Wednesday, June 12, 2019

Total KPU Kasih 272 Box Kontainer Alat Bukti ke MK untuk Lawan Prabowo

Total KPU Kasih 272 Box Kontainer Alat Bukti ke MK untuk Lawan Prabowo

PT BESTPROFIT - KPU memberikan 272 box kontainer alat bukti ke Mahkamah Konstitusi atau MK untuk melawan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno. Prabowo - Sandiaga menggugat hasil Pilpres 2019 ke MK.
Komisioner Komisi Pemilihan Umum Hasyim Asy'ari mengatakan pihaknya memberikan barang bukti sebanyak 272 box kontainer alat bukti tersebut berasal dari 34 provinsi.
Hasyim menuturkan tiap provinsi akan menyerahkan barang bukti sebanyak 8 boks kontainer. Adapun dimensi boks kontainer tersebut berukuran panjang 60cm x lebar 40cm x tinggi 40cm = 96.000cm3.
"Masing-masing 34 KPU Provinsi akan menyerahkan 8 kontainer. Jadi akan diserahkan dokumen alat bukti sebanyak 272 kontainer," kata Hasyim kepada wartawan, Rabu (12/6/2019). BEST PROFIT
Lebih lanjut, Hasyim mengatakan banyaknya jumlah barang bukti yang diserahkan KPU kepada MK sebagai bukti keseriusan pihkanya dalam menghadapi PHPU Pilpres 2019.
"Ini menunjukkan keseriusan KPU dalam mempersiapkan dan menghadapi gugatan PHPU Pilpres 2019 di MK," tukasnya.
Sebelumnya, dari pantauan suara.com sekitar pukul 10.45 WIB sejumlah alat bukti terkait hasil Pilpres 2019 telah tiba di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Sejumlah alat bukti tersebut dikirimkan KPU menggunakan mobil boks Kantor Pos. Terlihat total ada 27 box kontainer yang berisi alat bukti dari 5 provinsi yakni Sulawesi Barat 6 box, Kalimantan Utara 3 box, Gorontalo 4 box, Kalimantan Timur 6 box, dan Kepulauan Riau 8 box. BESTPROFIT
Kemudian, sekitar pukul 13.30 WIB KPU kembali mengirimkan barang bukti sebanyak 24 boks kontainer dari 3 provinsi, yakni Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) 6 boks, Bali 6 boks, dan DKI Jakarta 12 box. Sehingga total barang bukti yang telah diserahkan yakni sebanyak 51 boks kontainer.
Sumber: suara.com

Friday, May 31, 2019

4 Tokoh Nasional Ternyata Akan Dibunuh oleh Salah Seorang Warga Tangsel

4 Tokoh Nasional Ternyata Akan Dibunuh oleh Salah Seorang Warga Tangsel

BEST PROFIT - Salah satu dari enam orang yang berencana membunuh empat tokoh nasional dalam kerusuhan 21 dan 22 Mei di Jakarta ternyata seorang pria berinisial AZ (44) warga Serua, Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel).
Dia mengontrak sebuah rumah di Kelurahan Serua. Rumah dengan cat putih itu tampak kosong dengan pintu terkunci gembok. Meski demikian, ada beberapa barang seperti sandal, bangku, dan sepeda yang terlihat belum sempat dirapikan.
Menurut Ketua RT setempat, Kaliman, rumah itu memang sudah kosong kira-kira sepekan terakhir. Keluarga AZ, yakni seorang istri dengan tiga anak perempuannya, telah pergi ke Bogor, Jawa Barat. BESTPROFIT
“Rumahnya memang sudah kosong, saya juga baru tahu, karena yang bersangkutan tidak sempat pamit ke saya. Saat saya cek dan tanya tetangganya, dia telah dijemput saudaranya untuk sementara tinggal di Bogor,” katanya Kamis (30/5/2019).
Berkaitan dengan penangkapan AZ oleh Polisi, Kaliman juga mengaku kaget dan tidak menyangka bahwa satu dari enam itu adalah warganya. Sebab sebelumnya ia sempat berbincang dengan AZ soal aktivitasnya. PT BESTPROFIT
“Waktu tanggal 21 Mei, pas habis salat subuh, saya ketemu Pak AZ, saya sempat nanya gini, ‘Berangkat, Pak?’ Nah, maksud saya itu mau berangkat kerja, terus dijawabnya, ‘Ya, ini mau berangkat mau ke Bandara’. Setelah itu selesai, kita pulang ke rumah masing-masing,” ujarnya.
Berita ini sebelumnya dimuat Bantennews.co.id jaringan Suara.com dengan judul berita "Oknum yang Rencanakan Bunuh 4 Tokoh Nasional Ternyata Warga Tangsel"
Sumber: suara.com

