Thursday, February 13, 2025

Breaking! IHSG Anjlok 1% Lebih, Ini Saham Biang Keroknya

 

Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/9/223). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/9/223). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali tersungkur ambles 1% setelah sempat mencatatkan rebound signifikan pada perdagangan Rabu (12/2/2025) kemarin.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat berada di jalur hijau pada detik pertama pembukaan perdagangan di level 6.648, namun 3 menit berikutnya, pada 09.03 WIB kembali ke zona merah ke level 6.594 atau 47 poin atau 0,71%.Pada titik terendah perdagangan intraday, IHSG bahkan sempat ambruk 1,14% ke 6.569,81

Nilai transaksi perdagangan pagi ini mencapai Rp 3,36 triliun dengan volume sebanyak 5,54 miliar lembar saham yang berpindah tangan sebanyak 417 ribu kali . Sebanyak 245 saham menguat, 279 saham turun, dan 229 saham stagnan.

Secara sektoral, nyaris sektor yang diperdagangkan di IHSG berada di zona merah kecuali sektor infrastruktur dan kesehatan yang bergerak di zona hijau.

Koreksi terbesar terjadi di sektor transportasi yang melemah 0,99% dan diikuti oleh sektor energi yang turun 0,83%.

Secara spesifik saham emiten kapitalisasi besar dan blue chip masih menjadi beban utama pergerak IHSG hari ini.

Telkom Indonesia (TLKM) dan Amman Mineral Internasional (AMMN) menjadi dua saham dengan kontribusi terbesar atas pelemahan IHSG masing-masing sebesar 13 dan 11 indeks poin.

Kemudian ada juga emiten Prajogo Pangestu, Barito Renewables Energy (BREN), yang kembali terperosok usai mengalami penguatan pada perdagangan kemarin. Saham BREN tercatat turun 2,39% dan berkontribusi atas pelemahan 9 poin indeks IHSG.

Lalu melengkapi empat besar ada saham Bank Central Asia (BBCA) yang turun 0,82% dan berkontribusi atas pelemahan IHSG 6,51 indeks poin.

Terpuruknya IHSG seiring dengan aksi jual asing yang masih terjadi. Pada perdagangan 12 Februari 2025, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih sebesar Rp208,21 miliar di seluruh pasar dan sebesar Rp231,14 miliar di pasar reguler. Di samping itu, mereka juga melakukan pembelian bersih sebesar Rp22,93 miliar di pasar negosiasi dan tunai.

Sementara itu, hari ini pasar keuangan juga di dorong oleh beberapa sentimen positif dari dalam negeri hingga sentimen dari luar negeri. Namun, lonjakan inflasi AS bisa membebani rupiah hingga IHSG hari ini.

Perdagangan hari ini diselimuti sejumlah sentimen pasar yang menjadi perhatian investor.

Inflasi AS secara mengejutkan mengalami lonjakan cukup tajam pada Januari 2025. Inflasi menembus 0,5% secara bulanan (month to month/mtm) atau yang tertinggi sejak Agustus 2023 atau hampir 1,5 tahun.

Inflasi juga melesat 3,0% secara tahunan (year on year/yoy) pada Januari 2025 atau tertinggi sejak Juni 2024. Sementara itu, inflasi inti tercatat 3,3% (yoy) pada Januari 2025 atau naik dibandingkan Desember 2024 yang tercatat 3,2%. Inflasi jauh di atas ekspektasi yakni 0,3 (mtm) dan 2,9% (yoy).

Kenaikan inflasi dipicu oleh meningkatnya harga energi dan pangan, terutama telur. Harga telur melonjak 53% setahun dan 15,2% sebulan karena terjadi kekurangan yang meluas akibat wabah flu burung yang mematikan.

Dengan adanya lonjakan inflasi maka harapan pelaku pasar untuk melihat pelonggaran suku bunga secara signifikan akan sirna. Inflasi merupakan pertimbangan utama bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan kebijakan suku bunga.

