Wednesday, December 18, 2024

Tabungan Masyarakat Makin Tipis, LPS Beberkan Bukti Terbaru

 

Dompet
Foto: Berbagai sumber dan diolah

Jakarta, CNBC Indonesia - Bukti tabungan masyarakat RI seret bertambah lagi. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat tren masyarakat untuk menabung menurun, sebagaimana terlihat dari indeks menabung konsumen (IMK) di November 2024, turun 0,06 poin menjadi 77,0.

Meskipun begitu, Direktur Group Riset LPS Seto Wardono mengatakan penurunan tersebut tidak seluruhnya disebabkan oleh makan tabungan (mantab). Menurutnya, ada alokasi dana masyarakat untuk konsumsi, bayar tagihan cicilan, dan investasi."Penurunan ini jangan disalahartikan 100% karena makan tabungan. Karena kalau menurut kami melihatnya adalah menabung itu sendiri adalah interaksi antara penghasilan konsumen dengan konsumsi, dengan belanjanya," kata Seto di LPS Morning Talks di Kantor LPS, Selasa (17/12/2024).

Ia mencontohkan penghasilan responden tetap dengan konsumsi yang banyak menyebabkan jumlah tabungannya menurun.

Sebaliknya, jika konsumsi responden tetap penghasilannya malah menurun, baru lah ini menunjukkan fenomena mantab.

Sementara itu, indeks waktu menabung (IWM) pun mengalami penurunan menjadi 81,5, atau menurun 4,9 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Responden yang berpikir saat ini atau tiga bulan mendatang merupakan waktu yang tepat untuk menabung, relatif stabil.

Di sisi lain, indeks intensitas menabung (IIM) naik menjadi sebesar 72,4. Kendati demikian, responden menyatakan bahwa nilai yang ditabung cenderung lebih kecil dari yang direncanakan.

"Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa keinginan menabung konsumen relatif stabil, dan ditopang kemampuan menabung yang berangsur membaik," jelas Seto.

Tuesday, December 17, 2024

Belajar Dari Habibie, Sukses Buat Dolar Rp 16.800 Jadi Rp 6.550

 

Bj Habibie (Instagram Bj Habibie)
Foto: Bj Habibie (Instagram Bj Habibie)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah terus ambruk dan nilai tukarnya bahkan tembus Rp 16.000. Dilansir dari Refinitiv, rupiah sempat turun ke level psikologis Rp16.000/US$ pada perdagangan intraday awal pekan ini, Senin (16/12/2024).

Kejadian serupa pernah terjadi saat kondisi krisis ekonomi 1998. Bahkan nilainya jauh lebih besar lagi, yakni saat dolar mencapai Rp16.800. Pun kenaikan dolar AS kala itu terjadi dalam waktu yang relatif singkat.

Sebagaimana diketahui kejatuhan era Presiden Soeharto beriringan dengan krisis moneter di negara ini. BJ Habibie yang menggantikan rezim Orde Baru harus menghadapi krisis tersebut di awal kepemimpinan.

Namun dia berhasil membuat rupiah menguat hanya dalam kurun waktu singkat. Salah satu yang dia lakukan adalah melakukan paket restrukturisasi perbankan.

Sebagai catatan, pada masa Orde Baru pendirian bank dipermudah oleh pemerintah berkat kebijakan Paket Oktober 1988. Sayang, kemudahan pendirian bank ini tak dibarengi oleh kemampuan perbankan yang baik. Alhasil, saat terjadi krisis, banyak bank-bank bertumbangan. Nasabah lantas melakukan penarikan dana besar-besaran.

Permasalahan ini jadi fokus utama. Habibie melakukan restrukturisasi perbankan seraya berharap Bank Indonesia makin kuat. Salah satu caranya mencabut aturan tersebut dan mempraktikan langsung pada bank pemerintah. Empat bank milik pemerintah digabung menjadi satu, yang kini dikenal dengan nama Bank Mandiri.

Selain itu, dia juga memisahkan BI dari pemerintah lewat UU No.23 tahun 1999. Dalam otobiografinya, B.J. Habibie: Detik-detik yang Menentukan (2006), Habibie bilang kebijakan itu jadi langkah terbaik menguatkan rupiah. BI harus independen, objektif, dan bebas dari intervensi politik.

