Friday, May 13, 2022

Rusia Peringatkan NATO, Bakal Ada Perang Nuklir Besar-besaran

 

Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev Foto: Sputnik/Ekaterina Shtukina/Pool via REUTERS


-  Rusia kembali memberikan peringatan akan potensi perang nuklir apabila Amerika Serikat dan NATO terus 'campur tangan' dalam konflik yang terjadi di Ukraina.

Mantan presiden sekaligus salah satu sahabat terdekat Vladimir Putin, Dmitry Medvedev, memperingatkan Barat bahwa meningkatnya dukungan militer yang diberikan kepada Ukraina oleh Amerika Serikat dan sekutunya berisiko memicu konflik antara Rusia dan aliansi militer NATO. PT BESTPROFIT


Medvedev yang sekarang menjabat Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia mengatakan konflik seperti itu dengan NATO selalu membawa risiko perang nuklir besar-besaran.

"Negara-negara NATO memasok senjata ke Ukraina, melatih pasukannya untuk menggunakan peralatan Barat, mengirim tentara bayaran, dan latihan negara-negara aliansi di dekat perbatasan kita meningkatkan kemungkinan konflik langsung dan terbuka antara NATO dan Rusia," kata Medvedev dalam sebuah posting Telegram, dikutip Reuters, Jumat (13/5/2022).

"Konflik seperti itu selalu memiliki risiko berubah menjadi perang nuklir penuh," kata Medvedev. "Ini akan menjadi skenario bencana bagi semua orang." BESTPROFIT


Adapun, serangan Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari lalu telah menewaskan ribuan orang, menghancurkan bekas tetangga Sovietnya itu, dan menimbulkan kekhawatiran akan konfrontasi paling parah antara Rusia dan Amerika Serikat sejak krisis rudal Kuba pada 1962.Menurut Asosiasi Kontrol Senjata yang berbasis di Washington, Rusia dan Amerika Serikat sejauh ini adalah kekuatan nuklir terbesar di dunia. Rusia memiliki sekitar 6.257 hulu ledak nuklir, sementara tiga kekuatan nuklir NATO - Amerika Serikat, Inggris dan Prancis - memiliki sekitar 6.065 hulu ledak gabungan. 
PT BESTPROFIT FUTURES

BPF

Putin mengatakan serangan yang disebut "operasi militer khusus" di Ukraina diperlukan karena Amerika Serikat menggunakan Ukraina untuk mengancam Rusia dan Moskow harus bertahan melawan penganiayaan terhadap orang-orang berbahasa Rusia.

Jakarta, CNBC Indonesia 


No comments:

Post a Comment