Dalam perkembangan lain, mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan pagi ini, Kamis (13/2/2025). Nikkei memimpin penguatan dengan 1,19% ke 39.427dan diikuti Hang Seng yang naik 0,46% ke 21.958.

Begitu pula dengan Indeks Kospi menguat 0,71% ke 2.566,52 dan indeks ASX 200 menguat 0,34% ke 8.564,2. Sementara itu, FTSE Straits Times turun tipis 0,08% ke 3.871,58 dan FTSE Malay melemah 0,04% ke 1.602,44.

Wednesday, February 12, 2025

BRI (BBRI) Cetak Laba Rp60,64 T Sepanjang 2024

 

Gedung Bank BRI
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) berhasil mencetak laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp60,64 triliun, naik tipis atau 0,36% secara tahunan (yoy).

Mengutip laporan keuangan di media massa, pencapaian tersebut tidak terlepas dari pendapatan bunga bersih sebesar Rp142,05 triliun, naik 3,38% yoy dari setahun sebelumnya Rp137,40 triliun.

Kemudian, penyaluran kredit BRI dan pinjaman syariah yang tercatat sebesar Rp1.348,21 triliun, tumbuh 7,98% yoy pada tahun 2024, dari setahun sebelumnya Rp1.248,51 triliun. Total kredit UMKM tercatat sebesar Rp1.110,37 triliun.

Kualitas kredit pun terjaga dengan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross sebesar 2,94% dan NPL net sebesar 0,75% per Desember 2024. BRI juga mencatatkan NPL coverage sebesar 215,01%.

Pada penghimpunan dana, BRI berhasil mencatatkan total dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp1.365,45 triliun. Dengan porsi dana murah atau current account savings account (CASA) sebesar 67,30%.

Dengan begitu, rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) konsolidasi BRI sebesar 89,39% sepanjang tahun lalu.

Aset BRI pun tercatat tumbuh 1,42% yoy menjadi Rp1.992,92 triliun pada akhir tahun 2024.

Sebelumnya, Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan bahwa bank yang fokus pada UMKM itu tetap berusaha mempertahankan kinerja yang baik, di tengah situasi ekonomi yang tidak mudah sepanjang tahun lalu.

"Pokoknya kita berusaha meskipun situasinya terus terang ini tidak mudah," ujarnya selepas acara BRI Microfinance Outlook 2025 di International Convention Exhibition (ICE) BSD City, Kamis (30/1/2025) lalu.

Tuesday, February 11, 2025

Anggaran IKN Gak Ada dan Diblokir, Investor Beri Respons Tak Terduga

 

Groundbreaking Nusantara Mall oleh Presiden Joko Widodo. (Istimewa)
Foto: Groundbreaking Nusantara Mall oleh Presiden Joko Widodo. (Istimewa)

Jakarta, CNBC Indonesia - Para investor swasta buka suara terkait diblokirnya anggaran pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di tahun 2025. Seperti diberitakan sebelumnya, proyek IKN menjadi korban dari pemangkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.

Emiten properti PT Ciputra Development Tbk (CTRA) mengatakan proses rencana pembangunan proyek perusahaan di IKN yang menggunakan sistem Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) masih berjalan. Sistem pembangunan itu didorong oleh Otorita IKN (OIKN), dan menurut Direktur CTRA Harun Hajadi kedua belah pihak masih aktif berkoordinasi.

"Sampai saat ini kami tidak mendapatkan pemberitahuan adanya penundaan ataupun lainnya, proses masih berjalan seperti biasa," kata Harun saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (11/2/2025).

Adapun Ciputra Group sedang menjalankan proses rencana pembangunan 10 tower apartments untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) dan 20 rumah tapak untuk eselon 1. Harun mengatakan lokasi proyek tersebut berada di zona 1C (bagian Selatan) dan 1B (tengah).

Apartemen ASN di IKNFoto: CNBC Indonesia
Apartemen ASN di IKN

Meskipun begitu, ia mengakui belum mengetahui kapan ground breaking dapat dilakukan. "Saya belum tahu, karena kan seperti saya sampaikan, semua di-drive oleh OIKN, kan ini KPBU, bukan yang komersial," ujar Harun.

