Wednesday, June 19, 2024

Nih! Kondisi Rupiah Kini Dibandingkan Krisis 1998, 2008 dan 2020

 Uang dolar AS dan Rupiah. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman) Foto: Uang dolar AS dan Rupiah. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih terus bergerak di kisaran atas Rp 16.300 bahkan sempat menyentuh level Rp 16.400 pada Jumat siang (14/6/2024), sebelum akhirnya pada saat penutupan perdagangan akhir pekan lalu di level Rp 16.395/US$.

Padahal, sejak Januari hingga April 2024, rupiah masih terus bergerak di kisaran Rp 15.300 per dolar AS, sebelum akhirnya mulai menyentuh level Rp 16.000 pada Selasa dua bulan lalu (16/4/2024), dan sempat kembali menguat ke level kisaran Rp 15.900 pada Mei, sebelum akhirnya terkapar kembali ke kisaran atas Rp 16.200 pada awal Juni 2024.

Anjloknya nilai tukar rupiah di level tersebut sebetulnya juga terjadi saat Indonesia masuk pusaran Krisis Ekonomi Asia atau Krisis Moneter atau Krismon pada 1997/1998 yang traumatis. Krisis itu dipicu oleh krisis mata uang di beberapa negara Asia, seperti Thailand.

Namun, saat itu rupiah jatuh sangat dalam dari Rp 4.650/US$ pada akhir 1997 menjadi Rp 7.300/US$ pada akhir November 1998. Bahkan rupiah di pertengahan 1998, sempat anjlok hingga ke level Rp 16.800/US$ jauh di atas level kurs rupiah saat ini yang melemah terdalamnya di level Rp 16.400. Rp 16.800/US$ berdasarkan catatan tim riset CNBC Indonesia merupakan rekor terlemah sepanjang masa.

Hal serupa juga terjadi saat masa Krisis Finansial Global pada 2008 yang dipicu oleh masalah keuangan serius di sejumlah perbankan global atau akibat masalah yang dikenal dengan istilah subprime mortgage. Rupiah saat itu melemahnya juga sangat dalam dari kisaran Rp 9.000/US$ pada Januari 2008 merosot hingga ke atas Rp 12.000/US$ pada akhir tahunnya, meski tak menyentuh level Rp 16.000/US$.

Adapun level kurs rupiah yang menyentuh level Rp 16.000 sebetulnya juga terjadi saat masa krisis akibat Pandemi Covid-19. Kala itu, rupiah terkapar paling dalam di level Rp 16.575 pada Mei 2020, merosot dalam dari nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat sebelum merebaknya virus corona itu, seperti pada Januari 2020 di level Rp 13.882/US$.

Kendati rupiah kini telah kembali ke level Rp 16.000, Gubernur BI Perry Warjiyo menilai sejauh ini pergerakannya masih stabil. Sekalipun melemah, masih berada dalam level terjaga termasuk apabila dibandingkan dengan mata uang negara lain. BI pun memastikan terus melakukan intervensi untuk menjaga pergerakan stabilitas nilai tukar rupiah itu.

"(Rupiah) itu salah satu yang terbaik di dunia. Rupiah kita sangat stabil. Salah satu yang terbaik di dunia," ungkap Perry saat ditemui di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (14/6/2024).

Ia menyatakan pihaknya senantiasa berada di pasar untuk memantau perkembangan pasar keuangan dan siap melakukan intervensi apabila dibutuhkan. Perry juga memastikan pasokan dolar terjaga di dalam negeri.

"Banyak yang kita lakukan, entah intervensi dan menarik portofolio asing dari dalam negeri dan untuk DHE SDA semua berjalan baik stabil dan diapresiasi Presiden," tuturnya.

Presiden Joko Widodo pun turut buka suara terkait tren pelemahan rupiah saat ini. Jokowi menegaskan nilai tukar rupiah di kisaran Rp 16.200-Rp 16.300 per dolar AS masih baik.

Dia mengakui ketidakpastian global menjadi pemicu dari pelemahan rupiah. Menurutnya, semua negara juga mengalami tekanan yang sama.

"Ya ketidakpastian global memang menghantui semua negara, tapi menurut saya kalau masih di angka Rp 16.200-Rp 16.300 masih posisi yang baik," ujar Jokowi, Hari Ulang Tahun ke-52 Himpunan Pengusaha Muda Indonesia di Hotel Fairmont, Jakarta, Senin (10/6/2024) lalu.

No comments:

Post a Comment