Wednesday, February 26, 2025

Prabowo Resmikan Danantara, Bos Bank Mandiri Ungkap Dampaknya

 

Ilustrasi Gedung Bank Mandiri. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Ilustrasi Gedung Bank Mandiri. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Mandiri (BMRI) menyambut baik pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) yang diharapkan dapat menjadi katalis utama dalam mempercepat industrialisasi, meningkatkan daya saing nasional, serta mendorong pencapaian target pembangunan pemerintah.

Hal ini selaras dengan pidato peresmian BPI Danantara di Istana Negara, Jakarta, Senin (24/2), Presiden Prabowo Subianto menekankan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan entitas ini.

Presiden juga menyoroti bahwa Danantara bukan sekadar entitas bisnis, melainkan simbol komitmen negara dalam membangun ekosistem ekonomi yang mandiri dan berdaulat.

Bank Mandiri memandang BPI Danantara sebagai langkah strategis dalam memastikan optimalisasi sumber daya nasional yang lebih efisien dan produktif. Dengan pendekatan yang terintegrasi, Danantara diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah industri nasional, memperkuat sinergi antar-BUMN, serta mengakselerasi hilirisasi sektor-sektor strategis yang menjadi kunci pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi, menegaskan bahwa inisiatif ini akan memperkuat ekosistem ekonomi yang lebih solid dan berdaya saing di tingkat global.

"Sejalan dengan tujuan pembentukan BPI Danantara untuk mengkonsolidasikan seluruh kekuatan ekonomi yang dimiliki oleh BUMN, Bank Mandiri juga berkomitmen untuk terus meningkatkan sinergi Mandiri Group untuk menyongsong Indonesia Emas 2045 dengan mendorong pelaksanaan program strategis nasional nasional dan pencapaian target pembangunan pemerintah," ujar Darmawan dalam keterangan resminya, Selasa (25/2/2025).

BPI Danantara dibentuk untuk mengonsolidasikan berbagai aset strategis nasional dalam satu entitas yang lebih terintegrasi dan efisien. Dengan strategi ini, pengelolaan aset negara dapat dioptimalkan guna meminimalkan ketergantungan terhadap ekspor bahan mentah dan mempercepat industrialisasi berbasis nilai tambah.

Salah satu prioritas utama yang diemban oleh BPI Danantara adalah mendukung industrialisasi nasional melalui strategi hilirisasi. Dengan mengurangi ekspor bahan mentah dan meningkatkan pengolahan di dalam negeri, Danantara diharapkan dapat menciptakan dampak ekonomi yang lebih luas, meningkatkan daya saing industri, serta mendorong penciptaan lapangan kerja bagi generasi muda Indonesia.

Lebih lanjut, Darmawan menjelaskan, sebagai salah satu institusi terbesar di Indonesia, Bank Mandiri siap berperan aktif dalam mengimplementasi kebijakan Danantara melalui berbagai layanan keuangan. Antara lain, dengan menyediakan akses pendanaan yang lebih terarah dan efisien, Bank Mandiri turut berperan dalam mewujudkan transformasi ekonomi nasional yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

"Kami berharap, ke depan Bank Mandiri dapat terus berkontribusi dalam membangun perekonomian dan memberikan nilai tambah bagi masyarakat Indonesia, sekaligus memperkuat posisi Indonesia di tingkat global yang sejalan dengan Asta Cita Menuju Indonesia Emas 2045," pungkas Darmawan

Monday, February 24, 2025

Sah! Prabowo Subianto Luncurkan Danantara

 

Presiden RI, Prabowo Subianto Menandatangani Keppres Pengangkatan Dewas dan Badan Pelaksana BPI Danantara. (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden RI, Prabowo Subianto Menandatangani Keppres Pengangkatan Dewas dan Badan Pelaksana BPI Danantara. (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden RI Prabowo Subianto resmi menandatangani dan meresmikan Daya Anagata Nusantara (Danantara) pada hari ini Senin, 24 Februari 2025 di Halaman Tengah Istana Kepresidenan, Jakarta.

"Pada hari ini hari Senin tanggal 24 Februari 2025 saya Presiden Republik Indonesia menandatangani undang-undang nomor 1 tahun 2025 tentang perubahan ketiga atas undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha milik Negara dan peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 2025 tentang organisasi dan tata kelola badan pengelola investasi daya anagata nusantara," ujar Prabowo, Senin (24/2/2025).

