Foto: Pexels/Steinberg
Jakarta, CNBC Indonesia - Emas tenggelam ditelan kabar buruk dari China dan Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan Rabu (7/6/2023) harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 1.939,63 per troy ons. Harganya jeblok 1,18%.
Pelemahan itu membawa harga emas ke level terendah sejak 16 Maret atau hampir tiga bulan.
Emas sedikit membaik pada pagi hari ini. Pada perdagangan Kamis (8/6/2023) pukul 06:55 WIB, harga emas di pasar spot ada di posisi US$ 1.943,34, harganya naik 0,19%.
Harga emas ambruk setelah China melaporkan pelemahan ekspor dan impor. Kabar dari AS juga membuat emas terpuruk.
Ekspor China turun 7,5% (year on year/yoy) sementara impor melemah 4,5% (yoy). Ekspor China turun menjadi US$ 283,5 miliar sementara impor tercatat US$ 217,7 miliar.
Pelemahan impor dan ekspor menandai jika ekonomi domestik China tengah melambat.
Kabar ini tentu menjadi sentimen negatif bagi emas mengingat Tiongkok adalah konsumen terbesar emas di dunia.
Aktivitas ekonomi China diperkirakan masih melandai ke depan seiring melambatnya perekonomian global serta meningkatnya pengangguran di kalangan generasi muda. Artinya, permintaan emas bisa melemah ke depan sehingga harganya pun turun.
Emas juga melemah setelah yield atau imbal hasil surat utang pemerintah AS meningkat tajam. Imbal hasil surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun menguat ke 3,79% kemarin, level tertingginya sejak 29 Mei 2023.
Imbal hasil menguat setelah bank sentral Kanada menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps kemarin.
Kenaikan ini mengantisipasi meningkatnya suku bunga acuan di AS. Bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) sendiri baru akan menggelar rapat pada 13-14 Juni mendatang.
"Yield menguat tajam dan membebani emas," tutur analis dari High Ridge Futures, David Meger, kepada Reuters.
Meger menjelaskan pelaku pasar masih menunggu data inflasi AS pada 13 Juni mendatang. Jika inflasi melandai dengan cepat maka ada harapan jika The Fed melunak. Namun, emas bisa terus tertekan jika inflasi AS masih membandel. Pasalnya, kondisi itu bisa membuat The Fed melanjutkan kebijakan hawkishnya dan membuat emas tertekan.
CNBC INDONESIA RESEARCH