Wednesday, May 29, 2019

Siap Penuhi Panggilan Polisi, Kivlan Didampingi 20 Pengacara

Siap Penuhi Panggilan Polisi, Kivlan Didampingi 20 Pengacara

BESTPROFIT - Tersangka kasus penyebaran berita bohong atau hoaks dan makar, Mayjen (Purn) TNI Kivlan Zen dijadwalkan akan diperiksa hari ini, Rabu (29/5/2019) pukul 10.00 WIB. Menurut koordinator kuasa hukum Kivlan, Djuju Purwantoro, kliennya itu akan memenuhi panggilan Bareskrim Polri itu.
Kasus Kivlan bermula saat melakukan aksi bersama Eggi Sudjana menuntut Joko Widodo didiskualifikasi dalam Pilpres di depan kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Menurut Djuju, dalam menghadapi pemeriksaan, Kivlan akan didampingi 20 pengacara.
"Ada sekitar 20an (pengacara) mungkin nanti yang datang," ujar Djuju saat dihubungi Suara.com.
Menurut Djuju, total keseluruhan pengacara yang terdaftar mendampingi Kivlan mencapai 30 orang. Djuju mengaku dirinya bertindak sebagai koordinator dan akan ikut mendampingi Kivlan saat pemeriksaan nanti.
"Iya (dampingi) saya koordinator soalnya. Mungkin yang tercatat ada 30-an (pengacara) ya," tutur Kivlan. PT BESTPROFIT
Djuju meyakini nantinya penyidik Kepolisian akan menanyakan seputar dugaan makar saat aksi depan kantor Bawaslu. Namun ia membantah kliennya telah melakukan makar.
"Siapa yg melakukan makar? Iya kira2 seperti itu (ditanya dugaan makar), itu kan tuduhan saja. Salah satu tuduhannya seperti itu," jelas Djuju.

Kivlan Zen [suara.com/Maidian Reviani]

Djuju mengaku tidak ada persiapan khusus jelang pemeriksaan. Ia mengatakan nantinya Kivlan hanya menjawab apa yang ditanyakan sesuai dengan fakta yang ada.
"Kita jawab semua sesuai yg ditanyakan, berdasarkan fakta-fakta, peristiwa, dan dasar-dasar hukum yg ada," pungkas Djuju. BEST PROFIT
Sebelumnya, Polisi telah menjadwalkan pemanggilan terhadap Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen pada Rabu (29/5/2019) besok. Kivlan akan dimintai keterangannya sebagai tersangka kasus penyebaran berita bohong atau hoaks dan makar.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri, Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo mengatakan pemeriksaan tersebut sedianya pada tanggal 21 Mei 2019 lalu. Hanya saja, pihak Kivlan meminta penundaan pemeriksaan.
"Sedianya dipanggil penyidik bareskrim tanggal 21 Mei, tetapi karena yang bersangkutan ada kegiatan, maka tim pengacaranya memberitahu kepada penyidik minta ditunda untuk pemeriksaannya tangga 29 Mei besok pukul 10.00 WIB," ujar Dedi di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Selasa (28/5/2019).
Sumber: suara.com

Tuesday, May 28, 2019

Alasan Mobil Presiden Tak Disebutkan Spesifikasi dan Harganya

Mobil kepresidenan dikawal Paspampres.

PT BESTPROFIT - Harga tidak pernah bohong. Pepatah itu tampaknya menjadikan Mercedes-Benz selalu menghadirkan produk terbaiknya. Bahkan Mercy mengklaim jika mobil buatannya menjadi kendaraan yang paling banyak digunakan para presiden termasuk di Idonesia.

