Monday, July 15, 2024

Aturan Terbaru Saldo Minimum BCA, BRI, BNI, dan Bank Mandiri

 

Seorang nasabah tengah melakukan transaksi di mesin ATM BRI.
Foto: Dok: BRI
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Masyarakat perlu mengetahui jumlah saldo minimal tabungan dari produk yang ditawarkan bank. Ini dapat menjadi pertimbangan saat ingin membuka rekening tabungan.

Setiap bank, memiliki produk tabungan dan saldominimal yang berbeda-beda. Saldo tersebut berfungsi sebagai pengaman jika nasabah tidak aktif menggunakan rekening. Sehingga, saldo yang mengendap akan digunakan oleh pihak bank untuk menutupi biaya-biaya transaksi.


Jika saldo di ATM sudah menyentuh saldo minimalbank, maka nasabah tidak akan bisa menarik uang tersebut. Untuk itu, penting bagi para nasabah mencatat minimal saldo dari produk-produk tabungan bank sebelum memilih dan menggunakannya.

Masing-masing bank memiliki kebijakan yang berbeda untuk menetapkan minimum saldo di ATM nasabah. Bahkan, tiap jenis tabungan di satu bank saja bisa memiliki batas minimal saldo yang berbeda.

Beberapa bank menggunakan sisa saldo tersebut sebagai biaya penutupan rekening tabungan yang tidak aktif. Ada juga bank yang menggunakannya agar menjaga rekening tabungan nasabah tetap aktif.

Berikut ketentuan saldo minimal big bank RI.

BCA

-TabunganKu: Rp 20.000

-Simpanan Pelajar: Rp5.000

-Tahapan Xpresi: Rp10.000

-Tahapan: Rp50.000

-Tapres: Rp5.000.000

-BCA Dollar: US$100 atau S$200

Bank Mandiri

-Tabungan Rupiah: Rp 100.000

-Tabungan NOW: Rp 25.000

-Tabungan Payroll: Rp 10.000

-TabunganKu: Rp 20.000

-Tabungan TKI: Rp 10.000

-Tabungan Mitra Usaha: Rp 1.000.000

-Tabungan SiMakmur: Bebas biaya

-Tabungan Simpanan Pelajar (SimPel): Rp 5.000

BNI

BNI Taplus: Rp 150.000

BNI Taplus Bisnis: Rp 1.000.000

BNI Taplus Pegawai: Sesuai Perjanjian Kerjasama (PKS)

BNI Taplus Muda: Tidak dikenakan saldo mengendap

BNI Pandai: Tidak dibatasi

BNI SimPel: Rp 5.000

BNI Tabunganku: Rp 20.000

BRI

BRI Simpedes: Rp 25.000

BritAma: Rp 50.000

BritAma Bisnis: Rp 50.000

BritAma Pro: Rp50.000

BritAma X: Rp50.000

BRI Tabunganku: Rp 20.000

BRI Junio: Rp 20.000

BRI SimPel: Rp 5.000

Friday, July 12, 2024

Bukti Nyata Para Investor & Founder Kompak Lego Saham GOTO

 

Pencatatan Perdana Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/4/2022).. (dok. GoTo)
Foto: Pencatatan Perdana Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/4/2022).. (dok. GoTo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Satu persatu pemegang saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) hengkang dari perusahaan start up ini. Terbaru, satu pendiri Gojek, Kevin Bryan Aluwi melepas seluruh saham seri A yang dimilikinya.

Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), transaksi tersebut per 30 Juni 2024, Kevin Aluwi jadi tak memiliki sama sekali saham seri A GOTO.


Sebelumnya, Kevin diketahui menggenggam 5,79 miliar saham Seri A GOTO kala perusahaan pertama kali melantai (IPO) di Bursa Efek Indonesia April 2022 silam.

Kevin diketahui mulai menjual perlahan saham GOTO setelah masa lock up saham yang dimiliki oleh pengendali berakhir. Kevin tercatat pertama kali melakukan penjualan saham GOTO pada Mei 2023 atau setahun pasca perusahaan melantai di bursa.

Atas penjualan saham tersebut, Kevin diketahui memperoleh keuntungan jumbo, bahkan dengan estimasi paling moderat cuan yang diperoleh pendiri Gojek tersebut bahkan tembus hingga ratusan miliar rupiah.

Selain Kevin, pemilik saham GOTO lain diketahui memangkas kepemilikan sahamnya dari saat IPO hingga saat ini.

Misalnya saja, Co-Founder GOTO Andre Soelistyo yang baru saja mengundurkan diri sebagai komisaris pada Mei lalu. Kepemilikan saham seri A miliknya sudah berkurang nyaris 1 miliar lembar saham.

Di sisi lain, pendiri e-commerce Tokopedia William Tanuwijaya juga telah melego kepemilikan sahamnya di GOTO meski tipis. Mantan Komisaris GOTO ini awalnya memiliki 8,39 miliar saham GOTO seri A telah meloga sekitar 32 juta lembar saham seri A miliknya.