Selanjutnya dirinya juga menandatangani Keputusan Presiden Nomor 30 tahun 2025 tentang pengangkatan dewan pengawas dan badan pelaksana badan pengelola investasi dan daya anagata nusantaraSebelumnya, Presiden Prabowo mengungkapkan bahwa initial funding atau pendanaan awal Danantara diproyeksi mencapai US$ 20 miliar atau sekitar Rp326 triliun.

"Saya rasa ini akan menjadi langkah yang transformatif. Kami berencana untuk memulai sekitar 15 hingga 20 proyek bernilai miliaran dolar, yang akan menciptakan nilai tambah yang signifikan bagi negara kami," kata Prabowo Subianto dalam forum internasional World Government Summit pada Kamis (13/2/2025) lalu.

Dengan demikian, lanjut Prabowo, Danantara akan menjadi pendorong perekonomian Indonesia lebih cepat dari sebelumnya. Termasuk untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi 8%.

"Saya sangat yakin, saya sangat optimistis. Indonesia akan maju dengan kecepatan penuh," kata Prabowo.

Adapun evaluasi awal badan ini lebih dari US$ 900 miliar Aset Dalam Pengelolaan (AUM), atau setara Rp 14.710 triliun (Rp Rp 16.345/US$).

"Danantara, yang akan diluncurkan pada tanggal 24 Februari bulan ini, akan menginvestasikan sumber daya alam dan aset negara kita ke dalam proyek-proyek yang berkelanjutan dan berdampak tinggi di berbagai sektor seperti energi terbarukan, manufaktur canggih, industri hilir, produksi pangan, dan lain-lain," kata Prabowo

Friday, February 21, 2025

BEI Pelototi Perdagangan Saham 3 Emiten Ini, Ada Apa?

 

Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham saat Pembukaan Perdagangan Tahun di Gedunh Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (2/1/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham saat Pembukaan Perdagangan Tahun di Gedunh Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (2/1/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) memantau ketat pola pergerakan saham PT Surya Fajar Capital Tbk. (SFAN), PT Era Mandiri Cemerlang Tbk. (IKAN) dan PT Adiwarna Anugerah Abadi Tbk. (NAIK) pada Kamis, (20/2/2025). Ketiganya dipantau karena terjadi kenaikan harga saham yang tidak wajar.

Mengutip keterbukaan informasi BEI, saham tersebut bergerak di luar kebiasaan (Unusual Market Activity). Langkah tersebut dilakukan untuk melindungi investor, khususnya pemegang saham keempat emiten tersebut."Pengumuman Unusual Market Activity (UMA) tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal," tulis manajemen BEI, dikutip dari laman resminya.

Informasi terakhir mengenai SFAN yang merupakan perusahaan konsultan keuangan tersebut adalah informasi tanggal tanggal 6 Februari 2025 yang dipublikasikan melalui website PT Bursa Efek Indonesia perihal laporan bulanan registrasi pemegang efek.

"Sehubungan dengan terjadinya UMA atas saham SFAN tersebut, perlu kami sampaikan bahwa Bursa saat ini sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham ini," tulisnya.

Mengutip data pasar, saham SFAN telah terkontraksi 0,27% selama satu bulan ke harga Rp1.845 per saham. Sementara dalam enam bulan telah naik 1,93%.

Sama halnya dengan CYBR, BEI juga memberi perhatian khusus bagi saham pemasok hasil laut IKAN karena adanya volatilitas transaksi yang dianggap tak wajar. Adapun keterangan terakhir soal IKAN tertuang pada keterbukaan informasi tanggal 19 Februari 2025 yang dipublikasikan melalui website PT Bursa Efek Indonesia (Bursa) perihal penjelasan atas volatilitas transaksi.

Selama perdagangan kemarin, saham IKAN bergerak naik 9,59% ke angka Rp80 per saham kemarin. Adapun saham IKAN telah naik 142.42% selama sebulan dan 220.00% selama year to date.

Di sisi lain, Bursa juga memberi peringatan terhadap emiten pedagang sistem proteksi kebakaran NAIK. Adapun informasi terakhir terkait perseroan ada pada tanggal 14 Februari 2025 yang dipublikasikan melalui website PT Bursa Efek Indonesia (Bursa) perihal perubahan komite audit.

Sepanjang perdagangan kemarin, saham NAIK melonjak 10,06% dalam sehari. Sementara itu, harga saham tersebut juga naik 27.10% seminggu, dan 79.09% sebulan.

