Foto: Ilustrasi/ Cryptocurrency
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar kripto mayoritas berada di teritori negatif di tengah hilangnya aset Grayscale sekitar US$5 miliar atau sekitar Rp78 triliun (asumsi kurs Rp15.610) pada pekan lalu.
Merujuk dari CoinMarketCap pada Senin (22/1/2024) pukul 6.59 WIB, pasar kripto didominasi zona merah. Bitcoin turun tipis 0,3% ke US$41.544,79 dan secara mingguan melemah 0,64%.
Ethereum berada di zona negatif 0,65% dalam 24 jam terakhir dan dalam sepekan mengalami depresiasi 0,73%
Solana mengalami pelemahan 1,78% secara harian dan secara mingguan turun 3,44%.
Begitu pula dengan Cardano yang ambles 2% dalam 24 jam terakhir dan secara mingguan anjlok 4,06%.
CoinDesk Market Index (CMI) yang merupakan indeks untuk mengukur kinerja tertimbang kapitalisasi pasar dari pasar aset digital turun tipis 0,11% ke angka 1.776,68. Open interest terdepresiasi 1,39% di angka US$37,22 miliar.
Sedangkan fear & greed index yang dilansir dari coinmarketcap.com menunjukkan angka 57 yang menunjukkan bahwa pasar berada di fase netral dengan kondisi ekonomi dan industri kripto saat ini.
Dilansir dari cointelegraph.com, antara 10 Januari dan 18 Januari, aset yang dikelola yang dimiliki oleh Grayscale Bitcoin Trust (GBTC) telah turun dari US$28,5 miliar menjadi US$23,7 miliar, menurut data dari YChart dan GrayScale.
Analis mengatakan arus keluar dari GBTC diperkirakan terjadi setelah Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) mengizinkan Grayscale untuk mengubah dana tersebut menjadi ETF.
Sementara itu, Joe McCann, pendiri dana kripto Asymmetric, menyoroti betapa kecilnya volume perdagangan Bitcoin saat ini. Analis membagikan komentar berikut bersama dengan data dari bursa berjangka Deribit kepada pelanggannya:
"Volume pasangan Bitcoin sudah pasti hilang sejak peluncuran ETF. Perbedaan antara volume parsial dan volume realisasi adalah yang terluas dalam kurun waktu yang lama," tutur Joe.
Foto: Implied Volatility vs Realized Volatility |
CNBC INDONESIA RESEARC
No comments:
Post a Comment