Thursday, April 25, 2024

Laba BRI Kalahkan BCA, Ini Data Terbarunya

 Bank BRI BCA Foto: Bank BRI BCA

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank pelat merah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) kembali mencetak kinerja positif pada tiga bulan pertama tahun ini. Secara konsolidasi, BRI telah membukukan laba bersih periode berjalan Rp15,98 triliun, tumbuh 2,69% secara tahunan (yoy) pada kuartal I-2024, dari setahun sebelumnya sebesar Rp15,56 triliun.

Pencapaian tersebut tidak terlepas dari pendapatan bunga bersih sebesar Rp35,95 triliun, naik 9,68% yoy dari setahun sebelumnya Rp32,78 triliun.

Kemudian, penyaluran kredit BRI yang tercatat sebesar Rp1.308,65 triliun, tumbuh 10,89% yoy pada periode Maret 2024. Dari jumlah tersebut, kredit UMKM tercatat sebesar Rp1.089,41 triliun, atau menyumbang komposisi sebesar 83,28%.


Kualitas kredit pun terjaga dengan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross sebesar 3,27% dan NPL net sebesar 1% per Maret 2024. BRI juga mencatatkan NPL coverage sebesar 214,26%.

Pada penghimpunan dana, BRI berhasil mencatatkan total dana pihak ketiga sebesar Rp1.416,21 triliun, tumbuh 12,8% yoy. Dengan jumlah dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) sebesar Rp873,3 triliun atau menyumbang orsi sebesar 61,67%.

Pencapaian laba BRI tersebut melampaui PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), yang mencatatkan laba bersih konsolidasi senilai Rp 12,9 triliun sepanjang kuartal I 2024. Catatan laba tersebut naik 11,7 % secara tahunan (yoy).

Pertumbuhan tersebut ditopang oleh ekspansi perbaikan kualitas kredit dan perbaikan volume transaksi dan pendanaan.

"Kami melihat optimisme konsumsi, khususnya periode Idul Fitri berkontribusi positif," kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, Senin (22/4/2024).

BBCA juga mencatat, kenaikan kinerja bottom line ditopang oleh penyaluran kredit yang tumbuh sebesar 17,1% yoy menjadi Rp 835,7 triliun per maret 2024.

Adapun bila dibandingkan dengan kuartal I 2023, pertumbuhan laba BCA menyusut. Pada tiga bulan pertama tahun lalu, laba emiten bank milik Grup Djarum ini tumbuh 43% yoy menjadi Rp11,5 triliun.


Pertumbuhan tersebut didorong oleh ekspansi volume kredit, perbaikan kualitas pinjaman, imbal hasil yang lebih tinggi dari penempatan dana pada obligasi negara sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional, serta kenaikan pendapatan fee dan komisi selaras dengan peningkatan jumlah transaksi.

Wednesday, April 24, 2024

Asing Terciduk Borong 10 Saham Ini Kala IHSG Bangkit

 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo) Foto: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah ambles usai libur Lebaran, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat pada perdagangan Selasa (23/4/2024). Ini terjadi sehari setelah Mahkamah Konstitusi (MK) menolak seluruh permohonan gugatan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Adapun indeks ditutup menguat 0,52% ke posisi 7.110,81. Bahkan, IHSG sempat melesat lebih dari 1% pada perdagangan sesi I kemarin.


Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan Selasa mencapai sekitar Rp 12,20 triliun dengan melibatkan 19,44 miliar saham yang diperdagangkan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 270 saham menguat, 288 melemah, dan sebanyak 225 stagnan.

Sementara itu, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih sebesar Rp127,87 miliar di seluruh pasar dan sebesar Rp166,66 miliar di pasar reguler. Di samping itu, mereka melakukan pembelian bersih sebesar Rp38,79 miliar di pasar negosiasi dan tunai.

Maka, saham-saham apa saja yang kompak diborong asing hingga IHSG berhasil bangkit? Mengutip RTI Business, berikut net foreign buy perdagangan kemarin!

1. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) - Rp459,6 miliar

2. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) - Rp108,9 miliar

3. PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) - Rp104,9 miliar

4. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) - Rp50,3 miliar

5. PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) - Rp45,6 miliar

6. PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) - Rp23,8 miliar

7. PT Ace Hardware Indonesia Tbk. (ACES) - Rp19,0 miliar

8. PT MD Pictures Tbk. (FILM) - Rp16,2 miliar

9. PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) - Rp13,7 miliar

10. PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) - Rp9,1 miliar

Tuesday, April 23, 2024

Kisah Robohnya Bisnis Pendiri Astra Hingga Terpaksa Obral Saham

 HUT ke-67 Astra Foto: Dok: Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Tak ada yang bisa menandingi kebesaran nama William Soerjadjaja atau Tjia Kian Liong sebagai raja otomotif Indonesia. Dia adalah pendiri Astra International yang menaungi merek mobil ternama, antara lain Toyota, Daihatsu, Isuzu, Nissan, Lexus, Peugeot, dan BMW.

Sejak berdiri tahun 1957, Astra sukses menguasai lebih dari 50% pasar mobil di Indonesia. Tak heran, William dan keluarganya mendapat kedudukan terhormat. Sayangnya, saat berada di puncak kejayaan William diterpa badai besar yang membuatnya jatuh tersungkur.

Cerita bermula ketika putra sulungnya, Edward Soerjadjaja, membeli Bank Agung Asia pada 1988. Bank tersebut berubah nama menjadi Bank Summa. Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Liong dan Salim Grup (2016) menyebut, Bank Summa dalam sekejap tumbuh besar di tangan keluarga Soerjadjaja. Bahkan, masuk ke dalam 10 bank swasta terbaik di Indonesia pada akhir 1990.

Namun, setahun kemudian Bank Summa dilanda krisis. Ini disebabkan karena banyak kontraktor yang gagal membayar cicilan ke bank tersebut. Ditambah lagi, Bank Summa terlilit hutang luar negeri mencapai Rp 1,5 triliun.

Pada kondisi ini, Bank Summa berada di posisi sulit. Sebab, bank ini tidak diberi pertolongan oleh Bank Indonesia tanpa alasan jelas. Maka, untuk menyelamatkan uang para nasabah William mengambil keputusan paling memilukan sepanjang hidupnya: menjual 76% kepemilikan saham di Astra International yang kala itu konglomerasi terbesar kedua di Indonesia.

Parahnya, William terpaksa menjual sahamnya di Astra di bawah harga pasar yang kala itu sebesar Rp 10.000, yakni Rp 7000-8000 per lembar.

Namun, di balik keputusan tersebut banyak yang mempercayai ada konspirasi besar untuk menjatuhkan William dan Astra.

Menurut Ricardi S. Adnan dalam disertasinya berjudul The Shifting Patronage: Dinamika Hubungan Pengusaha dan Penguasa dalam Industri Otomotif 1969-1998 (2010), ada hubungan antara ketidaksukaan Presiden Soeharto terhadap William dan Astra.

Tidak seperti pengusaha lain yang dekat dan menjadi tangan kanan presiden, William berdiri independen dan sangat menjaga profesionalisme. Bahkan, posisi politik William berseberangan dengan penguasa. Diketahui, pendiri Astra itu dekat dengan Megawati dan menjadi donatur tetap Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Tercatat pula pernah membangun kerjasama bisnis dengan Nahdlatul Ulama dan Gus Dur.

Independensi William ini juga terlihat pada sikapnya yang tidak memanjakan penguasa dengan berbagai hadiah. Astra tidak pernah memberikan diskon kendaraan kepada pemerintah, petinggi militer, dan pejabat pemerintah. Dia juga tidak mau memberi bantuan ketika Bank Duta (milik Keluarga Presiden Soeharto) dilanda kesulitan.

Sebagaimana dipaparkan Ricardi, mengutip majalah Warta Ekonomi (No 25 th XI/8 Nop. 1999), mantan anggota DPR Ichsanuddin Noorsy pun menyebut Bank Summa sengaja dilemahkan dengan mencabut kliringnya. Baginya, Bank Summa dinilai sangat sehat dan kuat. Tidak mungkin bank tersebut tiba-tiba bangkrut.

Dalam wawancaranya kepada Tempo (18 Juli 1999), William juga mengakui secara eksplisit bahwa telah terjadi konspirasi yang menginginkannya keluar dari Astra yang telah dibangunnya.

