Foto: Ilustrasi Sandiaga Uno, (Edward Ricardo/ CNBC Indonesia)
- Jauh sebelum terjun ke dunia politik apalagi menjadi menteri, Sandiaga Uno sudah lebih dahulu dikenal sebagai pebisnis. Tidak heran, Sandi masuk sebagai salah satu menteri terkaya.
Adapun perusahaan Sandi yang terkenal adalah PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) bersama Edwin Soeryadjaya. Harga saham SRTG dalam setahun ini naik hingga 12,5%.
Kenaikan harga saham perusahaan investasi milik duo pengusaha Indonesia tersebut telah membuat kekayaan Sandiaga Uno naik hampir Rp 292 miliar dengan kepemilikan saham yang mencapai 21,51%.
PT BESTPROFITSementara itu pemegang saham lain yaitu Edwin Soeryadjaya yang juga anak dari pendiri Grup Astra William Soeryadjaya, kekayaannya naik Rp 449 miliar sepanjang tahun ini.
Secara kasar kekayaan Sandiaga Uno dan Edwin Soeryadjaya naik Rp 2,86 miliar dan Rp 4,4 miliar per harinya tahun ini.
Kenaikan kapitalisasi pasar SRTG sebenarnya tak terlepas dari kenaikan harga saham dari perusahaan anak (investee) yang memiliki eksposur terhadap sektor komoditas.
Mengacu pada presentasi perusahaan pada bulan Mei lalu, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang bergerak di bidang tambang batu bara terintegrasi dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang bergerak di bidang tambang tembaga dan emas berkontribusi sebesar 50% dari portofolio perusahaan. BESTPROFIT
Kenaikan harga batu bara dan emas di sepanjang tahun ini menjadi katalis positif untuk ADRO dan MDKA. Secara year to date (ytd) harga saham ADRO naik 52,44% sedangkan di saham MDKA naik 29,53%. PT BESTPROFIT FUTURES
Harga saham ADRO dan MDKA yang melesat turut mendongkrak valuasi perusahaan SRTG. Sebenarnya pergerakan harga saham ADRO dan MDKA yang melesat sepanjang tahun ini tidak hanya didukung oleh peningkatan harga komoditas, tetapi juga masuknya kedua perusahaan tersebut ke ekosistem mobil listrik.
Eksposur MDKA ke bisnis nikel diperoleh melalui PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) yang dimiliki oleh PT J&P Indonesia yang menjadi bagian dari entitas bisnis MDKA setelah diakuisisinya PT Hamparan Logistik Nusantara.
SCM juga diketahui memiliki saham minoritas di dua pabrik nikel yang beroperasi yaitu PT Rotary Klin-Electric Furnace (RKEF) sebesar 49% dan PT Bukit Smelter Indonesia sebesar 28,4%.
Sebagai informasi, produk intermediet dari kedua pabrik tersebut adalah Nickel Pig Iron (NPI), Nickel Matte dan MSP/HSP yang produk akhirnya dapat menjadi stainless steel serta nikel sulfat untuk baterai mobil listrik.
Ekspansi bisnis ke sektor yang sedang hot juga dilakukan oleh ADRO lewat akuisisi 3,7% saham PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA) yang bergerak di bisnis metallurgical grade bauxite dan smelter grade alumina.
Produk akhirnya memang berupa aluminium. Seperti halnya nikel, aluminium juga merupakan komponen dari baterai untuk mobil listrik.
Nilai kapitalisasi pasar SRTG yang naik juga tak terlepas dari kepemilikan saham di PT Aneka Gas Industri Tbk (AGII) yang harganya melesat 45,21% sepanjang tahun ini.
Sebagai perusahaan investasi, SRTG memiliki beberapa portofolio bisnis baik yang merupakan perusahaan publik maupun privat dan terbagi menjadi tiga lini utama.
Lini pertama adalah growth focused yang terdiri dari PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) di sektor automotif, PT Aneka Gas Industri Tbk (AGII) di sektor gas industri, Primaya Hospital (kesehatan), Mulia Bosco Logistik (cold-chain logistic), Deltomed (herbal medicine), City Vision (digital advertising), Xurya (solar energy), Amazing Farm (vegetable produce) dan Nusa Raya Cipta (konstruksi).
Di lini blue chip, SRTG juga mengempit sebagian saham baik secara langsung maupun tidak langsung di perusahaan dengan market cap jumbo seperti ADRO, MDKA dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) di sektor telekomunikasi.
Tidak sampai di situ, SRTG juga tak mau ketinggalan berinvestasi di perusahaan atau startup digital. Saat ini SRTG memiliki 3 portfolio startup yang terdiri dari Sirclo (e-commerce enabler), Fuse (insuretech) dan Julo (fintech).
SRTG juga berinvestasi ke sektor teknologi lewat dua sayap keuangan (pemodal ventura) yang terafiliasi dengan grup yaitu Provident Growth Fund dan SC Tech Investment.
Kalau dilihat memang banyak sektor bisnis yang sedang hot selain mobil listrik tetapi juga bisnis energi terbarukan yang juga menjadi katalis positif untuk valuasi SRTG.
Apabila mengacu pada situs resmi perusahaan, sebagai perusahaan investasi SRTG memiliki nilai Net Asset Value (NAV) sebesar Rp 65,49 triliun atau Rp 22,75 triliun lebih tinggi dari nilai kapitalisasi pasarnya.
Jakarta, CNBC Indonesia
No comments:
Post a Comment