Sementara itu, kepemilikan saham Melissa Siska Juminto, yang merupakan Presiden Direktur Tokopedia setelah GoTo resmi menjual 75% sahamnya ke Bytedance tidak menjual saham Seri A miliknya. Akan tetapi porsi kepemilikan turun dari sebesar 0,34% saat IPO menjadi 0,33% karena dilusi setelah GOTO melakukan private placement.

Masih di sisi investor perseorangan, nama besar Garibaldi 'Boy' Thohir tercatat menambah sedikit porsi sahamnya di GOTO. 

Dari sisi investor instansi, terdapat nama PT Saham Anak Bangsa dan GoTo People Verse Fund. Kepemilikan PT Saham Anak Bangsa yang merupakan pemegang saham Seri B tidak mengalami perubahan.

Sementara GoTo People Verse Fund (GPF), yang tadinya memiliki porsi kepemilikan non-SDHSM terbesar saat IPO sebesar 106,91 miliar saham atau 9,03%, telah hilang dari peredaran daftar pemegang saham di atas 5% GOTO. Terakhir kali nama GPF muncul dalam daftar pemegang saham adalah pada akhir Maret 2024 dengan total kepemilikan tersisa 61,95 miliar saham atau setara 5,15%.

Artinya, GPF Setidaknya telah melego 45 miliar lembar saham GOTO dan saat ini namanya sudah tidak muncul karena kepemilikan kurang dari 5%.

Terakhir, anak usaha Softbak yaitu SVF GT Subco dan perusahaan e-commerce China Taobao ikut dalam tren pelepasan sejumlah saham GOTO. Masing-masing telah melepas 12,02 miliar saham (Softbank) dan 16,2 miliar saham (Taobao) sejak IPO hingga Juli ini.

Lebih lengkap, berikut perbandingan kepemilikan saham GOTO dari pemegang sahamnya saat IPO hingga Juli 2024, dikutip dari keterbukaan informasi BEI, per Kamis, (12/7/2024):

Thursday, July 11, 2024

Harga Sahamnya Rp 1, Emiten Ini Mau Lakukan Buyback

 

Pekerja memantau pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada salah satu kantor Sekuritas di Jakarta, Selasa (25/6/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman))
Foto: Pekerja memantau pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada salah satu kantor Sekuritas di Jakarta, Selasa (25/6/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman))

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS) merencanakan untuk melakukan pembelian kembali saham Perseroan (Buyback) sebanyak- banyaknya Rp 3.000.000.000. Buyback akan dilaksanakan dengan memperhatikan kondisi likuiditas dan permodalan Perseroan, serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Mengutip keterbukaan informasi, Buyback TOPS, perkiraan tanggal RUPSLB pada tanggal 11 Juli 2024 dengan periode buyback 12 bulan setelah persetujuan RUPLB dan OJK

Pelaksanaan aksi korporasi tersebut dilatarbelakangi oleh harga saham di pasar saat ini sudah lebih rendah dari nilai buku perusahaan dan tidak mencerminkan nilai perusahaan sesungguhnya, hal tersebut berdampak negatif terhadap citra perseroan


Selain itu, saham perseroan belum terlalu aktif sebagaimana tahun-tahun sebelumnya setelah IPO sehingga perseroan memutuskan melakukan buyback yang bertujuan untuk meningkatkan harga saham sesuai dengan nilai perusahaan, memberikan citra yang positif terhadap pasar sehngga transaksi akan kembali berjalan sebagaimana mestinya

"Perseroan berharap akan mendapat keuntungan di masa yang akan datang sejalan dengan pertumbuhan nilai saham Perseroan
Selain itu, program Buyback ini juga dilandasi keyakinan manajemen Perseroan akan kinerja dan prospek kinerja perusahaan ke depan yang akan terus membaik, sehingga dapat memberikan value kepada stakeholders," tulis manajemen, Kamis (11/7).

Pembelian kembali saham diharapkan dapat menjaga stabilitas harga saham di masa yang akan datang, dimana pada saat ini harga saham Perseroan tidak mencerminkan kondisi fundamental dan prospek perseroan, diharapkan dengan buyback saham maka saham Perseroan dapat memiliki pergerakan harga saham yang positif.

"Perseroan berkeyakinan bahwa pelaksanaan transaksi Pembelian Kembali Saham Perseroan tidak akan memberikan dampak negatif yang material terhadap kegiatan usaha Perseroan mengingat Perseroan memiliki modal kerja dan arus kas yang cukup untuk melaksanakan pembiayaan transaksi bersamaan dengan kegiatan usaha Perseroan," pungkasnya.

Patut diketahui, saat ini saham TOPS berada di angka Rp 1 per saham, dan mendapatkan 3 tato bursa.

Wednesday, July 10, 2024

Lebih Cepat Kaya Kalau Jadi Investor Aktif atau Pasif? Nih Jawabannya

 

Ilustrasi Sukses
Foto: Shutterstock/

Jakarta, CNBC Indonesia - Jika ditinjau dari strategi investasinya, investor umumnya dikategorikan menjadi dua tipe yakni aktif dan pasif. Kata aktif dan pasif seringkali mengacu pada saham, namun sebenarnya hal itu juga berlaku di aset-aset lainnya sebut saja seperti obligasi.

