Friday, January 6, 2023

5 Analis Ungkap Penyebab IHSG Ambruk Hampir 3%

 Presiden Joko Widodo resmi menutup perdagangan bursa tahun 2017 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (29/12/2017). Perdagangan bursa ditutup menguat pada angka 6,355 Foto: Muhammad Luthfi Rahman

PT BESTPROFIT FUTURES JAMBI - Pasar saham Indonesia pada perdagangan kemarin terkapar di zona merah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambruk lebih dari 2% pada perdagangan Kamis (5/1/2023), meski bursa Asia-Pasifik dan Amerika Serikat (AS) cenderung menghijau.

IHSG ditutup ambruk 2,34% ke posisi 6.653,84. IHSG pun keluar dari zona psikologis 6.800 dan 6.700 hanya dalam sehari saja. PT BESTPROFIT

BEST PROFIT

Nilai transaksi indeks kemarin mencapai Rp 14,16 triliun dengan volume transaksi yang diperdagangkan mencapai 23,14 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali.

BESTPROFIT

Namun anehnya, ambruknya IHSG terjadi saat bursa Asia-Pasifik terpantau cerah bergairah, di mana pasar saham tetangga Indonesia yakni Singapura aja terpantau melesat lebih dari 1%.

Para analis mengungkapkan, terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab runtuhnya pasar saham saham Indonesia.

Kenaikan Suku Bunga The Fed

Direktur Equator Swarna Capital Hans Kwee mengungkapkan, anjloknya pasar saham Indonesia disebabkan oleh faktor global. The Fed yang masih akan menaikkan suku bunga Amerika Serikat (AS) masih menjadi faktor terbesar penyebab runtuhnya pasar saham RI.

"Bahkan pejabat the Fed Presiden Fed Minneapolis, Neel Kashkari, memperkirakan 5,4% atau masih ada 100 bps. Fed tidak akan menurunkan suku bunga di tahun 2023 setelah kenaikan 50 - 100 bps," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (6/1). PT BESTPROFIT FUTURES

BPF­

Selain itu, faktor lainnya berasal dari China yang sedang menghadapi gelombang Covid-19 dan berpotensi mencapai puncak di perayaan imlek tgl 19 Januari 2023. "Potensi ganguan ekonomi china akibat penyebaran virus covid 19," imbuhnya.

Serta, adanya tekanan terhadap harga komoditas akibat dari kenaikan suku bunga The Fed. Hal itu berpotensi mendorong ekonomi ke resesi.

Perlambatan Ekonomi Global

Senior Analis Pasar Keuangan dari DCFX Lukman Leong menyebut, faktor penyebab runtuhnya IHSG pada perdagangan kemarin karena kekhawatiran investor terhadap perlambatan ekonomi global yang akan menekan nilai ekspor komoditas.

"Terlebih rencana China menghapus larangan impor batubara dari Australia dikuatirkan akan menurukan rekor surplus perdagangan yang selama ini sangat dibantu oleh ekspor batubara yang harganya tinggi," ucapnya saat dihubungi oleh CNBC Indonesia.

Pelemahan Harga Komoditas

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memandang, IHSG yang terjun diatas 2% pada perdagangan kemarin disebabkan oleh beberapa sentimen negatif. Diantaranya, pelemahan harga komoditas minyak dunia. Pasalnya, beberapa waktu lalu batubara juga terkoreksi.

"Hal tersebut diakibatkan adanya rencana Tiongkok untuk membuka kembali impor batubara dari Australia," sebutnya kepada CNBC Indonesia.

Selain itu, faktor lainnya berasal dari sinyal hawkish The Fed dalam kebijakan moneternya untuk beberapa waktu ke depan dengan menurunkan angka inflasi ke 2% sesuai target. Serta, adanya potensi resesi dan perlambatan ekonomi global, dimana proyeksi IMF pada tahun ini hanya sebesar 2,7% dibandingkan tahun 2022 yang sebesar 3,2%.

"Dengan adanya sinyal (The Fed) tersebut, maka nampaknya ada shifting aset dari pasar saham ke pasar obligasi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya outflow dimarket sebesar Rp 877 miliar perdagangan sebelumnya," ucapnya.

Hal senada juga dikatakan oleh Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta Utama yang mengatakan bahwa ambruknya IHSG disebabkan faktor pelemahan harga saham berkapitalisasi pasar yang besar.

Adapun pelemahan harga saham berkapitalisasi besar dipengaruhi faktor eksternal terutama sentimen hawkish dari The Fed pada hasil risalah FOMC Meeting Minutes per Desember 2022.

"Perihal komitmen kuat dalam menurunkan laju inflasi AS (US CPI) dengan mempertahankan kebijakan pengetatan moneter yang agresif di sepanjang tahun ini," kata Nafan saat dihubungi oleh CNBC Indonesia.

Di sisi lain, sentimen negatif turut diperkuat dengan adanya faktor perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan kenaikan probabilitas resesi global di sepanjang tahun ini.

Musim Kampanye Mewarnai Pasar Saham RI

Head of Investment PT Reswara Gian Investa Kiswoyo Adi Joe berpendapat, pelemahan IHSG kemarin diwarnai oleh faktor musim kampanye yang menyebabkan adanya dana lokal uang keluar dalam jumlah besar. Sebab, net sell asing tidak sebesar dana lokal. Namun, akan ada di satu titik asing akan kembali membeli saham blue chip dalam jumlah besar.

"Karena sudah mau musim kampanye. Sehingga ada uang lokal yang keluar dari IDX," sebutnya dalam pesan singkatnya.

Menurutnya, perekonomian Indonesia disokong oleh konsumsi domestik yang kuat, sehingga menarik perhatian asing untuk kembali membeli saham blue chip di bursa saham Tanah Air.

Meskipun demikian, keluarnya dana dari pasar modal untuk biaya kampanye dapat menggerakkan roda ekonomi nasional. Sebab, dana tersebut digunakan untuk belanja. "Jadi ekonomi pasti berputar. Dengan uang tambahan itu. Karena ekonomi Indonesia yang di sokong konsumsi domestik kuat," tuturnya.

Switching Ke Obligasi

Sementara Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menyebut, Secara teknikal dengan ditutupnya IHSG di bawah MA20 kemarin sudah menjadi indikasi awal potensi terjadinya koreksi dan penyebab aksi jual.

"Kemungkinan aksi switching dari instrumen berisiko seperti saham ke instrumen lain yaitu obligasi," pungkasnya. Jakarta, CNBC Indonesia

No comments:

Post a Comment