Wednesday, September 3, 2025

Trump Klaim AL AS Serang Kapal Narkoba Venezuela, 11 Orang Tewas

 Menteri Pertahanan Vladimir Padrino Lopez.

Menteri Pertahanan Vladimir Padrino Lopez. (AP/AP)

Washington, Beritasatu.com —  Presiden Donald Trump mengumumkan pada Selasa (2/9/2025) bahwa pasukan Amerika Serikat (AS) telah menghancurkan kapal pengangkut narkoba di perairan Karibia selatan, tak lama setelah kapal tersebut berangkat dari Venezuela.

Menteri Luar Negeri Marco Rubio menyebut di platform X bahwa kapal itu dioperasikan oleh organisasi narkotika dan menegaskan serangan tersebut bersifat mematikan. Dalam unggahan di Truth Social, Trump mengeklaim kapal tersebut dikendalikan geng Tren de Aragua, dengan 11 orang tewas dalam operasi itu.

Serangan ini memperkuat langkah Washington yang baru-baru ini menambah kehadiran armada laut di sekitar Venezuela untuk memberantas kartel narkoba Amerika Latin. Meskipun begitu, pejabat AS belum mengindikasikan adanya rencana serangan darat.

ADVERTISEMENT

Sebagai respons, Presiden Venezuela Nicolás Maduro memerintahkan pengerahan pasukan di sepanjang pantai dan perbatasan Kolombia, serta menyerukan warga bergabung dengan milisi sipil.

Pengumuman Trump menambah panas hubungan AS–Venezuela sejak dirinya kembali ke Gedung Putih pada Januari 2025 lalu. Dalam beberapa pekan terakhir, Angkatan Laut AS telah menempatkan sekitar 4.500 personel di sekitar Karibia dengan dalih memutus jalur perdagangan kokain ke AS.

Trump menegaskan serangan itu berhasil melumpuhkan kapal dengan muatan narkoba dalam jumlah besar. Ia juga memperingatkan siapa pun yang berusaha menyelundupkan narkoba ke AS akan menghadapi konsekuensi serupa.

Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir Padrino López menyatakan negaranya siap menghadapi serangan apa pun dari AS. Sementara itu, Maduro menyebut langkah Washington sebagai ancaman berlebihan, tidak bermoral, dan kriminal.


Penolakan juga datang dari Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum dan Presiden Kolombia Gustavo Petro, yang menilai tindakan AS berpotensi memperburuk ketegangan di kawasan.

Mantan penasihat keamanan nasional Michael Flynn bahkan menyerukan agar Venezuela dibuat hebat kembali dengan menyingkirkan kelompok kriminal dan menggulingkan rezim Maduro.

Belum jelas apakah Angkatan Laut AS akan melakukan langkah militer lebih lanjut terhadap Venezuela. Trump berjanji akan memberikan perincian tambahan mengenai operasi tersebut dalam waktu dekat.

Monday, September 1, 2025

Rupiah Rentan Terkoreksi di Tengah Gejolak Demonstrasi

 Mata uang rupiah dan dolar AS.

Mata uang rupiah dan dolar AS. (Antara/Fakhri Hermansyah)

Jakarta, Beritasatu.com - Nilai tukar rupiah masih rentan terkoreksi di tengah aksi demonstrasi yang belum mereda. Mata uang Garuda diperkirakan bergerak volatil di kisaran Rp 16.300-Rp 16.500 per dolar Amerika Serikat (AS).

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, gejolak sosial politik berupa demonstrasi besar di Jakarta dan sejumlah daerah telah meningkatkan persepsi risiko investor. Kondisi ini mendorong aksi jual investor asing di pasar obligasi maupun saham.

Ia menambahkan, kepercayaan investor terganggu akibat ketidakpastian politik. Demonstrasi yang dipicu isu kenaikan tunjangan anggota DPR, serta insiden meninggalnya seorang pengemudi ojek dalam bentrokan, memperbesar kekhawatiran bahwa kondisi sosial bisa memburuk dan membebani keuangan negara.

ADVERTISEMENT

“Pasar merespons dengan pelemahan rupiah, lonjakan yield obligasi pemerintah, dan koreksi tajam di pasar saham," ujar Josua kepada Beritasatu.com pada Senin (1/9/2025).

Josua memandang, kekhawatiran pasar semakin besar karena kerusuhan dinilai berpotensi mengganggu stabilitas fiskal sekaligus menekan agenda ekonomi pemerintah. Situasi ini diperburuk oleh lonjakan permintaan dolar menjelang akhir bulan (end month dollar demand), yang secara musiman memang cenderung meningkat.

Atas kondisi tersebut, Josua menilai pergerakan rupiah saat ini masih cenderung rentan. Selama demonstrasi berlangsung dan ketidakpastian politik belum mereda, volatilitas akan tetap tinggi.

“Selama sentimen domestik masih panas, rupiah kemungkinan akan bergerak terbatas di kisaran lemah dengan volatilitas mengikuti dinamika politik dan arus modal asing,” jelasnya.

Meski demikian, Josua melihat peluang penguatan rupiah tetap terbuka apabila eskalasi segera diredam dan faktor eksternal relatif stabil. Prospek penurunan suku bunga The Fed juga berpotensi mengurangi tekanan pada mata uang emerging markets, termasuk rupiah.

"Jika ketegangan sosial mereda, ruang apresiasi terbuka kembali ke area Rp 16.200-Rp 16.300, didukung intervensi Bank Indonesia (BI) dan cadangan devisa yang memadai," sebutnya.

Menurut Josua, peran BI menjadi krusial dalam menjaga stabilitas rupiah. BI sendiri telah menegaskan akan terus hadir di pasar melalui intervensi di berbagai instrumen, mulai dari spot valas, obligasi, hingga NDF onshore dan offshore.

Selain itu, konsistensi komunikasi kebijakan juga diperlukan agar pasar melihat kredibilitas dalam menjaga stabilitas. Namun jika tekanan berlanjut, BI dapat memperkuat operasi moneter jangka pendek, menambah likuiditas dolar, serta memperkuat koordinasi dengan pemerintah untuk menenangkan pasar.

“Outlook rupiah ke depan sangat bergantung pada stabilitas domestik. Semakin cepat demonstrasi mereda, semakin cepat pula rupiah kembali ke jalur stabil sesuai fundamental ekonomi,” pungkas Josua.

Adapun berdasarkan data Bloomberg, Senin (1/9/2025) pukul 10.50 WIB, rupiah berada di posisi Rp 16.490 per dolar AS. Rupiah sedikit menguat dari posisi penutupan akhir pekan lalu di Rp 16.499 per dolar AS.