Wednesday, August 2, 2023

Kekhawatiran Sri Mulyani Terjadi, Rupiah Kena Hantam Pagi Ini

 Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki) Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

PT BESTPROFIT FUTURES JAMBI - Rupiah kembali ambruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah pelaksanaan aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE).

Dilansir dari Refinitiv, Rupiah melemah 0,13% terhadap dolar AS ke level Rp 15.130/US$1. Posisi hari ini juga menjadi yang terendah sejak 11 Juli 2023 atau 16 hari terakhir.
Pelemahan ini melanjutkan tren kemarin yang juga melemah sebesar 0,23% ke Rp 15.110/US$1.

Ambelsnya rupiah pada hari ini menunjukkan kekhawatiran Menteri Keuangan Sri Mulyani menjadi kenyataan. Sri Mulyani memperingatkan dampak inflasi tinggi di negara maju terhadap nilai tukar mata uang negara berkembang. PT BESTPROFIT

BEST PROFIT

Dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Sri Mulyani membeberkan bahwa tekanan inflasi di negara maju masih relatif tinggi meskipun saat ini trennya sedang dalam penurunan.

"[Tekanan inflasi] dipengaruhi oleh perekonomian yang masih tetap kuat dan pasar tenaga kerja yang relatif ketat," ungkap Sri Mulyani usai rapat KSSK, Selasa (1/8).

Kondisi tersebut diperkirakan akan kembali mempengaruhi kebijakan moneter negara maju, dengan kenaikan suku bunga acuan, khususnya dari negeri Paman Sam yang belum lama ini baru saja menaikkanpolicy rate(Federal Fund Rate/FFR) 25 basis poin (bps).

"Perkembangan ini sebabkan aliran modal ke negara-negara berkembang akan menjadi lebih selektif," lanjut Sri Mulyani. BESTPROFIT


Dengan aliran modal yang semakin selektif maka ada konsekuensi mengerikan lainnya termasuk meningkatkan potensi tekanan terhadap nilai tukar di negara-negara berkembang, termasuk ke Indonesia.

Tingginya kekhawatiran pelaku pasar internasional itu juga yang membuat sentimen positif ke rupiah kurang bekerja, termasuk dari pelaksanaan DHE. PT BESTPROFIT FUTURES

BPF

Aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) telah diberlakukan sejak 1 Agustus 2023. Beberapa perubahan aturan baru terkait DHE Sumber Daya Alam (SDA) ke dalam perbankan di dalam negeri.

Di antara perubahan tersebut, eksportir diwajibkan menyimpan 30% dari DHE dalam sistem keuangan Indonesia untuk jangka waktu tertentu.

Aturan DHE ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2023 yang resmi berlaku hari ini. Di dalam aturan ini, pemerintahan mewajibkan para eksportir yang memiliki nilai ekspor pada Pemberitahuan Pabean Ekspor (PPE) paling sedikit US$ 250.000 atau ekuivalennya untuk menempatkan DHE nya ke rekening khusus.

Hasil konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) kemarin pun menunjukkan bahwa BI telah menyiapkan instrumen term deposit valas dengan bunga menarik.

Gubernur BI Perry Warjiyo mencontohkan suku bunga term deposit valas DHE simpanan di atas US$ 10 juta, suku bunganya 5,385% untuk 3 bulan dan untuk 6 bulan sebesar 5,51%.

"Suku bunga tersebut jauh lebih tinggi dari suku bunga valas yang ditawar kepada nasabah, dan juga jauh lebih tinggi dari suku bunga dari beberapa bank di luar negeri," kata Perry dalam konferensi pers KSSK, Selasa (1/8/2023).

Selain itu, sentimen positif juga datang dari hasil rilis data laju inflasi Indonesia yang menunjukkan kembali turun menjadi 3,08% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari bulan sebelumnya yang sebesar 3,52%.

Adapun, angka inflasi yang turun hingga 3,08% membuktikan bahwa ramalan Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo benar adanya. Perry memperkirakan inflasi Juli 2023 bisa turun hingga di bawah 3,5%, lebih rendah dibandingkan bulan lalu.

"Alhamdulillah bulan lalu (Juni) ada 3,5 persen (inflasi). Insya Allah bulan ini bisa di bawah 3,5 persen. Insyaallah tahun ini 3,3 persen," tegasnya, dikutip Selasa (1/8/2023).

Sedangkan dari faktor eksternal, terpantau data aktivitas manufaktur (PMI manufaktur) AS periode Juli 2023 versi S&P Global dan ISM yang menunjukkan bahwa data PMI terakhir dari AS masih di area kontraksi.

Sementara dari kawasan Asia-Pasifik kondisi manufaktur Jepang dan China juga terpantau masih dalam area kontraksi, walaupun untuk nilai PMI negeri asal Panda mengalami perbaikan.

Hal ini perlu dicermati sebab Jepang dan China merupakan negara tujuan ekspor Indonesia. Jika kedua negara ini mengalami kontraksi, maka pasokan dolar AS untuk pasar dalam negeri menjadi berkurang sehingga rupiah berpotensi melemah.

CNBC INDONESIA RESEARCH

No comments:

Post a Comment