Sampai sekarang, teori konspirasi kejatuhan Astra ini masih misterius. Memang, tidak ada bukti Presiden Soeharto melarang pemberian bantuan kepada Bank Summa. Alasan logis ketiadaan bantuan Bank Indonesia disebabkan karena bank sentral itu memang tidak lagi memberi bantuan kepada bank swasta. Terakhir kali Bank Indonesia memberi bantuan hanya kepada Bank Duta.

Namun, melihat relasi penguasa-pengusaha yang lazim di era Soeharto, nampak masuk akal kalau William dan Astra, yang bukan kroni Soeharto, berupaya dijegal.

Usai kejadian itu Astra tak lagi milik William. Pilar utama kekayaan William pun runtuh. Keluarganya harus mencari mesin pendulang uang baru. Upaya memasukkan kembali William ke dalam Astra di era Megawati dan Gus Dur pun gagal.

Setelahnya Astra dipegang oleh Putra Sampoerna (14,67%), Bob Hasan (8,83%), Prajogo Pangestu (10,68%), Toyota Jepang (8,26%), Kelompok Salim (8,19%), Usman Atmadjaja (5,99%) dan sisanya tersebar di tangan publik.

Monday, April 22, 2024

Jelang Pengumuman Kinerja Kuartal-I, Saham GOTO Sudah Koreksi 30,23%

 GoTo Foto: dok GoPay

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) terus mengalami penurunan jelang pengumuman hasil kinerja kuartal I-2024 pada 29 April 2024 mendatang. Dalam sepekan, saham GOTO sudah merosot 11,76%, sementara jika ditarik sebulan ke belakang, penurunannya mencapai 14,29%. Lebih lanjut, secara year to date (ytd) koreksinya menyentuh angka 30,23%.

Sejatinya, penurunan saham GOTO sudah terjadi sejak rilis laporan keuangan tahunan 2023. Kendati begitu, ada sejumlah perbaikan kinerja sepanjang 2023 dan prospek peningkatan pendapatan setelah TikTok masuk.

Sejak pembukaan perdagangan pasar, Rabu (20/3/2024) harga saham GOTO langsung dibuka gap down, setelah menyentuh resistance di 74 yang bertepatan dengan garis moving average/MA20.


Bahkan, harga saham GOTO melanjutkan penurunan dan telah menembus posisi support terdekat di 63 yang didapatkan dari low candle 4 Maret 2023 lalu. Jika ini tertembus, tren turun masih berlanjut dan potensi menguji support selanjutnya di level psikologis 50.

Penurunan saham GOTO ditengarai juga dipengaruhi oleh hasil kinerja sepanjang 2023 yang baru saja diumumkan.

Sementara pada perdagangan hari ini, Senin (22/4/2024), saham GOTO dibuka menguat tipis 1 poin ke angka Rp60 per saham.

Seperti diketahui. GOTO masih membukukan kerugian total Rp 90,5 triliun sepanjang 2023. Dalam laporan keuangan terakhirnya, kerugian itu dipicu pembalikan nilai goodwill (goodwill reversal) senilai Rp 78,8 triliun yang diwajibkan standar akuntansi keuangan.

Menurut keterangan resminya, hal ini merupakan dampak dari transaksi Tokopedia dan TikTok yang mengakibatkan hilangnya pengendalian GoTo terhadap Tokopedia per 1 Februari 2024.

Sebelumnya, CEO GoTo Patrick Walujo mengatakan keputusan menjual Tokopedia ke ByteDance yang merupakan induk TikTok harus diambil agar perusahaan bisa bertahan.

"Banyak orang yang tidak paham apa yang saya hadapi ketika itu. Itu adalah pilihan antara bertahan hidup atau mati. Memang kematiannya bakal perlahan tetapi pasti," kata dia dalam acara Dealstreet Asia Indonesia PE/VC Summit, pada Januari 2024.

Kendati begitu, ada sejumlah perbaikan kinerja GOTO seperti EBITDA adjusted mencetak nilai positif dan berhasil melampaui target perseroan.

