Jakarta, CNBC Indonesia - Proyek strategis pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur menjadi satu pemanis bagi potensi peningkatan kinerja emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya di kala terpaan masalah klasik utang tinggi yang belum usai.
Emiten BUMN karya beserta anak usaha diketahui setidaknya telah mengamankan total nilai proyek hingga Rp48 triliun di ibu kota baru RI, berdasarkan keterbukaan informasi yang dilaporkan oleh perusahaan yang berstatus publik dan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Ragam Proyek
Sejumlah emiten plat merah di bidang konstruksi diketahui mendapatkan hajatan dari proyek nasional tersebut. Sebut saja PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) yang menyatakan sedang menggarap dua proyek IKN senilai Rp1,2 triliun.
Pihak manajemen WEGE juga membenarkan kabar tersebut secara resmi dengan rincian kontrak baru yang diperoleh pada tahun 2022 antara lain proyek hunian pekerja konstruksi dengan nilai kontrak bruto sebesar Rp 442 miliar, dan proyek Gedung Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi dengan kontrak baru bruto sebesar Rp 746 miliar.
"Sehingga total kontrak yang berasal dari IKN sampai dengan saat ini adalah Rp 1,2 triliun," kata Sekretaris Perusahaan Purba Yudha Tama dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa (18/7)
Tak hanya itu, induk usaha WEGE yakni PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) juga mendapat berkat dengan total kontrak yang diperoleh mencapai Rp 3,48 triliun di proyek IKN. WIKA diketahui menjadi kontraktor pelaksana pada pembangunan Jalan Tol IKN Segmen KKT Kariangau - SP. Tempadung dan Jalan Sumbu Kebangsaan Sisi Timur.
Kemudian ada PT PP Tbk (PTPP) yang diketahui telah menerima total nilai kontrak dari IKN sebesar Rp4,15 triliun per akhir Juni 2023, dengan rincian delapan proyek yang telah dikantongi antara lain jalan akses menuju masjid IKN, dermaga logistik, Kawasan Inti Pusat Pemerintah (KIPP), Jalan Sumbu Kebangsaan Sisi Barat, Jalan Tol IKN Segmen 3B Kariangau - Sp. Tempadung, Gedung Istana Negara dan Lapangan Upacara, Gedung Kantor Kepresidenan RI, serta Gedung Kementerian Sekretariat Negara RI
Emiten BUMN Karya lainnya ada PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang tak ketinggalan dapat jatah melalui unit bisnisnya yaitu Infrastructure II Division memenangkan tender untuk pembangunan proyek Jalan Feeder Distrik KIPP IKN senilai Rp 1,3 triliun.
Selanjutnya ada PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mengerjakan tujuh proyek di IKN senilai Rp2,9 triliun yang meliputi Hunian Pekerja Konstruksi, Tol IKN Seksi 3A Karangjoang-KKT Kariangau, Fender Jembatan Pulau Balang dan Duplikasi Jembatan Pulau Balang, Rumah Tapak Kedinasan untuk Jabatan Menteri, kemudian Prasarana Intake dan Jaringan Pipa Transmisi Sepaku, serta Land Development Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) Zona 1B.
Nilai Kontrak Kumulatif
Terlepas dari proyek IKN yang berhasil diamankan, dari ke-empat besar BUMN karya, ADHI menjadi yang paling unggul dengan raihan nilai kontrak sepanjang paruh pertama 2023 sebesar Rp14 triliun. PTPP menyusul dengan total kontrak baru sebesar Rp11,62 triliun.
Posisi ketiga ada WIKA sebesar Rp10,5 triliun hanya saja periode nya baru sampai Mei 2023. Terakhir WSKT dengan nilai kontrak baru Rp7,82 triliun hingga akhir Juni 2023.
Proyek IKN yang masih menjadi angin segar bagi emiten konstruksi BUMN juga tak lepas dari dukungan anggaran infrastruktur pemerintah dalam APBD 2023 yang meningkat 7,75℅ menjadi Rp392 triliun, dibandingkan outlook APBD tahun sebelumnya sebesar Rp353,8 triliun.
Proyek-proyek konstruksi nasional juga akan semakin digencarkan mendekati tahun politik 2024, sehingga tahun ini menjadi masa yang paling efektif untuk mendorong penyerapan realisasi APBN dan APDB 2023 lebih optimal di bidang infrastruktur.
Kendati demikian, pengerjaan konstruksi juga sangat berkaitan erat dengan industri padat karya dan modal. Ini akan mempengaruhi likuiditas perusahaan yang tidak menutup kemungkinan masih ditopang oleh utang. Tingkat utang yang tinggi masih menjadi masalah belum usai bagi emiten BUMN karya kendati Bank Indonesia (BI) sudah menahan suku bunga.
Oleh karena itu dalam proses pengerjaan proyek tetap perlu diantisipasi ketahanan kinerja keuangan perusahaan terutama di tengah ketidakpastian global yang masih berlanjut.
CNBC INDONESIA RESEARCH