Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/9/223). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) merespon pergerakan saham emiten Energi Baru dan Terbarukan (EBT) milik konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang harga sahamnya meroket hingga 772% sejak IPO.
Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI Kristian Sihar Manullang mengatakan, BEI masih akan memantau emiten BREN secara ketat.
"Pergerakan saham BREN, kami pantau terus dan sejauh ini sudah dilakukan tindakan pengawasan UMA dan suspensi Cooling Down (2 sesi)," ujarnya kepada wartawan, Selasa (21/11).
Selanjutnya, BEI akan melakukan tindakan pengawasan selanjutnya akan dilakukan apabila dari hasil pemantauan bursa diperlukan tindakan lebih lanjut.
Sebagai informasi, emiten BREN pada perdagangan sesi I Senin (20/11/2023) kapitalisasi pasarnya sudah menyentuh Rp 900 triliunan dan mendekati kapitalisasi Bank Central Asia (BBCA).
Adapun kapitalisasi pasar BREN saat ini sudah mencapai Rp 906,4 triliun, atau tinggal sedikit lagi menyentuh Rp 1.000 triliun dan terus 'pepet' kapitalisasi pasar perbankan jumbo PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang saat ini mencapai Rp 1.103,31 triliun.
Bahkan, selisih kapitalisasi pasar antara BREN dengan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) semakin lebar, di mana kapitalisasi pasar BBRI saat ini mencapai Rp 788,11 triliun, alias ada selisih sebesar Rp 118,29 triliun.
Selain kapitalisasi pasarnya yang sudah 'pepet' BBCA, kenaikan harganya sejak IPO semakin membesar. Dari harga IPO-nya di Rp 780/saham, maka saham BREN sudah meroket hingga 771,79%.
Prospek energi baru dan terbarukan (EBT) yang masih menarik menjadi alasan saham BREN masih diburu oleh investor, meski secara valuasi saham BREN sudah tergolong premium atau sangat mahal.
Dari Price-to-earnings ratio (PER) BREN saat ini mencapai 519,65 kali. Artinya, saham BREN sudah super mahal, karena sudah berada jauh di atas PER rata-rata industri yang mencapai 118,57 kali.
Sedangkan dari price-to-book value(PBV) BREN yang menyentuh angka ekstrem 229,23 kali, juga menunjukkan valuasi pasar emiten ini sudah kadung menyentuh 'atap langit'. Adapun PBV rata-rata industri mencapai 47,61 kali.
Prospek EBT sendiri sejatinya cenderung positif karena pemerintah saat ini berupaya untuk mengurangi ketergantungan akan energi fosil dan upaya untuk mengurangi perubahan iklim yang sudah ekstrim.