Lalu, Habibie mengatasi krisis melalui penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). SBI diterbitkan dengan bunga tinggi dengan tujuan agar bank-bank kembali dipercaya masyarakat. Jika ini terjadi, maka masyarakat akan kembali menabung, sehingga menurunkan peredaran uang di masyarakat.

Berkat SBI, suku bunga dari 60% turun menjadi belasan persen. Kepercayaan terhadap bank pun kembali meningkat.

Cara ketiga, Habibie mengendalikan harga bahan pokok. Teknokrat pembuat pesawat terbang ini menganggap kebutuhan bahan pokok jadi hal vital. Alhasil, dia mempertahankan harga listrik dan BBM subsidi agar tidak naik, sehingga harga bahan pokok tetap terjangkau di tengah krisis.

Pada sisi lain, kebijakan ini juga menuai kontroversi sebab Habibie mengeluarkan pernyataan nyeleneh. Dalam salah satu pidatonya, dia pernah meminta rakyat berpuasa di kala krisis supaya lebih hemat.

Pada akhirnya, ketiga cara tersebut sukses membuat kepercayaan pasar terhadap ekonomi Indonesia meningkat. Aliran dana investor kembali masuk. Dan yang terpenting dolar AS kembali menguat dan terkendali ke level Rp6.550.

Monday, December 16, 2024

Pesan Bos Marlboro ke 1,3 Miliar Perokok: Berhenti Merokok!

 

Jacek Olczak sebagai Chief Executive Officer (CEO) baru PMI/dok HMSP
Foto: Jacek Olczak sebagai Chief Executive Officer (CEO) baru PMI/dok HMSP

Abu Dhabi, CNBC Indonesia - CEO Philip Morris International (PMI) Jacek Olczak menegaskan dirinya sangat setuju apabila seluruh orang di dunia berhenti merokok.

Pandangan progresif tersebut juga disampaikan oleh Vice President International Communications and Engagement PMI Tommaso Di Giovanni yang mendukung transformasi dunia bebas asap.

Meski produk rokok konvensional yang dibakar masih menjadi sumber cuan utama, PMI menegaskan posisinya terkait perkembangan industri rokok.

Pemegang merk dagang Marlboro, rokok terlaris di dunia, memiliki pesan kesehatan masyarakat yang mendorong masyarakat untuk berhenti merokok, dan memberikan alternatif bebas rokok bagi mereka yang tidak bisa atau tidak ingin berhenti merokok.

"Jika Anda tidak merokok jangan mulai / If you don't smoke, don't start.

Jika Anda merokok, berhentilah / If you smoke, quit.

Jika Anda tidak berhenti, berubahlah / If you don't quit, change," terang Tomasso dalam acara Technovation 2024.

Friday, December 13, 2024

Inflasi AS Melambung, Bitcoin Cs Longsor

 

Kripto
Foto: Pexels

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar kripto bergerak mix pagi hari ini (13/12/2024) pasca Indeks Harga Produsen (IHP) Amerika Serikat (AS) tumbuh lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar.

Merujuk dari CoinMarketCap pada Jumat (13/12/2024) pukul 09:23 WIB, pasar kripto bergerak variatif. Bitcoin turun 1,42% ke US$99.406,6 sementara secara mingguan berada di zona positif 1,59%.

Ethereum terapresiasi 1,91% dalam 24 jam terakhir dan dalam sepekan menguat 0,71%.XRP melemah 0,87% secara harian sedangkan dalam seminggu terakhir mengalami kenaikan 1,48%.

Begitu pula dengan BNB yang tergelincir 0,51% dalam 24 jam terakhir dan dalam tujuh hari terakhir tersungkur 2,98%.

CoinDesk Market Index (CMI) yang merupakan indeks untuk mengukur kinerja tertimbang kapitalisasi pasar dari pasar aset digital turun 0,49% ke angka 3.910,72. Open interest terapresiasi 2,3% di angka US$128,15 miliar.

Sedangkan fear & greed index yang dilansir dari coinmarketcap.com menunjukkan angka 7 yang menunjukkan bahwa pasar berada di fase greed dengan kondisi ekonomi dan industri kripto saat ini.

Penurunan harga kripto di pagi hari ini terjadi bersamaan dengan naiknya indeks dolar AS (DXY) pada pagi hari ini sebesar 0,11% di angka 107,07.

