Melansir data Refinitiv, rupiah jeblok hingga 0,93% ke Rp 15.260/US$ pada pukul 9:40 WIB. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak April 2020.
Sementara itu yuan China jeblok 0,65% ke CNY 7,229/US$ yang merupakan level terlemah sejak awal 2008. PT BESTPROFIT
Kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed) yang diperkirakan akan semakin agresif membuat rupiah yuan dan mata uang Asia lainnya terpuruk.
Analis dari Wells Fargo memperkirakan kenaikan suku bunga The Fed akan yang lebih tinggi lagi.
Sebelumnya, Wells Fargo memperkirakan kenaikan 100 basis poin antara sekarang dan awal tahun depan, tetapi kini mereka memperkirakan sekitar 175 bps.
Para analis Wells Fargo memperkirakan suku bunga akan mencapai 4,75%-5,00% pada kuartal pertama 2023, termasuk kenaikan 75 bps pada pertemuan 2 November dan kenaikan 50 bps pada pertemuan kebijakan 14 Desember.
"Ekonomi menunjukkan tanda-tanda ketahanan, yang akan memerlukan lebih banyak pengetatan moneter untuk memperlambat pertumbuhan cukup untuk membawa inflasi kembali ke target Fed 2%," kata para analis, yang dipimpin oleh kepala ekonom Jay Bryson yang dikutip dari Reuters.
Sementara itu, Jebloknya nilai tukar yuan menjadi perhatian bank sentral China (People's Bank of China/PBoC). PBoC kemarin mengumumkan kenaikan risk reserve requirement ratio untuk institusi finansial yang akan membeli valuta asing melalui kontrak forward menjadi 20% dari sebelumnya 0%, dan dimulai Rabu besok.
Pelaku pasar melihat aksi China untuk menstabilkan yuan tersebut sebagai sinyal ada kekhawatiran yang lebih besar dari melonjaknya nilai tukar dolar AS. Hal ini justru membuat yuan semakin dihantam sentimen negatif yang membuatnya semakin jeblok.
Sepanjang tahun ini yuan tercatat jeblok nyaris 14% melawan dolar AS, sementara rupiah sekitar 7%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
No comments:
Post a Comment