Ya, Presiden Joko Widodo saat ini juga menggunakan mobil Mercy sebagai kendaraannya. Namun sayangnya Mercy yang ditunggangi presiden Jokowi rupanya masih model yang lama alias jadul. Hal itu diungkapkan Kariyanto Hardjosoemarto, Deputy Director Sales Operations & Product Management PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia.
“Kita sih menunggu saja, kalo ada pemesanan kita akan proses, tentunya kami akan menawarkan varian tertinggi Mercedes-benz S-Class dan Maybach,” kata Kariyanto. BEST PROFIT
Ia menambahkan pihaknya selalu update dengan produk baru termasuk yang menjadi pilihan para kepala negara. Namun memang masih banyak yang masih mempertahankan model lama. “Memang kami lihat kendaraan tersebut masih prima dan aman, dan kami harapkan jika presiden membeli mobil baru, presiden masih naik Mercedes-Benz,” katanya.
Ia menjelaskan, bahwa khusus untuk kendaraan presiden, memang Mercedes-Benz selalu punya kebijakan untuk didatangkan langsung dari Jerman dengan spesifikasi yang dibutuhkan dan diminta tentunya. BESTPROFIT
“Kalau kendaraan presiden langsung dikirim dan dibuat dari jerman, karena ini menyangkut kerahasiaan spesifikasi dan lain sebagainya. Jadi kendaraan presiden ini tidak publikasikan spesifikasinya seperti apa, termasuk harganya,” katanya.
Kerahasiaan setiap kendaraan presiden ini memang diperlukan untuk memberikan rasa aman.
Laporan: Erza Putra
Sumber: viva.co.id

Monday, May 27, 2019

Hanum Rais Putri Amien Rais Diperiksa di Polda Metro Jaya, Kasus Makar

Hanum Rais Putri Amien Rais Diperiksa di Polda Metro Jaya, Kasus Makar

BESTPROFIT - Hanum Rais, putri Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais, dipanggil penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Senin (27/5/2019).
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono mengatakan, Hanum diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan makar oleh tersangka Eggi Sudjana.
"Ya benar, ada agenda pemanggilan Hanum sebagai saksi kasus Eggi," kata Argo saat dikonfirmasi.
Argo mengatakan, Hanum telah tiba di Polda Metro Jaya. Kekinian, Hanum tengah diperiksa oleh pihak penyidik. PT BESTPROFIT
"Iya, (Hanum Rais) sudah datang," tambah Argo.
Selain Hanum, penyidik juga tengah memeriksa Ansufri Idrus Sambo alias Ustaz Sambo. Sebelumnya, polisi juga memeriksa sejumlah saksi seperti Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais, Mayjen TNI Purnawirawan Kivlan Zen, dan Politikus Partai Gerindra Permadi.
Untuk diketahui, Polda Metro Jaya telah menahan Eggi Sudjana usai menjalani pemeriksaan sebagai tersangka kasus makar.
Penahanan dilakukan hingga 20 hari ke depan. Penahanan terhadap Eggi merujuk pada Surat Perintah Penahanan Nomor: SP.HAN/587/V/2019/Ditreskrimum, tertanggal 14 Mei 2019. BEST PROFIT
Kasus ini berawal dari ajakan people power yang diserukan Eggi saat berpidato di kediaman Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Buntut dari seruan itu, Eggi Sudjana dilaporkan seorang relawan dari Jokowi - Maruf Center (Pro Jomac), Supriyanto ke Bareskrim Polri dengan nomor laporan nomor: LP/B/0391/IV/2019/Bareskrim tertanggal 19 April 2019 dengan tuduhan penghasutan.
Sumber: suara.com

Thursday, May 23, 2019

Korban Tewas Kerusuhan 22 Mei Jakarta Tembus 8 Orang

Korban Tewas Kerusuhan 22 Mei Jakarta Tembus 8 Orang

PT BESTPROFIT - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan sebanyak 8 orang tewas akibat kerusuhan 22 Mei di beberapa kawasan di Jakarta. Anies mengatakan mereka yang tewas dari berlatar belakang beragam.
Sebelumnya Anies menyebutkan sebanyak 6 orang tewas karena kerusuhan 22 Mei. Anies pun belum menyebutkan dengan lengkap identitas mereka.
"Yang meninggal jumlahnya 8 orang," kata Anies di Jalan MH Thamrin di depan Kantor Bawaslu, Jakarta, Kamis (23/5/2019). BEST PROFIT
Sebanyak 257 orang ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda Metro Jaya karena terlibat aksi kericuhan 21-22 Mei 2019 di tiga daerah berbeda di Jakarta.
Dari tangan pelaku pihak kepolisian mengamankan sejumlah barang bukti seperti HP, cerulit, petasan dan mercon.
Sebelumnya diberitakan, massa aksi 22 Mei 2019 di depan gedung Bawaslu, Jalan MH Thamrin, bentrok dengan aparat kepolisian, setelah selesai salat berjemaah, Rabu (22/5/2019) malam. BESTPROFIT
Pantauan Suara.com, bentrokan dipicu oleh sekelompok orang dari arah Jalan Abdul Moeis melempari polisi memakai botol air mineral.
Setelah itu, bentrok terjadi, aparat membalas melempari massa memakai botol air mineral. Massa lantas melempari polisi memakai kembang api. Tak hanya itu, pendemo juga melemparkan bambudan batu.
Pendemo membakar spanduk di tengah jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019).
Polisi menyerukan para pendemo 22 Mei berhenti untuk melemparkan benda. Massa diminta untuk mundur dan bubarkan diri.

