Showing posts with label best. Show all posts
Showing posts with label best. Show all posts

Monday, September 1, 2025

Rupiah Rentan Terkoreksi di Tengah Gejolak Demonstrasi

 Mata uang rupiah dan dolar AS.

Mata uang rupiah dan dolar AS. (Antara/Fakhri Hermansyah)

Jakarta, Beritasatu.com - Nilai tukar rupiah masih rentan terkoreksi di tengah aksi demonstrasi yang belum mereda. Mata uang Garuda diperkirakan bergerak volatil di kisaran Rp 16.300-Rp 16.500 per dolar Amerika Serikat (AS).

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, gejolak sosial politik berupa demonstrasi besar di Jakarta dan sejumlah daerah telah meningkatkan persepsi risiko investor. Kondisi ini mendorong aksi jual investor asing di pasar obligasi maupun saham.

Ia menambahkan, kepercayaan investor terganggu akibat ketidakpastian politik. Demonstrasi yang dipicu isu kenaikan tunjangan anggota DPR, serta insiden meninggalnya seorang pengemudi ojek dalam bentrokan, memperbesar kekhawatiran bahwa kondisi sosial bisa memburuk dan membebani keuangan negara.

ADVERTISEMENT

“Pasar merespons dengan pelemahan rupiah, lonjakan yield obligasi pemerintah, dan koreksi tajam di pasar saham," ujar Josua kepada Beritasatu.com pada Senin (1/9/2025).

Josua memandang, kekhawatiran pasar semakin besar karena kerusuhan dinilai berpotensi mengganggu stabilitas fiskal sekaligus menekan agenda ekonomi pemerintah. Situasi ini diperburuk oleh lonjakan permintaan dolar menjelang akhir bulan (end month dollar demand), yang secara musiman memang cenderung meningkat.

Atas kondisi tersebut, Josua menilai pergerakan rupiah saat ini masih cenderung rentan. Selama demonstrasi berlangsung dan ketidakpastian politik belum mereda, volatilitas akan tetap tinggi.

“Selama sentimen domestik masih panas, rupiah kemungkinan akan bergerak terbatas di kisaran lemah dengan volatilitas mengikuti dinamika politik dan arus modal asing,” jelasnya.

Meski demikian, Josua melihat peluang penguatan rupiah tetap terbuka apabila eskalasi segera diredam dan faktor eksternal relatif stabil. Prospek penurunan suku bunga The Fed juga berpotensi mengurangi tekanan pada mata uang emerging markets, termasuk rupiah.

"Jika ketegangan sosial mereda, ruang apresiasi terbuka kembali ke area Rp 16.200-Rp 16.300, didukung intervensi Bank Indonesia (BI) dan cadangan devisa yang memadai," sebutnya.

Menurut Josua, peran BI menjadi krusial dalam menjaga stabilitas rupiah. BI sendiri telah menegaskan akan terus hadir di pasar melalui intervensi di berbagai instrumen, mulai dari spot valas, obligasi, hingga NDF onshore dan offshore.

Selain itu, konsistensi komunikasi kebijakan juga diperlukan agar pasar melihat kredibilitas dalam menjaga stabilitas. Namun jika tekanan berlanjut, BI dapat memperkuat operasi moneter jangka pendek, menambah likuiditas dolar, serta memperkuat koordinasi dengan pemerintah untuk menenangkan pasar.

“Outlook rupiah ke depan sangat bergantung pada stabilitas domestik. Semakin cepat demonstrasi mereda, semakin cepat pula rupiah kembali ke jalur stabil sesuai fundamental ekonomi,” pungkas Josua.

Adapun berdasarkan data Bloomberg, Senin (1/9/2025) pukul 10.50 WIB, rupiah berada di posisi Rp 16.490 per dolar AS. Rupiah sedikit menguat dari posisi penutupan akhir pekan lalu di Rp 16.499 per dolar AS.

Friday, August 15, 2025

Bansos Tak Boleh Buat Warga Miskin Jadi Ketergantungan

 Petugas pos menata logistik bantuan sosial untuk warga.

Petugas pos menata logistik bantuan sosial untuk warga. (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/pras.)

Jakarta, Beritasatu.com - Program bantuan sosial (bansos) perlu dievaluasi secara menyeluruh agar tidak sekadar menjadi bantuan jangka pendek. Bansos diharapkan mampu mendorong penerimanya naik kelas atau berhasil memperbaiki taraf hidup untuk tidak lagi terima bantuan.

Menurut Ekonom Universitas Indonesia (UI), Telisa Aulia Falianty, evaluasi bisa dimulai dari data desil pendapatan masyarakat. Langkah ini penting untuk menilai sejauh mana bansos mampu mendorong penerima lebih berdaya secara ekonomi.

