Foto: Infografis/ 3 Senjata 'Mematikan' Putin Lawan Barat/ Edward Ricardo
Setidaknya ada 10 bank sentral yang sejauh ini menjaga suku bunga acuan mereka. Di antaranya adalah Jepang, China, Thailand, hingga Rusia serta Indonesia.
Puluhan bank sentral yang tergabung dalam Bank sentral di Uni Eropa, seperti Jerman dan Prancis, juga belum menaikkan suku bunga acuan sebesar 0% sejak Maret 2016. Namun, bank sentral Eropa/ECB) sudah mengumumkan akan menaikkan suku bunga mulai Juli mendatang. Sejumlah alasan mendorong bank sentral untuk mempertahankan suku bunga tetapi alasan yang paling umum adalah mendongkrak pertumbuhan. PT BESTPROFIT
Foto: Bank Mandiri Kebijakan suku bunga di sejumlah negara |
Alasan sedikit berbeda datang dari Turki. Laju inflasi Negara Bulan Sabit tersebut sebenarnya sangat tinggi yakni 21,31% (year on year/yoy) pada November 2021 menjadi 73,5% pada Mei tahun ini. Namun, bank sentral tersebut tetap mempertahankan suku bunga acuan mereka di level 14%. BEST PROFIT
Inflasi Turki melonjak karena jatuhnya mata uang lira. Namun, di tengah lonjakan inflasi tersebut, bank sentral Turki (Turkiye Cumhuriyet Merkez Bankasi/TCMB) justru menurunkan suku bunga acuan pada Desember 2021 setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan meminta mereka memangkas suku bunga. BESTPROFIT
Suku bunga acuan TCMB dipangkas pada September, Oktober, November, dan Desember 2021 dari 19% menjadi 14%.
Erdogan adalah penentang keras kenaikan suku bunga. Dia bahkan sudah memecat tiga gubernur bank sentral sejak 2019 karena dinilai kurang akomodatif. PT BESTPROFIT FUTURES
Lain Turki, lain pula Rusia. Inflasi Rusia meroket dari 9,2% pada Februari 2022 menjadi 17,1% pada Mei 2022. Sebaliknya, pertumbuhan mereka melemah.
Bank Dunia memperkirakan ekonomi Negara Beruang Merah akan terkontraksi sebesar 8,9%, berbanding terbalik dengan tumbuh 4,7% pada tahun lalu.
Di tengah lonjakan inflasi, bank sentral Rusia pada 10 Juni lalu memangkas suku bunga sebesar 150 bps menjadi 9,5%. Langkah tersebut diambil untuk memantik pertumbuhan ekonomi mereka yang jatuh akibat perang.
Sejumlah embargo, gangguan logistik dan macetnya aktivitas bisnis akibat perang diperkirakan bakal berdampak besar terhadap ekonomi Rusia.
"Melemahnya aktivitas ekonomi terjadi baik dari sisi pasokan ataupun penawaran. Survei menunjukkan bahwa banyak perusahaan untuk memperbaiki distribusi dan produksi," tutur bank sentral Rusia, dalam keterangannya.
Jakarta, CNBC Indonesia
No comments:
Post a Comment