Foto: Pexels
Jakarta, CNBC Indonesia - - Harga emas masih kembali melemah setelah dolar Amerika Serikat (AS) perkasa lagi.
Pada perdagangan Kamis (11//5/2023) harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 2.015,55 per troy ons. Harganya melandai 0,69%.
Pelemahan kemarin memperpanjang tren negatif sang logam mulia yang juga melandai pada hari sebelumnya. Dalam dua hari terakhir, emas sudah melemah 0,92%.
Emas nyaris tidak bergerak pada hari ini.
Pada perdagangan Jumat (12/5/2023) pukul 06:30 WIB, harga emas di pasar spot internasional ada di posisi US$ 2.015,66 per troy ons. Harganya menguat sangat tipis yakni 0,005%.
Emas melemah setelah dolar AS kembali perkasa. Indeks dolar ditutup pada posisi 102,06 kemarin. Posisi tersebut adalah yang tertinggi dalam delapan hari terakhir.
Dolar AS adalah "musuh terbesar dan abadi" bagi emas. Keduanya bergerak saling berlawanan. Penguatan dolar AS akan membuat emas semakin mahal dibeli dan tidak terjangkau sehingga tidak menarik. Begitu juga sebaliknya.
Dolar AS menguat karena pasar belum yakin dengan perubahan kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) ke depan.
Pasalnya, inflasi dan indeks harga produsen menguat dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm).
Pasar tenaga kerja memang sudah mendingin seperti terlihat dalam kenaikan jumlah klaim pengangguran.
Klaim pengangguran meningkat menjadi 245,25 ribu pada pekan yang berakhir pada 6 Mei 2023, dari 239,25 ribu pada pekan sebelumnya.
Inflasi AS memang melandai (year on year/yoy) menjadi 4,9% (year on year/yoy) pada April. Inflasi lebih rendah dari ekspektasi ekonom sebesar 5% juga dari Maret 2023 yang tercatat 5%.
Namun, inflasi justru meningkat bila dilihat dari bulan sebelumnya atau secara month to month (mtm). Inflasi pada April tercatat 0,4% (mtm), jauh lebih tinggi dibandingkan Maret (0,1%).
Indeks Harga Produsen (IPP) pada April melandai menjadi 2,3% (yoy) dari 2,7% (Yoy) pada Maret 2023. Namun, IPP justru menguat mejadi 0,2% (mtm) pada April dibandingkan 0,2% pada Maret.
Dengan kondisi ini pasar pun ragu jika The Fed akan segera menahan apalagi memangkas suku bunga acuan pada Juni mendatang. Kondisi ini tentu saja menguntungkan dolar.
"Emas kesulitan menembus kisaran US$ 2.050 karena kondisinya justru mengarah ke bearish," tutur analis FX Daily, Zain Vawda.
CNBC INDONESIA RESEARCH
No comments:
Post a Comment