Monday, November 7, 2022

Kalau Rupiah Tak Menguat, Itu Namanya Keterlaluan!

 Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia) Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah merosot 1,2% melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan lalu ke Rp 15.735/US$. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak April 2020 lalu.

Di awal pekan ini, rupiah punya peluang besar untuk menguat. Sebab, indeks dolar AS jeblok hingga 1,8% pada perdagangan Jumat (4/111/2022) pekan lalu ke 110.88. Rupiah pun berpeluang menguat lebih jauh di pekan ini, sebab ada rilis data produk domestik bruto (PDB) Indonesia hari ini.

Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,7% pada kuartal III, sementara Bank Indonesia (BI) meyakini PDB akan mencetak pertumbuhan 5,5% pada kuartal tersebut. Hasil polling dari Reuters bahkan lebih tinggi lagi, sebesar 5,89%.

Selain data PDB, ada juga rilis data cadangan devisa dari dalam negeri.

Sementara itu indeks dolar AS jeblok setelah rilis data tenaga kerja Amerika Serikat yang mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan tingkat pengangguran bulan Oktober naik menjadi 3,7% dari bulan sebelumnya 3,5%.

Kenaikan tersebut menguatkan lagi harapan bank sentral AS (The Fed) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR terus tertekan sejak menembus ke atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50).

MA 50 merupakan resisten kuat, sehingga tekanan pelemahan akan lebih besar ketika rupiah menembusnya.

Rupiah kini sudah berada di atas Rp 15.450/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 38,2%. Level tersebut bisa menjadi 'gerbang keterpurukan' bagi rupiah, selama tertahan di atasnya. Terbukti, rupiah terus tertekan setelah menembus level tersebut.

Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Selama tertahan di atas Fibonacci Retracement 32,5% tersebut rupiah berisiko terpuruk semakin jauh, menuju Rp 16.000/US$ atau di kisaran Rp 15.900/US$ yang merupakan FIb. Retracement 23,6%.

Resisten berada di kisaran Rp 15.760/US$ hingga Rp 15.800/US$, yang bisa menahan pelemahan rupiah pekan ini.

Tetapi jika ditembus dan tertahan di atasnya, rupiah dalam hitungan hari bisa menyentuh lagi Rp 16.000/US$.

Indikator Stochastic pada grafik harian sudah cukup lama berada di wilayah jenuh beli (overbought), juga memberikan peluang penguatan.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Selama tertahan di bawah resisten Rp 15.760/US$ hingga Rp 15.800/US$, ada peluang rupiah menguat ke kisaran Rp 15.600/US$ pekan ini. Ke depannya tidak menutup kemungkinan bisa ke Rp 15.500/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

No comments:

Post a Comment