Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Per pukul 09:58 WIB, IHSG ambles 1,12% ke posisi 6.767,392. IHSG kembali terkoreksi ke level psikologis 6.700 pada sesi I hari ini.
Sekitar 58 menit setelah dibuka, nilai transaksi indeks sudah mencapai sekitaran Rp 2,8 triliun dengan melibatkan 8 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 507.060 kali. Sebanyak 121 saham menguat, 359 saham melemah dan 197 saham stagnan. PT BESTPROFIT
Beberapa sektor menjadi pemberat IHSG di sesi I hari ini, yakni sektor energi (1,52%), sektor bahan baku (1,13%), sektor infrastruktur (1,07%), dan sektor industri (0,97%).
Penyebab IHSG kembali ambles hingga 1% lebih dan kembali ke level psikologis 6.700 sepertinya kombinasi antara aksi profit taking yang masih terjadi hingga hari ini dan sikap wait and see pelaku pasar memantau rilis data dan agenda penting di global pada hari ini.
Pada malam hari ini waktu Indonesia, Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell akan memberikan pidato pembuka untuk acara merayakan seratus tahun Divisi Riset dan Statistik. BEST PROFIT
BESTPROFITSebagai catatan, Divisi Penelitian dan Statistik (R&S) dibentuk pada tahun 1923 ketika Divisi Analisis dan Penelitian dikonsolidasikan dengan Divisi Statistik. Divisi R&S telah lama bertanggung jawab untuk memberikan dukungan penting kepada Dewan Direksi dan Federal Open Market Committee (FOMC) dalam berbagai masalah ekonomi dan keuangan.
Para pelaku pasar menunggu informasi perihal kebijakan yang akan di ambil The Fed dan menjadi patokan bank sentral negara lainnya untuk mengambil keputusan termasuk investor.
Sebagai informasi, The Fed menahan suku bunga acuan untuk kedua kalinya pada awal November ini di level 5,25-5,50%. PT BESTPROFIT FUTURES
BPFOleh karena itu, saat ini pelaku pasar cenderung masih bersikap wait and see untuk menunggu berbagai keputusan penting baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Sementara itu dari dalam negeri, investor sepertinya masih menimbang data cadangan devisa (cadev) RI pada Oktober 2023 yang terpantau kembali melandai kemarin.
Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2023 sebesar US$ 133,1 miliar, menurun dibandingkan bulan sebelumnya US$ 134,9 miliar.
Penurunan posisi cadangan devisa sebesar US$ 1,8 miliar antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai langkah antisipasi dampak rambatan sehubungan dengan semakin meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,".
Meski begitu, ke depan, BI memandang cadangan devisa akan tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan respons bauran kebijakan yang ditempuh BI dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
No comments:
Post a Comment