Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mencatat rekor tertinggi pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sejak Desember 2022. Simpanan masyarakat di bank naik 8,1% secara tahunan (yoy) per April 2024, menjadi Rp 8.376,1 triliun.
Akan tetapi bila dirinci, ternyata pertumbuhan simpanan perorangan mengalami perlambatan. Pada bulan keempat tahun ini DPK melesat ditopang oleh nasabah korporasi.
Dalam catatan BI, giro korporasi nak 15,8% yoy menjadi Rp 2.068,4 triliun dan deposito korporasi melesat 16,1% yoy menjadi Rp 1.539,5 triliun. Tabungan korporasi pun tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan perorangan, yakni 6,7% yoy menjadi Rp 238,8 triliun.
Sementara itu, giro perorangan kontraksi 19% yoy dan deposito tumbuh melambat menjadi 2,3% yoy dari bulan sebelumnya 2,4% yoy.
Ekonom Segara Institute Piter Abdullah mengatakan pertumbuhan DPK korporasi naik saat pertumbuhan DPK perorangan melambat justru mengindikasikan dunia usaha tidak baik-baik saja.
"Korporasi tidak melakukan ekspansi. Dananya tidak digunakan untuk investasi dan modal kerja. Menjadi idle menumpuk di perbankan. Hal ini menyebabkan tidak terciptanya lapangan kerja dan pendapatan bagi masyarakat," katanya kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (28/5/2024).
Piter mengatakan Indonesia saat ini lebih membutuhkan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi. Pasalnya kredit yang naik lebih dari 10% secara tahunan belum mampu mengerek pertumbuhan ekonomi secara signifikan.
Sebelumnya, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch Amin Nurdin mengatakan bahwa tingginya DPK Korporasi ini menunjukkan perusahaan-perusahaan di Indonesia masih cenderung wait and see dan menahan dananya di bank.
Perusahaan cenderung masih mempertimbangkan kondisi global dan nasional, di antaranya geopolitik, nilai tukar rupiah, penguatan dolar, politik dalam negeri dan sebagainya.
"Korporasi wait and see, mereka melihat, masih menunggu Pilkada akan seperti apa, transisi kepemimpinan akan seperti apa, nah baru kemudian mereka akan berpikir untuk mulai investasi. Itu yang mengakibatkan DPK korporasi meningkat," ujar Amin.
No comments:
Post a Comment