Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (AP Photo/Jacquelyn Martin)
Indeks acuan utama bursa domestik, kemarin melemah 0,12% di 7.188,31. Secara eksklusif ia bergerak di zona merah sepanjang perdagangan. PT BESTPROFIT
BEST PROFITMayoritas indeks sektoral juga berakhir di memble dengan pelemahan dipimpin oleh sektor konstruksi dan infrastruktur. Adapun tiga saham utama yang menjadi pemberat IHSG pada perdagangan kemarin adalah Bank Central Asia (BBCA), Telkom Indonesia (TLKM) dan GoTo Gojek Tokopedia (GOTO). BESTPROFIT
Nilai transaksi indeks masih relatif sepi di sekitar Rp 13 triliun atau turun signifikan dari rata-rata harian pekan lalu yang mencapai lebih dari Rp 20 triliun. Sebanyak 27 miliaran saham yang berpindah tangan 1,34 juta kali, dengan 202 saham terapresiasi, 334 saham terdepresiasi, dan 155 saham lainnya stagnan.
Kondisi serupa juga terjadi di pasar keuangan lain, di mana kemarin rupiah melemah tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) dan sempat menembus level psikologis Rp 15.000/US$ untuk beberapa saat. PT BESTPROFIT FUTURES
BPFMelansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,13% ke Rp 15.000/US$. Depresiasi semakin membengkak hingga 0,22% ke Rp 15.013/US$. Nyaris sepanjang perdagangan rupiah berada di atas level psikologis tersebut.
Menjelang penutupan perdagangan, rupiah mulai memangkas pelemahan hingga berakhir di Rp 14.995/US$, turun 0,1%.
Sama dengan yang terjadi di pasar ekuitas, pelemahan tersebut juga terjadi karena pedagang masih menunggu keputusan kebijakan moneter sejumlah bank sentral utama dunia.
Bank Indonesia (BI) sepertinya menjadi penyelamat dan membuat rupiah mampu kembali ke bawah Rp 15.000/US$, dengan triple intervention.
"Tentu kami masuk pasar dengan triple intervention-nya untuk memastikan jangan sampai terjadi pelemahan yang liar atau berlebihan," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Edi Susianto kepada CNBC Indonesia, Rabu (21/9/2022).
Triple intervention adalah intervensi yang dilakukan BI pada Domestic Non-Delivery Forward (DNDF), pasar spot, sampai ke pasar Surat Berharga Negara (SBN).
Terakhir dari pasar obligasi, harga mayoritas SBN ditutup menguat. Imbal hasil mayoritas SBN turun kemarin, kecuali untuk SBN tenor 1, 3, dan 20 tahun yang dilepas oleh investor dan ditandai dengan naiknya yield.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 1 tahun naik 0,8 basis poin (bp) ke posisi 4,753%, sedangkan yield SBN bertenor 3 tahun meningkat 1 bp ke 6,238%, dan yield SBN berjangka waktu 20 tahun menanjak 2,8 bp menjadi 7,273%.
Jakarta, CNCB Indonesia
No comments:
Post a Comment