Thursday, June 8, 2017

Densus 88 Bekuk Donatur WNI yang Perang di Marawi Filipina

PT Bestprofit : ILUSTRASI
ILUSTRASI

"RS terlibat dalam pendanaan puluhan WNI yang berperang di Marawi."

PT Bestprofit - Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) mengungkapkan jati diri warga Tegal, Jawa Tengah, bernisial RS (32) yang dibekuk tim Detasemen Khusus 88 Antiteror, di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta Selasa (5/6/2017).
Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Hubungan Masyarakat Polri Komisaris Besar Martinus Sitompul menegaskan, RS dibekuk karena diduga terlibat jaringan teroris yang berperang dengan tentara Filipina di Kota Marawi, Pulau Mindanao.
“RS terlibat dalam pendanaan puluhan WNI yang berperang di Marawi. Dia yang memberi fasilitas keberangkatan dan uang sangu,” terang Martinus, Rabu (7/6/2017).
Melalui dua kali transfer tersebut, uang yang diberikan RS kepada empat WNI itu mencapai USD7.500. Keempat WNI itu ialah YP, AY, Y, dan AS.Ia menjelaskan, RS terdata dua kali mentransfer uang kepada empat warga Indonesia yang kekinian masuk daftar pencarian orang (DPO) polisi Filipina.
Untuk diketahui, RS ditangkap di rumahnya, Dusun Jeruk, RT4/RW10 Desa Kepek, Wonosari, Gunung Kidul.
Sang Adik Juga Diciduk
Sementara Eko Budihariyanto, kakak RS, mengakui salah satu anggota keluarganya ditangkap Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri pada Selasa (6/6/2017) siang. Selain RS, sang adik berinisial S juga dibekuk.
Eko mengatakan, adiknya itu ditangkap oleh 20 orang mengaku Densus 88 yang mengendarai mobil serta sepeda motor.
“Saat itu, S, adik saya, sedang mengantarkan ibu ke Pasar Argosari Wonosari. Setelahnya, dia ke rumah saudara di Dusun Madusari, di situlah dia ditangkap,” tutur Eko.
Eko mengatakan, puluhan Densus 88 langsung melakukan penggeledahan. Namun, mereka tidak membawa barang barang bukti dari rumahnya. Polisi membawa istri RS dan tiga orang anaknya serta seorang anak Eko.
"Anak istri dan anak saya sudah dikembalikan semua, hanya adik saya (S) yang sampai saat ini belum kembali," tuturnya.
Ia mengakui tidak mengetahui alasan polisi menangkap sang adik. Apalagi sepengetahuannya, S selama ini tak pernah menunjukkan gelagat ikut organisasi teroris.
Sejak 2008, kata dia, S tinggal di Tegal, Jawa Tengah. Ia di sana bekerja sebagai pengajar kursus musik dan berdagang kelontong.
"Adik saya pulang ke sini sejak 3 hari terakhir untuk menyunatkan anaknya, dan bersilaturahmi dengan keluarga," katanya.
Eko berharap pihak kepolisian memberikan kepastian mengenai nasib keluarganya.
"Kami tidak mendapatkan surat apa pun terkait dengan penangkapan RS. Saya kurang tahu tersangkut bom mana gitu, saya kurang jelas, keluarga sendiri. PT Bestprofit

No comments:

Post a Comment