Hal ini terjadi pasca data semalam (12/12/2024) yang menunjukkan angka Indeks Harga Produsen (IHP) AS pada bulan lalu tercatat tumbuh mencapai 3% pada November lalu secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari Oktober lalu yang tumbuh 2,6%. Angka ini juga lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 2,6%.

Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), IHP Negeri Paman Sam tumbuh mencapai 0,4%, lebih tinggi dari Oktober lalu sebesar 0,3% dan juga lebih tinggi dari perkiraan pasar sebesar 0,2%.

Kendati meningkat, namun pelaku pasar berdasarkan survei CME FedWatch Tool menunjukkan bahwa terdapat potensi bagi bank sentral AS (The Fed) untuk memangkas suku bunganya pada bulan ini sebesar 25 basis poin (bps).

Apabila hal ini benar terjadi, maka DXY berpotensi terkoreksi dan pasar kripto menjadi aset investasi yang lebih menarik ke depannya diikuti dengan apresiasi harganya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Thursday, December 12, 2024

Xi Jinping Siapkan Skenario Lemahkan Yuan, Ada Apa?

 

Mata uang yuan
Foto: Yuan (Reuters)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah China dilaporkan mempertimbangkan untuk membiarkan yuan melemah pada tahun 2025. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi untuk menghadapi tarif yang kemungkinan diterapkan presiden baru Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kepada negara itu.

Dalam laporan Reuters, membiarkan yuan terdepresiasi dapat membuat ekspor China menjadi lebih murah dan mengurangi dampak tarif. Kondisi ini pun juga dapat menciptakan pengaturan moneter yang lebih longgar di dalam negeri China.

"Membiarkan yuan terdepresiasi tahun depan akan menyimpang dari praktik yang biasa dilakukan untuk menjaga nilai tukar mata uang asing tetap stabil," kata salah seorang sumber, Kamis (12/12/2024).

Yuan yang dikelola dengan ketat diizinkan untuk bergerak 2% di kedua sisi titik tengah harian yang ditetapkan oleh bank sentral. Komentar kebijakan dari pejabat tinggi biasanya mencakup komitmen untuk menjaga yuan tetap stabil.

"Meskipun bank sentral tidak mungkin mengatakan tidak akan lagi mempertahankan mata uang tersebut, bank sentral akan menekankan pemberian lebih banyak kekuatan kepada pasar dalam menentukan nilai yuan," ungkap sumber lainnya.

Sumber ketiga mengatakan bahwa bank sentral China, PBOC, telah mempertimbangkan kemungkinan yuan dapat turun menjadi 7,5 per dolar untuk menangkal guncangan perdagangan apa pun. Itu adalah depresiasi sekitar 3,5% dari level saat ini sekitar 7,25.

Yuan, atau renminbi (RMB) sebagaimana yang terkadang dikenal, telah mengalami kesulitan sejak 2022, terbebani oleh ekonomi yang lesu dan penurunan arus masuk modal asing ke pasar-pasar China. Suku bunga AS yang lebih tinggi dan suku bunga China yang rendah juga telah menekannya nilainya.

Perkiraan rata-rata analis adalah yuan akan jatuh ke 7,37 per dolar pada akhir tahun depan, meskipun faktor utamanya adalah seberapa besar Trump menaikkan tarif dan seberapa cepat. Mata uang tersebut telah kehilangan hampir 4% nilainya terhadap dolar sejak akhir September karena investor bersiap untuk kepresidenan Trump.

Yuan yang melemah, di sisi lain, dapat membantu ekonomi terbesar kedua di dunia itu karena berupaya mencapai target pertumbuhan 5%. Hal ini dianggap dapat membantu ekspor China, yang melambat tajam dalam beberapa bulan terakhir.

"Sejujurnya, ini adalah opsi kebijakan. Penyesuaian mata uang dipertimbangkan sebagai alat yang akan digunakan untuk mengurangi dampak tarif," kata kepala ekonom Asia HSBC, Fred Neumann.

Namun, bagi Neumann, itu akan menjadi pilihan kebijakan yang picik. Pasalnya, manuver ini dapat memancing kebijakan tarif atau pembatasan baru dari negara-negara tujuan ekspor Beijing.

"Jadi ada sedikit risiko di sini bahwa jika China menggunakan sudut mata uangnya terlalu agresif, hal itu dapat menyebabkan reaksi keras di antara mitra dagang lainnya dan itu tidak menguntungkan China," tambahnya.