Investor aktif adalah mereka yang cukup rutin melakukan transaksi jual beli. Hal itu ditujukan untuk memaksimalkan keuntungan di jangka pendek, serta membuat performa investasi mereka mengalahkan pasar atau indeks acuan.

Mereka yang menerapkan strategi aktif harus menguasai sejumlah analisis dengan baik. Dan tentunya, strategi yang mereka terapkan akan sangat membutuhkan waktu.

Sementara investor pasif merupakan kebalikannya. Mereka cenderung membeli sebuah aset dan melakukan hold dalam jangka panjang, atau membelinya secara rutin setiap bulan tanpa adanya keinginan untuk melakukan profit taking dalam waktu singkat.

Secara umum, berinvestasi dengan strategi pasif memang membutuhkan kesabaran ekstra. Pasalnya, mindset "beli dan hold" merupakan hal yang harus dimiliki oleh para investor dengan strategi pasif.

Apa saja kelebihan dan kekurangan strategi ini?

Strategi investasi pasif, memiliki keuntungan yakni rendahnya biaya investasi lantaran transaksi yang mereka lakukan tidak akan semasif investor pasif. Hal itupun akan berdampak pula pada efisiensi pajak dari investasinya.

Namun secara imbal hasil, besar kemungkinan kinerja investasi para investor dengan strategi pasif kalah dengan yang aktif.

Meskipun dinilai lebih efisien dari segi biaya, opportunity cost (biaya yang timbul akibat hilangnya kesempatan) para investor pasif bisa saja lebih tinggi. Hal itu seringkali dialami oleh para investor yang memilih untuk tidak memindahkan aset mereka sesuai dengan kondisi ekonomi.

Lantas apa kabarnya dengan investor aktif? Secara returns, investor aktif tentu berpotensi mendapatkan imbal hasil yang jauh lebih baik, asalkan rencana dan kinerja investasi mereka berjalan sesuai ekspektasi.

Namun karena aktifnya transaksi yang mereka lakukan, hal itu tentu akan berdampak pada mahalnya biaya investasi mereka. Dan investor aktif pun memiliki risiko kehilangan modal, jika mereka juga rutin melakukan cut loss saat investasi mereka tak sesuai harapan.

Mana yang lebih baik?

Baik strategi aktif atau pasif, sejatinya bisa dikombinasikan untuk setiap tujuan jangka panjang Anda. Dan kedua cara ini juga bisa sangat membantu Anda untuk mengembangkan kekayaan di masa yang akan datang.

Perbedaan kedua strategi ini akan menghasilkan pemilihan instrumen investasi yang juga berbeda. Agar Anda bisa lebih memahami kedua mekanisme ini, dan menentukan yang lebih tepat, yuk daftar Kelas Cuan, Belajar Investasi dari 0 Agar Hidup Gak Serba Ngutang dan Makanan.

Monday, July 8, 2024

Habibie Pernah Bikin Dolar Rp 16.800 Jadi Rp 6.550, Begini Jurusnya

 

habibie
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) sempat mendekati level Rp 16.500. Kini mata uang Negeri Paman Sam tersebut masih bertahan di posisi Rp 16.000. 

Kondisi ini mengingatkan pada kondisi krisis 1998, di mana dolar mencapai Rp 16.800, naik berkali-kali lipat dalam waktu singkat. 

Kala itu Indonesia dalam masa pergantian pemerintahan seiring dengan runtuhnya era Orde Baru yang dipimpin Soeharto.


BJ Habibie menjadi presiden pertama yang memimpin Indonesia setelah kejadian tersebut. Di bawah kendali penemu Crack Theory di bidang penerbangan ini berhasil membuat rupiah menguat.

Habibie yang hanya memimpin Indonesia selama 1 tahun 5 bulan tercatat membuat rupiah menguat 34% terhadap dolar AS, dari Rp 16.800 menjadi Rp 7,385 per dolar AS. 

Salah satu yang dilakukan adalah melakukan paket restrukturisasi perbankan, yakni membangun kembali bank sehat pada 21 Agustus 1998, dengan melakukan merger beberapa bank baru yang kuat seperti Bank Mandiri.

Pemerintah juga memisahkan Bank Indonesia (BI) dari pemerintah. Membuat BI menjadi lembaga independen dan mendapatkan lagi kepercayaan.

Hasilnya Habibie bisa meyakinkan pasar global. Selain itu juga menghilangkan tekanan pada rupiah tanpa intervensi BI, yang kala itu belum punya kewenangan stabilisasi rupiah.

Adapun dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,31% di angka Rp16.275/US$ pada Jumat (5/7/2024). Apresiasi ini telah terjadi sejak 3 Juli 2024.

Sementara itu secara mingguan, rupiah juga menguat 0,58% atau selaras dengan pekan sebelumnya yang juga berada di teritori positif 0,46%. DXY pada pukul 15:52 WIB melemah 0,14% di angka 104,97. Angka ini lebih rendah dibandingkan posisi kemarin yang berada di angka 105,13.