Thursday, October 12, 2023

Rupiah Tembus Rp 15.700/US$, Dompet Warga RI Siap-siap Tekor

 Penukaran uang dolar (AS) dan rupiah di Valuta Inti Prima (VIP) Money Changer, Menteng, Jakarta, Rabu (11/10/2023). (CNBC Indonesia/ Faisal Rahman) Foto: Penukaran uang dolar (AS) dan rupiah di Valuta Inti Prima (VIP) Money Changer, Menteng, Jakarta, Rabu (11/10/2023). (CNBC Indonesia/ Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah diperdagangkan di kisaran Rp 15.730 - Rp 15.690 per dolar AS pada perdagangan kemarin, Rabu (11/10/2023).

Meskipun ditutup menguat ke level Rp 15.690/US$, tetapi rupiah telah mengalami tekanan dalam kurun waktu 5 bulan terakhir.

Kalangan ekonom di Indonesia mengingatkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berisiko mempengaruhi konsumsi dan daya beli masyarakat.

Hal ini mungkin terjadi akibat efek imported inflation yang timbul dari naiknya harga barang impor, termasuk BBM dan pangan.

Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia Banjaran Surya Indrastomo mengungkapkan ada dua barang impor yang menjadi komoditas utama bagi masyarakat Indonesia, yaitu minyak mentah atau petroleum yang menjadi bahan baku bahan bakar minyak (BBM), serta beras.

"Terdapat tekanan dari harga barang impor dua komoditas utama Indonesia, yaitu minyak mentah dan harga beras yang berpotensi menekan inflasi. Padahal, kebutuhan impor beras sedang tinggi karena berkurangnya produksi nasional," kata Banjaran kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (12/10/2023).

Pelemahan rupiah juga akan berdampak negatif pada kinerja pelaku usaha yang bergantung pada bahan baku impor, seperti industri farmasi atau industri petrokimia, makanan dan minuman, hingga tekstil. Otomatis kenaikan harga barang-barang tersebut tidak terelakkan.

"Akan terdampak dari adanya pelemahan rupiah yakni sektor yang mengandalkan bahan baku impor seperti Makanan dan Minuman, terutama yang banyak bahan baku impor seperti Gandum, Gula, dan Kedelai, lalu sektor Farmasi, Elektronik dan Barang Elektrikal, dan Tekstil," kata Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede.

Mantan Menteri Keuangan di era Presiden SBY M. Chatib Basri mengingatkan pemerintah akan urgensi untuk mempercepat belanja.

"El Nino adalah soal serius untuk Indonesia, kenaikan harga beras harus diantisipasi. Kenaikan harga beras punya dampak yang signifikan utk kelompok miskin dan rentan," ujarnya.

Chatib menilai jika harga beras terus naik, dan pasokan dunia terbatas, maka subsidi untuk kelompok rentan perlu diberikan.

Selain itu, dia berharap adanya perluasan coverage BLT, PKH dan perlindungan sosial.

"Prioritas fiskal menjadi sangat penting. Belanja pemerintah perlu diarahkan untuk membantu kelompok menegah bawah dan rentan," ungkapnya.


No comments:

Post a Comment