Dengan pengumuman ini, para investor diharapkan untuk memperhatikan jawaban emiten atas permintaan konfirmasi Bursa, mencermati kinerja emiten dan keterbukaan informasinya, mengkaji kembali rencana corporate action emiten apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan RUPS, serta mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi.

Wednesday, February 19, 2025

Gurita Bisnis Happy Hapsoro, Konglomerat Pengendali RAJA dan RATU

 

Ilutrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilutrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha yang cukup tenar di pasar modal, Happy Hapsoro menggenggam bisnis di sektor gas alam melalui PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) dan PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU).

Suami Puan Maharani yang memiliki nama lengkap Hapsoro Sukmonohadi menggenggam saham RAJA sebanyak 1,2 miliar atau setara 28,51% saham RAJA. Meski bukan yang terbesar, ia adalah pemegang saham pengendali RAJA.

Terbaru, Hapsoro juga terlibat di bisnis emiten yang haru saja IPO, yaitu PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU). RATU dimiliki oleh Rukun Raharja Tbk (RAJA) dengan kepemilikan 99,99%. Sebanyak 0,004% saham digenggam oleh PT Rukun Prima Sarana milik RAJA dan Djauhar Maulidi.

Sementara itu, RAJA merupakan perusahaan milik Hapsoro. Dia bermitra dengan Djauhar Maulidi, Medi Avianto, dan Arsjad Rasjid.

Bila dirinci, PT Sentosa Bersama Mitra menggenggam 35,23% saham RAJA. Lalu Hapsoro secara langsung memiliki 28,24% sajam RAJA, PT Basis Utama Prima 11,9%, dan publik 24,63%.

Arsjad ikut memiliki RATU secara tidak langsung melalui Basis Utama Prima, di mana dia merupakan pemilik 0,1% saham RAJA. Sebanyak 99,99% saham Basis Utama Prima adalah milik Hapsoro.

Lalu Hapsoro juga tercatat sebagai pemilik 85% saham Sentosa Bersama Mitra, bersama dengan Djauhar Maulidi 10% dan Medi Avianto 5%.

Hapsoro, pengendali RATU dan RAJA adalah putra dari pengusaha Bambang Sukmonohadi. Dia menikah dengan Puan Maharani, anak Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri.

Pemegang saham individu terbesar kedua di RAJA, induk RATU, adalah Djauhar Maulidi. Saat ini dia adalah direktur utama RAJA.

Nama selanjutnya adalah Medi Avianto yang juga tercatat sebagai penerima manfaat terakhir PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) bersama Hapsoro.

Selain itu, Happy Hapsoro juga masuk bisnis properti. Manuver ini terlihat dari akuisisi sebagian saham PT Sanurhasta Mitra (MINA) melalui kendaraan investasinya, PT Basis Utama Prima. Per 19 September 2022, Basis Utama Prima memiliki 3 miliar saham MINA. Ini setara dengan porsi kepemilikan 45,71%.

Belum diketahui dari porsi saham siapa Happy Hapsoro melakukan aksi senyapnya tersebut. Namun, dalam daftar KSEI sehari sebelumnya, sebanyak 45,71% saham MINA dicatatkan dengan nominee CGS-CIMB Client.


Asal tahu saja, berdasarkan dokumen AHU, sebesar 99,99% kepemilikan Basis Utama Prima dikuasai 99,99% oleh Happy Hapsoro. Basis Utama Prima juga memiliki nama alias Basis Investment.

Aksi tersebut membuat Happy Hapsoro menjadi pemegang saham terbesar MINA. Disusul di posisi kedua terbesar ada Eddy Suwarno yang memiliki 361,26 juta atau setara 5,50% saham MINA. Sedang sisanya sebesar 5,30% dimiliki oleh ASABRI.

MINA adalah pengembang properti. Salah satu aset utamanya adalah, pengelolaan lahan pengelola tanah seluas 40.663 m2 di kawasan Umalas, Sanur Kauh, Denpasar Selatan. Aset primer ini sedang dalam proses pengembangan untuk meningkatkan nilainya.

MINA juga sebagai pemegang utama saham PT Minna Padi Resorts, yang memiliki proyek bisnisnya "The Santai", sebuah vila berkonsep mewah untuk liburan keluarga. Saat ini, "The Santai" dioperasikan oleh Lifestyle Retreats Pte. Ltd, dan dikelilingi persawahan serta berada di lokasi pedesaan, cocok bagi yang mendambakan ketenangan selama berlibur di Bali.