Sementara itu, emiten pengelola RS Hermina, PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL) tetap melanjutkan pembangunan proyeknya di IKN walau anggaran APBN 2025 untuk IKN diblokir.

"Jalan terus dengan optimis," kata Direktur Utama HEAL Hasmoro saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (11/2/2025).

Ia mengatakan pihaknya berharap pembangunan tahap pertama RS Hermina Nusantara di sana dapat selesai tahun ini. Untuk tahap pertama, rumah sakit dibangun dengan kapasitas 100 tempat tidur. Pada tahap selanjutnya, HEAL akan menambah kapasitas rumah sakit menjadi 200 tempat tidur.

Adapun bangunan ini berdiri di atas lahan seluas 20.700 meter persegi, Luas bangunan master plan 28.210 meter persegi. Dengan kapasitas 200 tempat tidur. Rumah sakit ini juga dibangun dengan anggaran untuk master plan sebesar Rp650 miliar.

Monday, February 10, 2025

Cara Blokir KTP yang Didaftarkan Pinjol Ilegal Sepihak

 

OJK Atur Cara dan Larangan Tagih Utang Pinjol
Foto: infografis/OJK Atur Cara dan Larangan Tagih Utang Pinjol/Aristya rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus penyalahgunaan Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk pendaftaran pinjaman online (pinjol) ilegal semakin marak terjadi. Hal ini pun kerap meresahkan masyarakat.

Jika Anda mendapati KTP Anda digunakan tanpa izin untuk pinjol ilegal, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghubungi perusahaan pinjol terkait. Laporkan bahwa data Anda telah disalahgunakan dan minta agar pinjaman tersebut dibatalkan serta memastikan tidak ada tagihan di masa mendatang. Selanjutnya, segera laporkan kejadian ini ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Anda dapat menghubungi OJK melalui nomor telepon 157, WhatsApp di 081157157157, atau email ke konsumen@ojk.go.id. Sertakan bukti-bukti pendukung seperti notifikasi pinjaman atau pesan intimidasi yang diterima.

Selain itu, penting untuk melaporkan kasus ini ke kepolisian setempat. Bawa semua bukti yang menunjukkan bahwa KTP Anda telah disalahgunakan, seperti screenshot aplikasi pinjol ilegal atau bukti tagihan yang tidak sah.

Untuk mencegah penyalahgunaan lebih lanjut, Anda juga dapat menghubungi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) setempat. Laporkan penyalahgunaan data Anda dan ajukan permohonan pemblokiran NIK KTP agar tidak digunakan secara ilegal di masa depan.

Adapun langkahnya, anda bisa datang langsung ke kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) setempat. Sesampainya di kantor Dukcapil, mintalah kepada petugas agar KTP tersebut diblokir.

Friday, February 7, 2025

Analisis Penyebab IHSG Ambruk Hingga 3% Lebih

 

Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Dibuka melemah signifikan, melanjutkan aksi koreksi dalam yang juga terjadi pada perdagangan hari sebelumnya.

Pada perdagangan Jumat (7/2/2025), IHSG dibuka langsung ambruk 2% lebih dan sempat turun lebih dalam hingga terkoreksi 3,18% ke 6.656,72. Total transaksi tercatat mencapai Rp 2,73 triliun yang melibatkan 29 miliar saham dan ditransaksikan 227 ribu kali.

Ambruknya IHSG masih didorong oleh tingginya aksi jual asing pada sejumlah emiten blue chip RI, termasuk emiten perbankan. Meski demikian, pelemahan terbesar IHSG hari ini paling utama karena ambruknya kinerja saham-saham milik taipan Prajogo Pangestu.

Tercatat, seluruh sektor perdagangan bursa bergerak di zona merah.

Saham milik taipan terkaya RI Prajogo Pangestu, Barito Renewables (BREN), terpantau ambruk 19,94% dan sudah menyentuh ARB di awal sesi I hari ini ke posisi Rp 7.025/unit. 