Akan tetapi, Telisa berujar, keberhasilan pengentasan kemiskinan ini tidak bisa diukur hanya dari satu kebijakan saja. Bansos perlu didukung program-program lain agar kemiskinan teratasi dan semakin banyak para penerima manfaat bansos tergraduasi.

"Supaya masyarakat naik kelas itu tidak cukup bansos tetapi bersama dengan bansos itu ada Kartu Indonesia Pintar (KIP), terus ada juga prakerja dan program-program lain seperti program keluarga harapan (PKH), peningkatan akses pendidikan ataupun meningkatnya anggaran pendidikan," ungkapnya kepada Beritasatu.com.

Telisa menilai, langkah strategis yang juga mendesak adalah integrasi data sosial. Kabar baiknya, Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) saat ini dinilai telah padu untuk memudahkan pemantauan dan mendukung proses graduasi.

Dengan data terpadu maka pendataan terkait masyarakat naik kelas secara ekonomi menjadi lebih gampang. Ini juga memudahkan pendataan kelayakan penerima bansos.

"Jadi memang perlu suatu sistem yang semakin lama semakin meningkat dan ada evaluasi terhadap graduasi tersebut. Kita inginkan ketika dia naik kelas atau graduasi nanti dia bisa lebih baik lagi dengan meningkatkan produktivitasnya," imbuh Telisa.

Dia mengungkapkan, gagasan Bank Indonesia (BI) terkait sistem pembayaran terintegrasi Payment ID dapat menjadi solusi. Dalam konteks bansos, Payment ID akan sangat bermanfaat untuk melacak data masyarakat naik kelas yang dipantau dari pengeluaran ataupun peningkatan tabungan.

Friday, July 4, 2025

JPMorgan Borong 117,42 Juta Saham BRI (BBRI)

 

Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia — Di tengah tekanan pasar dan tren pelemahan saham perbankan nasional, kepercayaan investor global terhadap PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) justru menguat. Hal ini tercermin dari langkah JPMorgan Chase & Co. yang secara signifikan menambah porsi kepemilikannya di saham BBRI sepanjang kuartal II/2025.

Berdasarkan data pasar, JPMorgan membeli 117,42 juta saham BRI sepanjang April hingga Juni 2025, menjadikan total kepemilikan mereka mencapai 1,54 miliar saham. Aksi beli ini mencerminkan pembalikan arah strategi JPMorgan yang sebelumnya menjual lebih dari 500 juta saham BRI pada kuartal I tahun.

Keputusan JPMorgan ini datang bersamaan dengan aksi jual yang mereka lakukan terhadap emiten bank blue chip lainnya yaitu Bank Central Asia (BBCA). Hal ini memperkuat pandangan bahwa BRI kini menjadi fokus utama investor institusi besar, bahkan di tengah koreksi pasar yang masih berlangsung.

Reza Priyambada, Direktur Reliance Sekuritas Indonesia Tbk., menilai langkah JPMorgan menambah saham BBRI di tengah pelemahan pasar bukan hanya sinyal investasi dalam memanfaatkan momentum yang ada, tetapi juga cerminan dari market trust terhadap arah transformasi dan fondasi fundamental bisnis BRI yang kuat.

Dengan strategi jangka panjang yang konsisten dan komitmen terhadap tata kelola yang transparan, BRI dinilai siap menjadi pilar utama pemulihan pasar dan pertumbuhan inklusif nasional di masa mendatang. Dia juga menyorot pernyataan Direktur Utama BRI Hery Gunardi yang menegaskan strategi transformasi yang sedang dilakukan oleh perseroan saat ini.

"Meskipun saat ini saham BBRI sedang mengalami tekanan seiring dengan kondisi pasar, namun secara fundamental masih kokoh, dengan dukungan fondasi bisnisnya yang kuat juga strategi transformasi," ujarnya.

Optimisme pasar terhadap BRI juga didukung oleh konsensus analis. Mengutip Bloomberg, sebanyak 31 analis merekomendasikan beli, 5 tahan, dengan target harga rata-rata 12 bulan ke depan sebesar Rp4.703,61-memberikan potensi imbal hasil sekitar 27,1% dari harga pada awal bulan ini, Selasa (1/7/2025).

Adapun kinerja saham BRI memang masih terkoreksi, dengan harga per 1 Juli 2025 ditutup di level Rp3.700 per lembar. Namun, aksi JPMorgan menunjukkan bahwa investor institusional melihat sesuatu yang lebih mendasar, yaitu fondasi kuat dan strategi transformasi jangka panjang BRI.

