Friday, June 19, 2020

Inflasi Rendah, Klimaks Lesunya Daya Beli saat Pandemi

Inflasi Rendah, Klimaks Lesunya Daya Beli saat Pandemi

PT BESTPROFIT FUTURES JAMBI - Rendahnya laju inflasi jelas menunjukkan betapa sadisnya pelemahan daya beli masyarakat Indonesia akibat pandemi virus corona atau Covid-19. PT BESTPROFIT
Bahkan atas situasi ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku tak begitu nyaman. BESTPROFIT
"Tapi ini disebabkan karena daya beli masyarakat terutama konsumsi rumah tangga yang pelemahan cukup drastis," kata Sri Mulyani dalam rapat bersama Badan Anggaran DPR RI secara virtual, Kamis (18/6/2020).BEST PROFIT
Menurut mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, di masa pandemi dan pembatasan sosial saat ini, inflasi tidak menjadi ancaman. Justru inflasi diperlukan untuk menandakan terjadinya permintaan di pasar. PT BESTPROFIT FUTURES
"Oleh karena itu, bagaimana kita bisa membalikkan inflasi ke kuartal selanjutnya akan jadi salah satu bagian terpenting dalam skenario pemulihan ekonomi 2020, yang kita harapkan momentumnya diakselerasi di tahun 2021," pungkasnya. BPF
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyambut gembira dengan pergerakan nilai tukar rupiah yang saat ini sudah tembus di bawah level Rp 14.000. Atas perkembangan ini dirinya pun bersyukur. PT BESTPROFIT FUTURES HEAD OFFICE
"Alhamdulillah dengan rahmat Allah SWT bagi ekonomi Indonesia, siang ini rupiah sudah tembus di bawah Rp 14.000," kata Perry.
Dirinya pun optimistis bahwa penguatan mata uang garuda terhadap dolar AS akan terus terjadi karena Perry menilai rupiah masih undervalued.
"Itu menunjukkan penguatan sejalan pandangan kami bahwa nilai tukar rupiah untuk hari ini kami pandang undervalue sehingga ke depan berpotensi menguat," kata Perry.
Lebih lanjut Perry menerangkan bahwa faktor yang membuat rupiah terus menguat karena rendahnya laju inflasi dan defisit transaksi berjalan.
Data Badan Pusat Statistik mengungkap, inflasi pada Mei 2020 sebesar 0,07 persen (month to month/mtm) dan 2,19 persen (year on year/yoy).
"Interest rate differential SBN 7,06 persen untuk 10 tahun. Suku bunga US treasury 0,8 persen berarti perbedaannya 6,2 persen itu tinggi perbedaannya dan sebagai salah satu imbal hasil investasi aset keuangan, Indonesia masih tinggi. Itu salah satu indikatornya,” pungkasnya.



Sumber : suara.com

No comments:

Post a Comment