Foto: Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti (Tangkapan Layar via Youtube Bank Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah semakin tertekan dalam beberapa waktu terakhir terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kini dolar AS sudah berada pada level Rp16.200.
Calon Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti menjelaskan, pelemahan rupiah besar dipengaruhi oleh situasi global. Khususnya yang bersumber dari negara maju seperti Amerika Serikat (AS).
"Inflasi tinggi mengakibatkan suku bunga kebijakan di masing-masing negara khususnya negara maju akan pertahankan tinggi. Kita namakan higher for longer. Yield UST tinggi sehingga dorong DXY menguat terhadap mata uang lain yang berpotensi dorong outflow emerging market," kata Destry dalam uji kepatutan dan kelayakan bersama Komisi XI, DPR RI, Senin (3/6/2024)
Pelemahan nilai tukar rupiah sudah terjadi sejak awal tahun. Begitu juga dengan banyak mata uang lain negara berkembang.
"Tren penguatan US$ terhadap mata uang lain yang terus meningkat dan itu sebabkan asia dolar termasuk rupiah ada tekanan ini hampir terjadi di seluruh mata uang dunia termasuk rupiah di tengah higher for longer," paparnya.
Meskipun apabila dibandingkan, pelemahan rupiah masih cenderung terkendali dari mata uang negara berkembang lain.
"Indonesia secara ytd alami pelemahan 3,86% namun dibandingkan peer group Filipina Korea Selatan, Thailand, Turki depresiasi rupiah lebih manageable," terang Destry.
No comments:
Post a Comment