Tuesday, March 14, 2023

Emas Berpesta Pora di Tengah Krisis Amerika

 emas Foto: Pexels


PT BESTPROFIT FUTURES JAMBI - Harga emas semakin terbang menyusul meningkatnya kekhawatiran pasar Amerika Serikat (AS) setelah krisis yang menimpa Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank.

Emas berhasil menembus level psikologis US$ 1.900 per troy ons lagi setelah terlempar dari level tersebut sejak 2 Februari 2023.PT BESTPROFIT


Pada penutupan perdagangan Senin (13/3/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.913,24 per troy ons. Harga sang logam mulia terbang 2,43%. Harga tersebut adalah yang tertinggi sejak 1 Februari 2023 atau 1,5 bulan terakhir. BEST PROFIT


Kenaikan sebesar 2,43% sehari kemarin juga menjadi yang tertinggi sejak 10 November 2022 atau empat bulan terakhir di mana pada tanggal tersebut emas terbang 2,84% sehari.




Dengan penguatan kemarin maka emas sudah melaju kencang sejak Rabu (8/3/2023). Dalam empat hari perdagangan tersebut, harga emas terbang 5,5%. BESTPROFIT

PT BESTPROFIT FUTURES
BPF
­

Harga emas sedikit melandai pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Selasa (10/3/2023) pukul 06:25 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.909,99 per troy ons. Harganya melemah 0,17%.

Analis dari TD Securities Bart Melek menilai kenaikan harga emas menunjukkan posisi kuat emas sebagai aset aman. Emas adalah instrument investasi yang dicari saat terjadi ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.

"Emas sangat memenuhi mandatnya sebagai safe haven aset. Banyak investor sekarang yang kini mencari logam mulia sebagai aset aman. Emas digunakan sebagai hedging risiko dari ketidakpastian saat ini," tutur Melek, dikutip dari Reuters.

Seperti diketahui, pasar keuangan AS tengah digoyang krisis SVB dan Signature Bank. SVB kolaps pada Jumat (10/3/2023) atau hanya 48 jam setelah mereka mengumumkan akan mengumpulkan dana sebesar US$ 2,25 miliar.

Bank kolaps karena besarnya penarikan dana dari investor dan nasabah. Investor khawatir bank dalam kesulitan keuangan.

Penarikan dana besar-besaran juga membuat Signature Bank rontok dan menutup operasi.

Krisis yang menimpa kedua bank semakin meningkatkan keyakinan pasar jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) tidak akan lagi agresif.

Pekan lalu, pasar berekspektasi The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps bulan ini. Namun, dengan apa yang terjadi pada SVB, ekspektasi kini melandai kepada kenaikan sebesar 25 bps.

Terlebih, angka pengangguran AS juga meningkat pada Februari 2023 menjadi 3,6%, dari 3,4% pada bulan sebelumnya.

Sebagian pelaku pasar bahkan memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga paling tidak sebesar 75 bps pada tahun ini sehingga suku bunga akan berada di 4-4,25% pada akhir tahun.

Sebagai catatan, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 450 bps dalam setahun terakhir menjadi 4,5-4,75%. Ekspektasi pasar mengenai kebijakan The Fed yang diproyeksi dovish membuat dolar AS dan yield surat utang AS merosot.

Indeks dolar kini berada di kisaran 103,59 atau terendah sejak 14 Februari silam. Sementara itu, yield surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun merosot ke 3,51%, level terendah sejak 2 Februari 2023.

"Masa depan emas sepertinya akan sangat tergantung pada efektivitas kebijakan The Fed. Jika krisis SVB bisa diatasi maka harga emas bisa merosot tajam," tutur analis dari Heraeus, Alexander Zumpfe, dikutip dari Reuters. Jakarta, CNBC Indonesia

CNBC INDONESIA RESEARCH

No comments:

Post a Comment