Direktur Utama BRI Hery Gunardi menegaskan bahwa perusahaan tengah mengakselerasi transformasi melalui program BRIVolution Reignite. Transformasi ini mencakup penguatan aspek bisnis, tata kelola, manajemen risiko, hingga digitalisasi operasional, yang semuanya mengarah pada visi BRI menjadi The Most Profitable Bank di Asia Tenggara pada 2030.

"Kami tetap fokus pada penguatan fundamental baik dari sisi pendanaan, penyaluran kredit yang berkualitas, peningkatan kapabilitas digital, penerapan manajemen risiko yang memadai hingga pengembangan SDM," ujar Hery.

https://www.bestprofit-futures.co.id/index.php/en/

https://www.newsmaker.id/index.php/en/

Transformasi ini sejalan dengan koridor pembangunan nasional Asta Cita Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, sekaligus menunjukkan keseriusan BRI dalam menjalankan mandat sebagai bank milik negara dan rakyat Indonesia.

BRI juga terus menunjukkan komitmen terhadap prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) di tengah proses penegakan hukum yang sedang berjalan terkait dugaan pengadaan mesin EDC periode 2020-2024. Langkah ini menjadi bagian dari strategi BRI menjaga kepercayaan pasar, bahwa meskipun tantangan muncul, perusahaan tetap solid dalam mematuhi regulasi dan menjaga kelangsungan bisnis secara berkelanjutan.

Tuesday, June 17, 2025

Danantara & INA Mau Guyur Rp 13 T ke Chandra Asri (TPIA)

 

Kantor Danantara pusat di Jakarta, Indonesia, 28 Februari 2025. (REUTERS/Willy Kurniawan)
Foto: Kantor Danantara pusat di Jakarta, Indonesia, 28 Februari 2025. (REUTERS/Willy Kurniawan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) dan Indonesia Investment Authority (INA) menandatangani MoU dengan PT Chandra Asri Pacific Tbk (Chandra Asri Group).

Nota kesepahaman tersebut berisi rencana Danantara dan INA untuk menyuntik modal ke proyek pabrik Chlor Alkali - Ethylene Dichloride (CA-EDC) milik emiten Prajogo Pangestu tersebut.

Nilai investasi dari kerja sama tersebut ditaksir mencapai US$800 juta atau Rp 13,03 triliun (kurs Rp 16.290). Kemitraan ini bertujuan untuk mencerminkan komitmen bersama para pihak dalam memperkuat ketahanan industri Indonesia, mengurangi ketergantungan impor bahan baku kimia hulu utama, dan memajukan agenda hilirisasi sebagai bagian dari transformasi ekonomi jangka panjang di Tanah Air.

CIO Danantara, Pandu Sjahrir, mengatakan inisiatif tersebut merupakan langkah konkret untuk memperkuat pasokan bahan baku industri penting dalam negeri dan memperluas basis ekspor Indonesia.

Partisipasi Danantara Indonesia mencerminkan komitmen jangka panjang untuk berinvestasi di sektor-sektor dasar yang mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif, penciptaan lapangan kerja, dan nilai tambah industri. Sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN), Pabrik CA-EDC sejalan dengan target pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8%.

Sektor kimia mendukung rantai nilai utama-dari manufaktur hingga transisi energi-terutama dalam pemrosesan nikel dan pemurnian alumina. Investasi ini memperkuat ketahanan nasional dengan mengurangi ketergantungan impor pada produk-produk penting seperti soda api dan Etilen Diklorida. Di Danantara Indonesia, kami menyambut mitra global yang memiliki visi yang sama untuk membangun ekosistem industri yang tangguh dan bernilai tinggi dalam ekonomi Asia yang dinamis." kata Pandu, mengutip keterangan resmi, Selasa (17/6/2025).

Produksi Ethylene Dichloride dari pabrik tersebut akan diekspor, sehingga menghasilkan potensi devisa hingga Rp 5 triliun per tahun. Pabrik ini juga diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor soda api, dengan proyeksi penghematan hingga Rp 4,9 triliun per tahun.

"Masuknya Danantara Indonesia dan INA menggarisbawahi kepercayaan investor terhadap pertumbuhan industri kimia Indonesia. Melalui kolaborasi ini, kami membangun fondasi yang kokoh untuk mendorong pembangunan industri yang berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi nasional," kata Presiden Direktur Chandra Asri Group, Erwin Ciputra.

Monday, June 16, 2025

4 Saham Naik Gila-Gilaan, BEI Langsung Pantau Ketat


Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah signifikan pada pembukaan perdagangan hari ini, Senin (2/6/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah signifikan pada pembukaan perdagangan hari ini, Senin (2/6/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) memantau ketat perdagangan empat emiten karena mengalami peningkatan harga saham yang signifikan hingga di luar kebiasaan (Unusual Market Activity/UMA). Ke empat emiten tersebut di antaranya, PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) dalam sepekan naik 42%, PT Asuransi Bintang Tbk (ASBI) dalam seminggu naik 33%, PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA) dalam sepekan naik 51%, dan emiten BUMN PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) yang juga menguat 51% dalam seminggu.

