Friday, June 2, 2023

Pemilik Emas Malah Tertawa Bahagia dapat Kabar Buruk Amerika

 Emas batangan Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas bersinar setelah data-data menunjukkan ekonomi Amerika Serikat (AS) semakin suram.

Pada perdagangan Kamis (1/6/2023) harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 1.977,88 per troy ons. Harganya menguat 0,79%. Harga tersebut juga menjadi yang tertinggi sejak 17 Mei lalu atau 11 hari perdagangan terakhir.

Penguatan kemarin memperpanjang tren positif emas yang juga menguat dalam dua hari perdagangan sebelumnya. Dalam tiga hari perdagangan terakhir, harga emas melonjak 1,8%.

Harga emas sedikit melemah pada hari ini. Pada perdagangan Jumat (1/6/2023) pukul 06:54 WIB, emas spot ada di posisi US$ 1.976,27 per troy ons atau melandai tipis 0,08%.

Harga emas melambung kemarin setelah data-data ekonomi AS menunjukkan ekonomi AS semakin terpuruk.
Aktivitas manufaktur AS yang tercermin dalam PMI Manufacturing Index turun tajam. Indeks turun menjadi 48,4 pada Mei dari 50,2 pada April 2023. Artinya, manufaktur AS tidak dalam fase ekspansif.

PMI melemah karena turunnya permintaan, aktivitas pembelian, serta proyeksi melemahnya produksi dalam bulan-bulan ke depan.

Melemahnya PMI bisa menjadi sinyal jika ekonomi AS akan lesu ke depan sehingga inflasi melandai. Dengan demikian, bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) diharapkan bisa segera melunak.

Bukti lain dari mulai lesunya ekonomi AS tercermin dari klaim pengangguran AS.
Jumlah pegawai yang mengajukan klaim pengangguran naik 2.000 menjadi 232.000 pada pekan yang berakhir pada 27 Mei 2023.

Namun, data tenaga kerja AS masih menjadi tanda tanya karena pembukaan lapangan kerja justru meningkat menjadi 10,1 juta pada April, dari 9,5 juta pada Maret.
Pasar kini tengah menunggu data pengangguran AS pada Mei yang akan keluar Jumat hari ini atau malam nanti waktu Indonesia.
Data pengangguran menjadi pertimbangan The Fed untuk menentukan kebijakan suku bunga pada 13-14 Juni mendatang.


Jelang rapat The Fed, Chief The Fed Philadelphia Patrick Harker mengatakan jika ada kejutan pada data ekonomi maka dia akan memilih untuk menahan suku bunga. Sebagian pelaku pasar memperkirakan Teh Fed masih akan menaikkan suku bunga pada Juni sebesar 25 bps untuk kemudian mulai menahannya sejak Juli.
The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 500 bps sejak Maret tahun lalu menjadi 5,0-5,25%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

No comments:

Post a Comment