EBITDA adjusted pada triwulan akhir 2023 GOTO berhasil tercatat positif senilai Rp 77 miliar, turnaround dari kuartal IV/2022 yang merugi Rp 3,1 triliun. Penyesuaian EBITDA positif ini menandai perbaikan delapan bulan beruntun.

EBITDA Grup yang disesuaikan sepanjang 12 bulan 2023 juga melampaui target perusahaan menjadi -Rp3,7 triliun, seiring dengan kerugian perusahaan yang membaik 77%.

Pendapatan bruto juga tumbuh positif, 3% secara tahunan (yoy) menjadi Rp24,26 triliun.

Penopang utama masih dari segmen on demand service sebanyak Rp12 triliun, dengan pertumbuhan positif 4%. Segmen fintech memimpin pertumbuhan, mencapai 15% dalam setahun. Kemudian diikuti segmen e-commerce dan logistic, masing-masing 11% yoy dan 7% yoy.

Perusahaan juga terpantau melakukan efisiensi, dengan menghemat biaya insentif dan pemasaran hingga 38% yoy untuk keseluruhan 2023. Secara nilai, perusahaan menghemat biaya sebanyak Rp9 triliun.

Biaya kas operasional rutin (cash recurring fixed costs) pada kuartal 4/2023 juga turun 39% yoy, sehingga berdampak pada perbaikan pada rugi EBITDA yang disesuaikan sebesar Rp12,3 triliun.

Friday, April 19, 2024

Cek Saldo Minimum BCA, Mandiri, BNI, BRI Terbaru

 Dok Bank Mandiri Foto: Dok Bank Mandiri

Jakarta, CNBC Indonesia - Masyarakat perlu mengetahui jumlah saldo minimal tabungan dari produk yang ditawarkan bank. Ini dapat menjadi pertimbangan saat ingin membuka rekening tabungan.

Setiap bank, memiliki produk tabungan dan saldo minimal yang berbeda-beda. Saldo tersebut berfungsi sebagai pengaman jika nasabah tidak aktif menggunakan rekening. Sehingga, saldo yang mengendap akan digunakan oleh pihak bank untuk menutupi biaya-biaya transaksi.

Jika saldo di ATM sudah menyentuh saldo minimal bank, maka nasabah tidak akan bisa menarik uang tersebut. Untuk itu, penting bagi para nasabah mencatat minimal saldo dari produk-produk tabungan bank sebelum memilih dan menggunakannya.


Masing-masing bank memiliki kebijakan yang berbeda untuk menetapkan minimum saldo di ATM nasabah. Bahkan, tiap jenis tabungan di satu bank saja bisa memiliki batas minimal saldo yang berbeda.

Beberapa bank menggunakan sisa saldo tersebut sebagai biaya penutupan rekening tabungan yang tidak aktif. Ada juga bank yang menggunakannya agar menjaga rekening tabungan nasabah tetap aktif.

Berikut ketentuan saldo minimal big bank RI.

BCA

-TabunganKu: Rp 20.000

-Simpanan Pelajar: Rp5.000

-Tahapan Xpresi: Rp10.000

-Tahapan: Rp50.000

-Tapres: Rp5.000.000

-BCA Dollar: US$100 atau S$200

Bank Mandiri

-Tabungan Rupiah: Rp 100.000

-Tabungan NOW: Rp 25.000

-Tabungan Payroll: Rp 10.000

-TabunganKu: Rp 20.000

-Tabungan TKI: Rp 10.000

-Tabungan Mitra Usaha: Rp 1.000.000

-Tabungan SiMakmur: Bebas biaya

-Tabungan Simpanan Pelajar (SimPel): Rp 5.000

BNI

BNI Taplus: Rp 150.000

BNI Taplus Bisnis: Rp 1.000.000

BNI Taplus Pegawai: Sesuai Perjanjian Kerjasama (PKS)

BNI Taplus Muda: Tidak dikenakan saldo mengendap

BNI Pandai: Tidak dibatasi

BNI SimPel: Rp 5.000

BNI Tabunganku: Rp 20.000

BRI

BRI Simpedes: Rp 25.000

BritAma: Rp 50.000

BritAma Bisnis: Rp 50.000

BritAma Pro: Rp50.000

BritAma X: Rp50.000

BRI Tabunganku: Rp 20.000

BRI Junio: Rp 20.000

BRI SimPel: Rp 5.000


Thursday, April 18, 2024

Ada 6 Bank Dipantau Khusus Bursa, 2 Belum Lapor Laporan Keuangan

 Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, (1/4/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki) Foto: (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak enam emiten perbankan mendapatkan notasi khusus per Kamis (18/4/2024). Di antaranya, terdapat dua bank yang disematkan notasi khusus L karena belum menyampaikan laporan keuangannya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).

