Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid menerangkan, dengan adanya peningkatan permintaan domestik akan mendorong ekonomi Indonesia. “Ekonomi Indonesia diproyeksikan mulai pulih pada 2022 yang didukung oleh peningkatan secara gradual permintaan domestik dampak positif ekonomi global yang semakin kuat,” ucap dia dalam Berita Satu Economic Outlook 2022, Jakarta, Selasa (23/11/2021). PT BESTPROFIT
Peluang lainnya juga ada pada ekspor, di mana pada 2021 ekspor mebel melesat pertumbuhannya. Arsjad menerangkan, pemulihan ekonomi di beberapa mitra dagang utama Indonesia seperti Tiongkok dan AS, akan mendorong permintaan barang ekspor dari Indonesia. BEST PROFIT
“Jadi peluang untuk penguatan ekspor harus menjadi progam kita bersama dan bagaimana kita membuat dorongan karena peluang itu tidak bisa datang just come and go. Kalau ada peluang kita harus bisa menjawab peluang tersebut untuk membuat kita menjadi lebih baik,” kata dia.
Arsjad menerangkan, progam stimulus pemerintah dari sisi Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), di mana berisi subsidi, bantuan sosial, insentif dalam rangka pemulihan ekonomi diharapkan berlanjut juga. “Dan ini akan tetap menjadi pendorong. Jadi progam stimulus tetap menjadi peluang usaha di 2022,” ujar dia. BESTPROFIT
Lalu pembangunan infrastruktur. Arsjad menerangkan, pemerintah akan mempercepat penyelesaian pembangunan infrastruktur dan proyek strategis nasional akan mendorong terciptanya pemerataan dan kelancaran konektivitas serta memfasilitasi lebih berkembangnya investasi swasta. “Lalu reformasi struktural yang contohnya UU Cipta kerja dan yang baru UU perpajakan, yang di mana ini menjadi acuan ke depan,” ujar dia, PT BESTPROFIT FUTURES
Acara G20 di mana Indonesia menjadi tuan rumah pada tahun depan juga menjadi peluang bagi pelaku usaha. Arsjad menekankan semua pihak termasuk Kadin harus bisa membuat event tersebut menjadi acara yang menarik turis masuk ke Indonesia dan juga investasi masuk.
“Kita adalah negara berkembang pertama yang menjadi host G20. Ini juga menjadi kesempatan yang baik bagi Indonesia untuk memfokuskan agenda pembangunan berkelanjutan dan memfasilitasi diskusi pemulihan ekonomi global yang lebih baik dan lebih kuat,” kata dia.
Dalam acara tersebut, Arsjad juga mengatakan bahwa dunia usaha masih membutuhkan beberapa insentif pada tahun depan. Pertama, insentif pajak. Relaksasi dan penundaan pembayaran pajak mungkin harus dipikirkan. Dia menerangkan, pemerintah perlu mempertimbangkan kompensasi kerugian yang berlaku untuk masa pajak selanjutnya (carry forward) dan masa pajak sebelumnya (carry back) yang telah dilakukan di negara lain.
Kedua, keringanan beban biaya produksi. Keringanan tagihan listrik, terutama pada industri manufaktur. Hal ini dikarenakan industri manufaktur tetap tumbuh di masa pandemi dan memiliki kontribusi sebesar 19,8% dari PDB. Ketiga, relaksasi pembayaran kredit. Insentif ini untuk menjaga likuiditas usaha dan keringanan bunga bank.
"Keempat, bantuan modal. Untuk usaha skala kecil seperti Industri UMKM. Bantuan permodalan maush dibutuhkan mengingat permodalan untuk industri kecil terbatas dan berasal dari modal sendiri,” pungkas Arsjad.
Jakarta, Beritasatu.com
No comments:
Post a Comment