Tak tanggung-tanggung, saham BREN juga membebani Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal sesi I hari ini, yakni mencapai 66,4 indeks poin atau menjadi biang kerok lebih dari 1% pelemahan IHSG.

Kemudian ada emiten Prajogo lain yakni Chandra Asri Pacific (TPIA) yang membebani 20 poin indeks atau berkontribusi atas 0,3% pelemahan IHSG.

Tiga emiten Prajogo lainnya yakni Barito Pacific (BRPT), Petrosea (PTRO) dan Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) juga masuk dalam 10 saham pemberat kinerja IHSG dengan masing-masing berkontribusi atas penurunan 12, 5 dan 4 indeks poin.

Kilau Saham Prajogo Redup

Ambruknya saham BREN terjadi adanya kabar bahwa Morgan Stanley Capital International tidak akan memasukan tiga emiten konglomerasi Prajogo Pangestu ke dalam indeks MSCI Investable Market pada review Februari 2025.

Adapun salah satunya yakni BREN. Selain BREN, ada PT Petrosea Tbk (PTRO) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN.

Hal ini karena setelah analisis dan masukan, ditemukan kendala investibility di ketiga saham tersebut. MSCI akan meninjau kembali kelayakan saham-saham tersebut sebagai bagian dari tinjauan indeks di masa mendatang dan akan memberikan komunikasi lebih lanjut sesuai kebutuhan.

Sebelumnya, rebalancing atau kocok ulang indeks MSCI akan diumumkan pada 12 Februari mendatang. Rumor beredar akan ada tiga saham konglomerat masuk, di mana salah satunya yakni BREN.

Indeks MSCI kerap menjadi acuan investor asing untuk investasi di negara-negara tertentu, termasuk emerging market seperti Indonesia.

Dalam setahun, mereka melakukan kocok ulang ini empat kali, yakni pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan November.

Kabar pasar saat ini tengah ramai diperbincangkan soal tiga saham konglomerat yang akan masuk jadi jajaran konstituen MSCI Indonesia Large-Cap.

Sebenarnya, rumor tiga saham itu masuk MSCI sudah dari lama. Apalagi, untuk BREN ini menjadi yang kedua kalinya karena sebelumnya gagal masuk ke indeks FTSE gara-gara dinilai tidak memenuhi syarat free float.

Hal ini lantaran BREN tidak masuk karena dinilai tidak memenuhi syarat free float minimal 5%.

Waktu itu, FTSE menilai 97% jumlah saham beredar BREN masih terkonsentrasi pada empat pemegang saham. Namun, hal tersebut akhirnya disanggah oleh pihak manajemen BREN dan meminta pihak FTSE Russell untuk mencabut pernyataan tersebut dan mengeluarkan klarifikasi.

Asing Masih Ogah Tanam Dana

Selanjutnya pelemahan IHSG juga diperparah oleh kaburnya dana asing dari pasar modal RI. Tercatat asing kembali mencatatkan aksi jual (net sell) hingga Rp 2,3 triliun pada perdagangan kemarin.

Aksi jual di pasar modal terjadi seiring dengan laporan kinerja keuangan perbankan yang kurang optimal dengan pertumbuhan laba sangat tipis dan diiringi dengan biaya dana yang semakin membengkak imbas persaingan likuiditas selama pengetatan kondisi moneter.

Sejumlah analis menunjuk, kinerja perbankan yang tidak sesuai harapan juga diperparah dengan nilai tukar yang diperkirakan masih belum akan membaik dalam waktu dekat, sehingga potensi keuntungan bagi investor asing semakin terpangkas. Terlebih lagi, kenaikan saham juga diprediksi oleh banyak akan akan cukup terbatas untuk tahun ini.

kemarin, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih jumbo sebesar Rp2,34 triliun di seluruh pasar dan sebesar Rp2,38 triliun di pasar reguler. Sedangkan di pasar negosiasi, asing melakukan pembelian bersih sebesar Rp40 miliar.

Adapun saham-saham apa saja yang paling ramai dilego asing  kemarin adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) sebesar Rp1,39 triliun dan saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) sebesar Rp490,72 miliar.