Antara lain, bank milik Kookmin Bank asal Korea Selatan PT Bank KB Bukopin Tbk. (BBKP) karena terakhir melaporkan laporan keuangan kuartal III-2023.

Adapun KB Bukopin, yang telah berganti nama menjadi KB Bank, mencatatkan rugi bersih sebesar Rp3,37 triliun pada kuartal III-2023. Jumlah itu membengkak dibandingkan rugi bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp2,63 triliun.


Sementara itu, keempat emiten bank lainnya mendapatkan notasi khusus X, atau perusahaan terkait dicatatkan di papan pemantauan khusus. Di antaranya adalah PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk. (BEKS) atau Bank Banten yang mendapatkan notasi khusus X. Kemudian, PT Bank QNB Indonesia Tbk. (BKSW) juga mendapatkan notasi khusus yang sama.

Selain itu, BEI juga menyematkan notasi X pada PT Bank IBK Indonesia Tbk. (AGRS) dan PT Bank of India Indonesia Tbk. (BSWD).

Friday, April 5, 2024

Info Terbaru, MIND ID dan Pelindo Dikabarkan Mau IPO

 Mind ID Foto: Mind ID

Jakarta, CNBC Indonesia - BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID dikabarkan bakal menjual sahamnya ke publik alias melakukan Initial Public Offering (IPO) di tahun ini. Hal ini menjadi informasi baru, karena sebelumnya justru PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), anak usaha MIND ID yang gencar dikabarkan bakal IPO.

Berdasarkan sumber yang beredar di pasar yang diterima CNBC Indonesia, Jumat (5/4/2024), secara size Inalum dinilai terlalu kecil. Sehingga yang didorong untuk melantai di bursa dalam waktu dekat ini adalah MIND ID.

Seperti diketahui, MIND ID pada tahun 2022 berhasil membukukan pendapatan Rp126 triliun. Pada tahun yang sama, MIND ID juga memiliki total aset hingga Rp 229,3 triliun, dan laba bersih mencapai Rp 22,5 triliun, serta EBITDA mencapai Rp 36,7 triliun.


Sebelumnya, Inalum dikabarkan akan IPO pada tahun 2024 ini. Meskipun, pelaksanaan IPO tersebbut belum pasti kapan akan dijalankan. Sebelum IPO dilakukan, perusahaan akan melakukan aksi korporasi pra-IPO dengan menggandeng mitra strategis terlebih dahulu.

Rencana IPO ini mengemuka setelah perusahaan split off atau memisahkan diri dari induk Holding BUMN Pertambangan MIND ID pada 21 Maret 2023 lalu.

"Awalnya direncanakan ada wacana untuk IPO untuk Inalum tahun 2024, tapi melihat kondisi dan kesiapan, direncanakan di 2024 baru akan pra-IPO dan kita akan unlock value Inalum dengan melakukan strategic alliance dengan established global player industri aluminium," ungkapnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR, Jakarta, Kamis (24/8/2023).

Selain MIND ID, perusahaan pelat merah lainnya yang dikabarkan akan IPO adalah BUMN pelabuhan, Indonesia Port Corporation (IPC) atau PT Pelindo II (Persero).

Jika sebelumnya diungkapkan mereka siap melepas dua anak usahanya untuk tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun ini, kabar terbaru justru holding BUMN pelabuhan tersebut yang bakal melantai di bursa. Sama dengan MIND ID, Pelindo dinilai memiliki size yang lebih besar dibandingkan dengan dua anaknya.

Dua anak usaha Pelindo yang sebelumnya dikabarkan akan IPO, yakni PT Pelabuhan Tanjung Priok (PTP) dan PT IPC Terminal Petikemas (IPC TPK). Kendati belum detail kapan dua anak usaha ini akan IPO di papan perdagangan BEI.