Sumber: suara.com

Wednesday, May 22, 2019

Memoar Aktivis 98 yang Diculik (3): Suyat dan Nasi Timlo Tak Terbeli

Memoar Aktivis 98 yang Diculik (3): Suyat dan Nasi Timlo Tak Terbeli

BEST PROFIT - Muda, progresif, dan berbahaya, begitulah gambaran aktivis prodemokrasi yang berjuang meruntuhkan kediktatoran Orde Baru, sehingga gerbang menuju era reformasi terbuka.
Mereka rata-rata masih berusia belia, awal 20-an tahun dan berstatus mahasiswa maupun mahasiswi. Sembari melawan rasa takut, mereka mendobrak tabu bahwa Presiden Soeharto tak bisa diturunkan.
Teriakan mereka bergema ke seluruh penjuru Tanah Air, meski nyawanya sendiri sebagai taruhan. Selain ada yang meninggal ketika melakukan aksi, tak sedikit pula hilang diculik.
Sebanyak 13 aktivis reformasi 98 yang hilang diculik, dan hingga kekinian belum ditemukan. Salah satu aktivis yang diculik adalah mahasiswa Universitas Slamet Riyadi Surakarta bernama Suyat.
Suyat, hilang pada 13 Februari 1998. Ia terakhir terlihat di Solo, Jawa Tengah.
Adalah Lilik Hastuti Setyowatiningsih, seorang perempuan yang aktif menjadi aktivis Prodemokrasi pada era 1990-an, menceritakan sejumput kisah kenang-kenangannya dengan Suyat. Berikut kisahnya. BESTPROFIT
KETIKA melakoni fase perjuangan, aku tak lama bersama Suyat. Tapi, kenangan tentang dirinya sangat melekat.
Suatu malam, bersama seorang kawan, aku bertandang ke kampus Suyat, FISIP Unisri Surakarta. Kala itu, kami ingin mengajak Suyat mengikuti aksi massa.
Kami dan Suyat lama berbincang di depan sebuah kelas kampus. Saat itu, Suyat tampak masih ragu dan enggan mengikuti demonstrasi.
Suyat adalah persona pemalu dan pendiam. Ia anak bontot dari 5 saudara. Bapak dan ibunya adalah pedagang taoge dan tempe.
Dia adalah satu-satunya anak dalam keluarga, bahkan di dusunnya, yang bisa berkuliah. Tentu harapan besar bertumpu di pundaknya, untuk mengubah nasib keluarga menjadi lebih baik.
Malam itu, Suyat tak menjawab ajakan kami untuk ikut aksi massa. Tapi esok paginya, Suyat ada dalam barisan aksi di depan bundaran Universitas Negeri Sebelas Maret, sembari tersenyum cerah kepada kami. PT BESTPROFIT
Sejak saat itu, Suyat semakin aktif. Dia memilih bergabung dengan Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi dan Partai Rakyat Demokratik.
Tentunya, seperti kami dan lainnya, ketika Suyat memilih menjadi kader SMID/PRD, harus bersiap terhadap risiko dan bermacam kesulitan. Ditangkap, digebuki, kuliah putus, atau masa depan serta segala kesenangan hidup menjadi tak jelas.
Suyat, hilang pada 13 Februari 1998. Ia terakhir terlihat di Solo, Jawa Tengah.
Tubuh Suyat tergolong tegap. Karenanya, dia kerap menjadi bapor alias barisan pelopor pada setiap aksi.  Dia berdiri paling depan dalam setiap aksi, untuk melindungi kawan-kawannya.
Konsekuensinya, Suyat harus siap babak belur digebuk paling duluan oleh polisi atau tentara yang menjaga aksi.
Satu ciri penting pada medio 1990-an adalah, mulai marak aksi-aksi di berbagai sektor rakyat: mahasiswa, buruh, dan petani. Aksi-aksi itu tak melulu mengangkat isu politik, tapi juga ekonomi.
Salah satu taktik SMID dan PRD adalah mendorong aksi-aksi di kampus dan sektor-sektor rakyat. Aksi-aksi massa  juga menjadi taktik untuk konsolidasi organisasi.
Sebab, fase tersulit saat itu adalah mendobrak tembok ketakutan. Melalui aksi-aksi massa secara reguler, kami ingin setiap orang menjadi melek dan berani.
