Friday, December 16, 2022

Saham 'Anti Krisis' Berserakan! Banyak yang Diskon Pula

 Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto) Foto: Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

PT BESTPROFIT FUTURES JAMBI  - Sektor konsumen merupakan sektor yang 'sexy' di Indonesia mengingat konsumsi merupakan tumpuan ekonomi domestik. Oleh sebab itu wajar jika sektor ini sering menjadi pilihan bagi investor saham untuk menempatkan dananya.

Terlebih, sektor ini memiliki karakterisitik yang defensif. Artinya, permintaan akan tetap ada walau terjadi krisis.

Sebagai negara dengan populasi terbesar ke-4 di dunia dan jumlah penduduknya lebih dari 270 juta jiwa, ekonomi Indonesia digerakkan oleh konsumsi rumah tangga dengan sumbangsih lebih dari 50%. PT BESTPROFIT

BEST PROFIT


Kontribusinya yang besar terhadap perekonomian membuat sektor konsumsi sering dilirik investor baik yang kakap maupun ritel.

Sektor konsumsi juga dinilai sebagai sektor yang defensif sehingga seringkali menjadi pilihan investor ketika kondisi ekonomi sedang tidak mendukung.

Tesis investasinya sederhana, ketika ekonomi sedang menghadapi tantangan perlambatan, biasanya pemerintah akan menggelontorkan stimulus untuk menjaga daya beli masyarakat agar tidak turun sehingga konsumsi sebagai tulang punggung ekonomi tetap kokoh.

BESTPROFIT

Namun bagi seorang investor terutama yang menganut value investing layaknya Warren Buffet maupun Lo Kheng Hong, memilih saham dengan valuasi yang rasional atau bahkan terdiskon dan perusahaannya berfundametal baik adalah sebuah keniscayaan untuk memperoleh cuan maksimal.

Dari ketujuh saham di sektor konsumsi yang produknya dikenal masyarakat, market cap menengah, dan likuid ditransaksikan, diperoleh nilai median valuasi menggunakan metode Price to Earnings (PER) dan Price to Book Value (PBV) masing-masing 18,68 kali dan 3,78 kali.

Saham

PER

PBV

KINO

-6.76

1.03

HMSP

16.82

4.12

INDF

9.89

1.18

GGRM

18.45

0.65

ICBP

27.22

3.43

UNVR

29.16

31.29

MYOR

37.57

4.63

Rerata

18.91

6.62

Median

18.68

3.78

Dari ketujuh saham pilihan tersebut, ada dua saham yang masuk kategori blue chip dengan valuasi yang relatif lebih miring dibandingkan peers.

Kedua saham tersebut adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) milik Grup Salim yang menjadi induk bagi produsen mie instan terkenal Indomie yaitu PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan emiten produsen rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM).

Saham INDF ditransaksikan dengan PER 9,89 kali dan PBV 1,18 kali. Sementara itu saham GGRM ditransaksikan dengan PER 18,45 kali dan PBV 0,65 kali.

Meski kedua saham tersebut relatif terdiskon dibanding yang lain tetapi masih ada beberapa catatan yang perlu diketahui investor. PT BESTPROFIT FUTURES

BPF­

Untuk saham INDF, volatilitas valuta asing menjadi salah satu risiko dalam berinvestasi di saham INDF. Pasalnya untuk INDF ada eksposur risiko forex dari adanya utang dalam denominasi valas dan eksposur terhadap bahan baku pembuatan mie yaitu gandum impor.

Tren pelemahan rupiah akan membebani kinerja keuangan emiten yang satu ini. Namun kabar baiknya harga gandum yang mulai melandai diharapkan dapat membuat marjin INDF masih bisa pulih.

Kemudian untuk GGRM salah satu faktor yang perlu dicermati adalah kenaikan tarif cukai. Secara historis, pemerintah terus menaikkan tarif cukai lebih dari 10% dalam 5 tahun terakhir. Tren ini pun berlanjut di tahun depan.

Permasalahannya adalah tren kenaikan cukai tersebut tidak diimbangi dengan tren kenaikan harga jual rokok yang sepadan sehingga membuat marjinnya tergerus.

Well, satu hal yang patut disadari bagi investor adalah meski valuasinya terdiskon, harus juga dipertimbangkan dari sisi prospek atau outlook kinerja Bisnis emiten ke depan.

Jakarta, CNBC Indonesia

No comments:

Post a Comment