Selain itu, ada juga kepemilikan di PT Fortune Indonesia Tbk (FORU) melalui PT Energi Melayani Negeri (EMN). Dalam pengumuman aksi korporasi pemegang saham mayoritas FORU yakni PT Karya Citra Prima yang merupakan bagian dari Rajawali Group yang dinahkodai pengusaha nasional Peter Sondakh menjual semua kepemilikan sahamnya (89,25%) ke PT EMN.

PT EMN merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di sektor energi terbarukan dengan salah satu portofolio bisnis di segmen panel surya.

Berdasarkan penelusuran CNBC Indonesia melalui dokumen Administrasi Hukum Umum (AHU) kepemilikan PT Energi Melayani Negeri dikuasai 90% oleh PT Sumber Energi Negeri. Sedangkan 99,99% saham PT Sumber Energi Negeri dikuasai oleh PT Basis Utama Prima atau dikenal sebagai Basis Investment.

Masih melalui dokumen AHU, mayoritas kepemilikan Basis Investment diketahui dikuasai 99,99% oleh Happy Hapsoro.
Meski jarang terdengar namanya, Happy Hapsoro sejatinya memang seorang pebisnis. Ia merupakan putra dari pebisnis properti dan jasa forwarding kenamaan Bambang Sukmonohadi.

Di sektor properti, Happy Hapsoro juga memiliki perusahaan bernama PT Red Planet Indonesia Tbk (PSKT) yang bergerak sebagai operator hotel. Lewat PT Basis Utama Prima, Hapsoro diketahui memiliki 40% saham PSKT.

Selain perusahaan publik, perusahaan non-Tbk yang bergerak di sektor migas milik Happy Hapsoro adalah PT Odira Energy Persada.

Melansir Bloomberg, perusahaan memiliki spesialisasi dalam bisnis inti untuk memproduksi, memproses, mengangkut, dan memasarkan gas alam pembakaran bersih ke dalam industri dan pembangkit listrik.

Selain itu, PT Odira Energy Persada juga menyediakan layanan penginderaan jauh, eksplorasi geologi, analisis lingkungan, manajemen, dan administrasi di Indonesia. Di perusahaan ini Happy Hapsoro diketahui menjabat sebagai Presiden Komisaris.

Happy juga pernah menjadi komisaris utama di jaringan hotel di Indonesia, yakni Red Planet. Akan tetapi, pada Agustus 2021, Happy Hapsoro mundur dari jabatan tersebut.

Di bisnis properti lainnya, Happy Hapsoro pernah membangun kondominium di kawasan eks Bandara Kemayoran, Jakarta yang bernama Blossom Residence.

Friday, February 14, 2025

IHSG Balik Merah, 10 Saham Ini Paling Dijauhi Asing

 

Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah berhasil rebound, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup di zona merah. IHSG ditutup melemah 0,48% ke 6.613,57 pada perdagangan Kamis (13/2/2025).

Nilai transaksi perdagangan kemarin mencapai Rp 11,19 triliun dengan volume sebanyak 14,31 miliar lembar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,02 juta kali.

Sebanyak 307 saham menguat, 251 saham turun, dan 232 saham stagnan.

Adapun nyaris separuh sektor yang diperdagangkan di IHSG berada di zona merah, dengan koreksi terbesar terjadi di sektor transportasi yang melemah 0,64%.

Secara spesifik saham emiten kapitalisasi besar dan blue chip masih menjadi beban utama penggerak IHSG kemarin.

Tekanan terhadap IHSG masih tidak lepas dari aksi jual asing. Pada perdagangan kemarin, Kamis (13/2/20250), net foreign sell atau penjualan bersih asing mencapai Rp817,58 miliar di seluruh pasar dan Rp723,4 miliar di pasar reguler.

Di samping itu, mereka juga melakukan pembelian bersih sebesar Rp94,18 miliar di pasar negosiasi dan tunai.

BBCA menjadi saham dengan net sell asing terbesar, yakni Rp237,89 miliar. Lalu diikuti oleh TLKM Rp147,12 miliar dan GOTO Rp88,05 miliar. Selengkapnya, mengutip Stockbit, berikut 10 saham dengan net foreign sell terbesar pada perdagangan Selasa!

  1. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) - Rp237,89 miliar
  2. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) - Rp147,12 miliar
  3. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) - Rp88,05 miliar
  4. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) - Rp46,99 miliar
  5. PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) - Rp46,39 miliar
  6. PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) - Rp46,00 miliar
  7. PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) - Rp31,64 miliar
  8. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) - Rp31,22 miliar
  9. PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) - Rp26,70 miliar
  10. PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) - Rp23,17 miliar