Wednesday, October 12, 2022

Ada Yang Lebih Ngeri Dari Resesi, Warga RI Perlu Siapkan Ini

 Siap-siap! RI Harus Mitigasi Berakhirnya  Foto: Siap-siap! RI Harus Mitigasi Berakhirnya "Bulan Madu" Komoditas (CNBC Indonesia TV)

PT BESTPROFIT FUTURES JAMBI  - Berbagai ancaman keuangan diprediksi menghadang perekonomian global, mulai dari inflasi, resesi hingga stagflasi yang berkelindan membuat prospek pertumbuhan ekonomi dunia benar-benar suram.

Bahkan, Presiden Bank Dunia David Malpass pekan lalu mengatakan itu adalah sebuah tantangan berupa badai sempurna yang dapat menihilkan puluhan tahun hasil kerja pembangunan ekonomi.

Stagflasi adalah kombinasi maut antara inflasi tinggi dengan laju perekonomian rendah, sementara resesi adalah kontraksi ekonomi berturut-turut, biasanya dua periode secara tahunan. PT BESTPROFIT


Dalam laporan prospek ekonomi global pada awal Juni lalu, Bank Dunia menyatakan risiko stagflasi meningkat di tengah perlambatan ekonomi. Kerusakan berlipat akibat pandemi Covid-19, Invasi Rusia ke Ukraina memperbesar risiko perlambatan global, yang membuat dunia memasuki fase pertumbuhan ekonomi lemah dan inflasi tinggi, ungkap laporan itu.

Naiknya risiko stagflasi, paling banyak akan berdampak pada rakyat negara berpendapatan menengah dan bawah, dibandingkan negara maju.

Perekonomian dunia diprediksi merosot dari tumbuh 5,7% pada 2021 menjadi hanya 2,9%, jauh lebih rendah dari estimasi Bank Dunia pada Januari. Hitungan mereka, kombinasi dampak pandemi dan invasi Rusia membuat tingkat pendapatan per kapita negara berkembang turun 5% di bawah level capaian sebelum pandemi. BEST PROFIT

BESTPROFIT

Bagaimana Bila Terjadi di Indonesia?

Dari dua syarat kombinasi maut stagflasi, Indonesia masih terbilang beruntung karena 'amit-amit' kurang dari risiko itu. Tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) negeri ini boleh dibilang lumayan tinggi, bila dibandingkan negara sepantaran, yakni 3,69% year-on-year (yoy) tahun lalu dan diharapkan 5,2% tahun ini. PT BESTPROFIT FUTURES

BPF­

Namun, ancaman inflasi tinggi tampak begitu nyata setelah Badan Pusat Statistik melaporkan indeks harga konsumen pada bulan September secara bulanan mencapai 1,17%, tertinggi sejak Desember 2014. Adapun secara tahunan sebesar 5,95%, cukup tinggi.

Terlepas dari ada atau tidaknya risiko stagflasi di Indonesia, berikut ini beberapa hal yang perlu dipersiapkan bila ancaman itu terjadi di level global sehingga berimbas ke Indonesia, atau benar benar terjadi.

1. Cash is the king!

Prioritas pertama adalah memiliki dana tunai yang cukup untuk memenuhi kebutuhan primer. Ini penting karena dalam fase stagflasi, pendapatan dari gaji maupun keuntungan dari usaha, khususnya UMKM akan susah untuk berkembang, sementara biaya kebutuhan hidup meningkat.

Membuat skala prioritas pengeluaran amat penting dilakukan agar tidak 'kehabisan bensin' di tengah perjalanan. Menjual aset yang kurang likuid amat disarankan, seperti properti sebelum harganya benar-benar hancur, atau bahkan tak ada pembeli sama sekali.

2. Berinvestasi pada aset jangka pendek

Meskipun kondisi sulit investasi diperlukan untuk tetap mempertahankan nilai uang yang termakan oleh inflasi. Tetapi disarankan untuk membenamkan dana pada produk investasi jangka pendek dan likuid, seperti deposito yang bunganya akan tinggi akibat tight monetary policy, reksadana pasar uang, hingga surat perbendaharaan negara.

3. Mengambil kontrak kredit syariah

Apabila terpaksa meminjam, baik itu kredit konsumsi maupun kepemilikan rumah usahakan meneken kontrak syariah yang tidak mengenal bunga mengambang. Kalaupun toh harus skema konvensional, usahakan mengunci kontrak pinjaman dengan bunga tetap untuk periode yang agak panjang, di atas lima tahun sembari berharap badai stagflasi berlalu.

4. Tutup pinjaman suku bunga mengambang

Ini penting dilakukan karena inflasi yang tinggi akan membuat Bank Indonesia menerapkan kebijakan suku bunga tinggi untuk memerangi inflasi. Pihak terdampak paling besar adalah masyarakat yang memiliki utang dengan skema bunga mengambang atau floating rate. Segera tutup atau ubah skema pinjaman menjadi suku bunga tetap agar tidur anda lebih nyenyak.

5. Khusus bagi yang punya dana

Krisis selalu melahirkan orang-orang kaya. Maka, di saat stagflasi lah masa diskon besar-besaran belanja bagi orang-orang yang punya banyak sisa dana. Banyak perusahaan akan dijual murah, demikian pula akan banyak emiten yang harga sahamnya jauh di bawah nilai wajar.

6. Career break

Masa-masa ini mungkin paling tepat bila ingin berhenti sejenak dari karir untuk meneruskan studi, tentu bila tabungan sudah cukup. Mengapa, karena pada masa ini biasanya peluang karir berkembang minim, disebabkan perusahaan sulit mengatur bugdet pengeluaran, sehingga peluang kenaikan gaji atau pangkat akan lebih sedikit.

Jakarta, CNBC Indonesia

No comments:

Post a Comment