Friday, May 19, 2023

Dolar AS Ngamuk! Rupiah Siaga Satu

 Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki) Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah 0,3% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.860/US$ Rabu lalu dan libur kemarin. Tekanan bagi rupiah berisiko semakin kuat, melihat indeks dolar AS yang melesat 0,7% ke 103,58 pada perdagangan Kamis, level tertinggi sejak 20 Maret lalu.

Isu pagu utang Amerika Serikat menjadi pemicu penguatan dolar AS.

Ketua DPR Kevin McCarthy optimistis kesepakatan kenaikan pagu utang akan dicapai sebelum Amerika kehabisan uang.

"Saya melihat jalan di mana kami bisa mencapai kesepakatan. Dan saya pikir kami memiliki struktur sekarang, semua orang bekerja keras, dan maksud saya, kami bekerja dua atau tiga kali sehari, begitu seterusnya, mencapai lebih banyak angka," kata McCarthy.

Sinyal dari McCarthy yang berasal dari oposisi yakni Partai Republik tentunya memberikan optimisme ke pasar jika kenaikan pagu utang akan segera tercapai dan AS tidak akan mengalami default. Dolar AS pun melesat, yang berisiko membuat rupiah terpuruk hari ini.


Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR saat ini berada jauh di bawah rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50), MA 100 dan MA 200 yang tentunya memberikan tenaga rupiah menguat.

Penguatan Mata Uang Garuda semakin terakselerasi setelah sukses menembus Rp 15.090/US$ yang sebelumnya menjadi support kuat.

Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50% yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Sayangnya rupiah yang juga sebelumnya mampu menembus ke bawah Fib. Retracement 61,8% kini kembali ke atasnya.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian kini sudah masuk wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang mulai masuk overbought membuka peluang penguatan rupiah.

Tapi mengingat dolar AS sedang kuat-kuatnya, risiko pelemahan tentunya masih besar. Resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.860/US$, jika ditembus ada risiko rupiah melemah ke Rp 14.940/US$ - Rp 14.950/US$ yang merupakan MA 50. Jika level tersebut juga dilewati, rupiah berisiko melemah jauh.

Selama bertahan bertahan di bawah Rp 14.900/US$, rupiah berpeluang menguat ke kisaran Rp 14.830/US$ - Rp 14.800/US$.

CNBC INDONESIA RESEARCH

No comments:

Post a Comment