Karena situasi saat itu memang hanya memberi dua pilihan: diam tertindas atau bangkit melawan.
Tanggal 7 Desember 1995, Suyat untuk kali pertama mengikuti aksi massa di luar kota. Itu juga aksinya langsung berisiko besar, yakni melompati pagar kedutaan Belanda.
Kala itu, aksi melompati pagar kantor Kedubes Belanda dilakoni oleh kader-kader PRD dan pemuda-pemuda progresif Timor Leste untuk menuntut referendum.
Tentu saja, aksi itu dibubarkan aparat. Massa aksi juga dikepung ratusan preman dan tentara.
Semua babak belur digebuk dan dilempar batu. Nyaris semua kepala bocor. Suyat salah satunya.
Suyat, hilang pada 13 Februari 1998. Ia terakhir terlihat di Solo, Jawa Tengah.
Setelah babak belur dipukuli preman dan aparat, menyerahkah Suyat? Ternyata tidak.
Beberapa hari sepulang dari Jakarta, Suyat ikut aksi pemogokan buruh PT Sritex, Solo, masih dengan kepala bekas diperban. Saat aksi itu juga, Suyat lagi-lagi digebuk. Kepalanya bonyok lagi.
Itu bukan babak akhir. Tanggal 8 Juli 1996, Suyat menjadi barisan pelopor aksi pemogokan 10 pabrik di Surabaya. Dia ditangkap lagi. Periode itu, jadwal aksi-aksi massa sangat rapat di setiap kota dan setiap bulan.
Ketika ditangkap dan dibawa ke Mapolresta Surabaya, aku dan Suyat duduk di lantai. Kami diberikan bungkusan nasi padang oleh polisi.
Babak belur berdarah dan dengan nyaman menyantap nasi Padang. Sepertinya, itu makanan terenak yang pernah kami makan.
Kami melakoni banyak aksi dan pengorganisasian, hingga meletuslah peristiwa penyerangan kantor DPP PDI yang dikuasai massa pro-Megawati Soekarnoputri.
Sejak itu, perburuan yang paling edan terhadap kami, aktivis PRD, terjadi. Itu ujian sesungguhnya dari segala latihan-latihan militansi.
Tapi Suyat, dia hanya “tiarap“ sebentar. Aku di Surabaya dan Suyat di Solo. Kami baru kembali bertemu di Jakarta pada medio 1997.
Suyat kala itu ditugaskan sebagai pengurus KNPD. Aku jadi buruh buang benang di Jakarta Barat. Koordinasi tertutup. Tak pernah bisa ketemu.
Aku tak pernah lupa pada sebuah hari, ketika aksi massa besar terjadi di Cawang. Kala itu, aksi sudah mengangkat isu politik menggantikan Soeharto, dengan semboyan “Mega – Bintang – Rakyat.“
Aku menyaksikan Suyat jadi koordinator lapangan saat aksi itu. Lama tak bertemu, dalam situasi mencekam, aku menyaksikan Suyat memimpin barisan aksi di Cawang.
Dia memegang pelantang suara, dengan lelehan peluh di kepala tentunya. Kami hanya sempat lambaikan tangan. Aku bangga padanya!
Itulah aku kali terakhir melihat Suyat, sampai beberapa waktu kemudian, kudengar kabar, ia hilang diculik serombongan orang.
Suyat “diambil“ dari rumahnya di Gemolong, Sragen, Jawa Tengah, pada Februari 1998, dan tak pernah kembali lagi!
Suyat, kau masih ingat warung timlo dekat Mertokusuman, dekat sekretariat kita di Solo?
Dulu, malam-malam, pulang dari pabrik Sritex, kita kelaparan. Lalu menyaksikan mbak penjual, menuangkan kuah timlo dari panci besar ke mangkok-mangkok pada meja panjang.
Kita berjalan kaki melewati warung itu. Mencium aroma wangi dan segarnya. Terbayang segar dan hangat disantap saat malam dan hujan.
Kita saling melirik, lalu tertawa. Bersama-sama. Kita sama-sama tak punya uang.
Suyat, beberapa waktu lalu aku ke Solo, melewati kawasan dekat sekretariat kita. Warung itu sudah tidak ada. Tapi aku seperti mencium aroma kuah timlo berpuluh tahun lalu.
Suyat, di mana pun kau berada, semoga kau bahagia ya. Aku sayang dan bangga padamu!
Sumber: suara.com