit menjadi 6% untuk tahun ini.

Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan revisi tersebut dilakukan karena biaya pendanaan atau cost of fund tidak seperti yang pihaknya harapkan.

"Saat ini cost of fund masih tinggi ditambah daya beli kelas menengah yang agak menurun, sehingga juga memberikan tantangan terhadap pertumbuhan loan maupun DPK. Tidak heran jika untuk memenuhi RBB akan challenging juga. Kami merevisi pertumbuhan loan menjadi lebih kecil, melihat cost of fund tidak seperti yang kami harapkan. Karena akan tidak kondusif untuk kualitas aset di kemudian hari jika dipaksakan," jelas Lani saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (26/11/2024) lalu.

Ketika ditanya mengenai berbagai kondisi yang menghantui perbankan tahun depan, seperti kenaikan PPN, tren pelemahan tukar rupiah, Lani menjawab biaya pendanaan industri perbankan bakal tetap tinggi.

"Perbankan tahun depan harus lebih berhati-hati dan berhitung lebih dalam, mengingat cost of fund akan tetap tinggi. Karena suku bunga acuan diperkirakan tidak akan turun di awal tahun depan," ujar Lani kepada CNBC Indonesia, Jumat (20/12/2024).

Menurutnya, perbankan harus bisa memperhitungkan tingkat rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) dan pencadangan (CKPN) yang dapat diserap oleh margin bunga bersih (NIM).

"Pada dasarnya, bank harus bisa membaca situasi dan kondisi ekonomi, sehingga bisa menentukan arah pertumbuhan ataupun mitigation-nya," pungkas Lani.

Monday, December 23, 2024

Pasar Saham RI Mulai Dilirik Lagi, Asing Ramai-Ramai Beli Saham Ini

 

Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada akhir pekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau. Namun indeks merosot 4,65% dalam sepekan terakhir, dan berada di posisi 6.983,86 pada perdagangan Jumat (20/12/2024).

Nilai transaksi indeks pada Jumat (20/12/2024) mencapai sekitar Rp 11,8 triliun dengan melibatkan 18,9 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1 juta kali. Sebanyak 296 saham menguat, 288 saham melemah, dan 202 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor energi menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini yakni mencapai 0,61%. Sedangkan sektor konsumer non-primer menjadi penekan terbesar IHSG mencapai 0,74%.

Sementara itu, asing tercatat kembali melakukan penjualan bersih sebesar Rp417,99 miliar di seluruh pasar dan sebesar Rp828,33 miliar pada perdagangan Jumat. Di samping itu, mereka juga melakukan pembelian bersih sebesar Rp410,34 miliar di pasar negosiasi dan tunai.

Kendati asing masih net sell, investor sudah mulai kembali melirik pasar saham RI meski secara garis besar masih wait and see sembari menimbang dampak dari dipangkasnya kembali suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed).

BREN tercatat sebagai saham dengan net buy asing terbesar pada akhir pekan lalu, yakni Rp93,31 miliar. Lalu CUAN Rp 81,52 miliar dan EXCL Rp 62,21 miliar.

Mengutip Stockbit, berikut 10 saham dengan net foreign buy terbesar pada perdagangan Jumat pekan lalu.

1. PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) - Rp98,31 miliar

2. PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) - Rp81,52 miliar

3. PT XL Axiata Tbk. (EXCL) - Rp62,21 miliar

4. PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. (PANI) - Rp20,80 miliar

5. PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) - Rp19,33 miliar

6. PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) - Rp11,90 miliar

7. PT Indosat Tbk. (ISAT) - Rp11,76 miliar

8. PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) - Rp10,83 miliar

9. PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) - Rp9,91 miliar

10. PT Astrindo Nusantara Infrastructure Tbk. (BIPI) - Rp8,31 miliar

Friday, December 20, 2024

Indofood Blak-Blakan Sebut Penyebab Indomie Ditarik di Australia

 

A worker holds instant noodle packs at a market in Jakarta, Indonesia, March 12, 2018. Picture taken March 12, 2018. REUTERS/Beawiharta
Foto: REUTERS/Beawiharta

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten produsen indomie, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) buka suara terkait berita yang beredar soal Australia menarik produk Indomie dari peredaran. Hal itu memicu keresahan bagi masyarakat Indonesia yang juga mengkonsumsi produk mie instant.

Corporate Secretary Gideon A. Putro mengungkapkan, semua produk mi instan yang diproduksi oleh Perseroan di Indonesia diproses sesuai dengan standar keamanan pangan yang telah ditentukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) dan juga memenuhi Codex Standard for Instant Noodles.

Produk mi instan Perseroan telah mendapatkan Sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI) serta diproduksi di fasilitas produksi yang tersertifikasi Standar Internasional ISO 22000 atau FSSC 22000 untuk Sistem Manajemen Keamanan Pangan.

Sementara, produk-produk konsumen bermerek yang diekspor oleh Perseroan secara resmi ke luar negeri juga mematuhi persyaratan, peraturan dan ketentuan keamanan pangan yang berlaku di masing-masing negara tujuan dimana produk dipasarkan, termasuk Australia.

"Oleh karenanya, produk mi instan yang diekspor oleh Perseroan secara resmi ke Australia telah sepenuhnya memenuhi peraturan dari otoritas setempat," ujarnya dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (20/12).


Manajemen menegaskan, dari hasil penelaahan Perseroan, produk mi instan yang dimaksud dalam pemberitaan tersebut bukanlah produk mi instan yang diekspor secara resmi oleh Perseroan untuk pasar Australia, melainkan parallel import yang dilakukan oleh importir yang bukan merupakan distributor resmi Perseroan, mengingat keterangan yang tertera pada kemasan produk tersebut menggunakan bahasa Indonesia, bukan bahasa Inggris.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari situs web Food Standards Australia New Zealand (FSANZ), produk-produk Indomie yang ditarik di antaranya, Indomie Mi Goreng Rasa Rendang dengan kedaluwarsa 3 Mei 2025 dan 23 Desember 2024, Indomie ayam bawang dengan kedaluwarsa 28 April 2025 dan 1 April 2024, Indomie soto mie kedaluwarsa 27 April 2025 dan 10 April 2025, serta Indomie Mi Goreng Aceh dengan kedaluwarsa 25 Desember 2024 dan 3 April 2025.

Berdasarkan hasil penelaahan Perseroan, produk-produk di atas hanya ditujukan untuk pasar Indonesia yang sudah mendapat Nomor Izin Edar (NIE) dari BPOM RI dan telah mencantumkan bahan alergen dalam kandungan bahan dengan tulisan yang dicetak tebal sebagaimana disyaratkan dalam Peraturan BPOM RI No. 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan.

"Produk mi instan yang diekspor oleh Perseroan ke Australia tertulis Export Product dan menggunakan keterangan dalam Bahasa Inggris yang dicetak langsung pada label kemasannya, termasuk pencantuman kandungan alergen sebagaimana yang disyaratkan oleh otoritas Australia," jelasnya.

Manajemen menyebut, sehubungan dengan penarikan tersebut, hingga saat ini tidak terdapat potensi sanksi dari otoritas terkait di Australia yang ditujukan kepada Perseroan. "Kejadian tersebut tidak memberikan dampak material pada kegiatan operasional maupun kinerja keuangan Perseroan," imbuhnya.

Manajemen menambahkan, hingga saat ini, seluruh produk mi instan Perseroan yang diekspor secara resmi ke Australia tetap dapat dipasarkan dan didistribusikan secara normal oleh distributor resmi yang ditunjuk oleh Perseroan, tanpa ada penarikan atau penahanan produk oleh otoritas Australia.