Langkah tersebut dilakukan dalam rangka memberikan perlindungan kepada para invstor, khususnya pemegang saham ke-empat emiten tersebut.

"Pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang- undangan di bidang pasar modal," tulis manajemen BEI, Senin (16/6).

Informasi terakhir mengenai CBRE adalah informasi tanggal 12 Juni 2025 yang dipublikasikan melalui website PT Bursa Efek Indonesia (Bursa) perihal penjelasan atas volatilitas transaksi.

Selanjutnya, informasi terakhir mengenai ASBI adalah informasi tanggal 10 Juni 2025 yang dipublikasikan melalui website PT Bursa Efek Indonesia (Bursa) perihal penjelasan atas volatilitas transaksi.

Sementara informasi terakhir mengenai JAWA adalah informasi tanggal 10 Juni 2025 yang dipublikasikan melalui website PT Bursa Efek Indonesia (Bursa) perihal rencana penyelenggaraan public expose - tahunan.

Sebagai informasi, sebelumnya Bursa telah mengumumkan Unusual Market Activity (UMA) pada tanggal 26 Agustus 2024 atas perdagangan saham JAWA.

Sedangkan informasi terakhir mengenai KRAS adalah informasi tanggal 10 Juni 2025 yang dipublikasikan melalui website PT Bursa Efek Indonesia (Bursa) perihal laporan bulanan registrasi pemegang efek.

Oleh karena itu para investor diharapkan untuk memperhatikan jawaban emiten atas permintaan konfirmasi Bursa, mencermati kinerja emiten dan keterbukaan informasinya, mengkaji kembali rencana corporate action emiten apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), serta mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi.

 

Tuesday, March 18, 2025

Bursa Saham Dihentikan Situasi RI Balik Kaya Pandemi

 

Karyawan berdiri dengan latarbelakang layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (11/7/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Karyawan berdiri dengan latarbelakang layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (11/7/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok lebih dari 7% ke level 6.017,39 pada perdagangan Selasa hari ini (18/3/2025) pukul 11.57 WIB. Penurunan sebesar 325,03 poin merupakan yang terdalam sejak Pandemi Covid-19. Analis menilai merahnya IHSG dipicu oleh sentimen negatif dari dalam negeri.

Analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta mengatakan dari domestik ada pelemahan dari kalangan tingkat menengah yang merupakan sumber pendapatan pemerintah. Menurutnya, awal tahun ini yang penuh tantangan mulai dari daya beli lemah yang tercermin dari deflasi secara tahunan pada Februari 2025 merupakan yang terparah dalam seperempat abad.

"Kemudian, penerimaan pajak yang lemah sampai depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS)," papar Nafan.Minggu lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pendapatan negara hingga akhir Februari 2025 mencapai Rp316,9 triliun. Khusus pajak, realisasinya hanya mencapai Rp187,8 triliun. Setoran pajak tersebut terkontraksi sebesar 30,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 269,02 triliun.

Adapun belanja negara dalam dua bulan pertama adalah Rp348,1 triliun atau 9,6% dari target APBN. Pemerintah pusat menghabiskan Rp211,5 triliun dan transfer daerah Rp136,6 triliun. Maka dari itu, hingga akhir Februari 2025 APBN tercatat defisit Rp31,2 triliun atau 0,13% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Kondisi ini memicu kekhawatiran investor bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan akan melemah.

Adapun, Erwin Supandi, Head of Equity Retail dari HP Sekuritas mencermati tekanan dari saham-saham konglomerasi yang rontok, salah satunya Grup Barito.

"Penurunan harga saham-saham Grup Barito juga memberikan tekanan tambahan pada IHSG, mengingat kapitalisasi pasar yang besar dari emiten-emiten tersebut. Dengan demikian, anjloknya saham-saham milik Prajogo Pangestu berkontribusi signifikan terhadap pelemahan IHSG hari ini" terang-nya.

Dia pun menilai IHSG mengalami penyesuaian dalam kondisi pasar yang dinamis, tetapi fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat.

"Investor diharapkan tetap fokus pada strategi jangka panjang dan memanfaatkan momentum koreksi ini sebagai peluang untuk menyesuaikan portofolio" ujarnya.

Erwin mengungkapkan bahwa fundamental bisnis emiten di Indonesia maish banyak yang tetap kuat dan memiliki prospek pemulihan jangka panjang yang baik.