Tuesday, October 4, 2022

Kisruh Credit Suisse, Korban Pertama Krisis Keuangan Eropa?

 FILE PHOTO: The logo of Swiss bank Credit Suisse is seen at a branch in Winterthur, Switzerland November 2, 2017. REUTERS/Arnd Wiegmann Foto: REUTERS/Arnd Wiegmann

PT BESTPROFIT FUTURES JAMBI  - Penurunan tajam harga saham dan obligasi Credit Suisse memunculkan spekulasi liar bila bank papan atas Eropa itu akan menjadi korban pertama dari pelbagai krisis yang sedang melanda benua biru.

Ada yang bilang, nasibnya seperti kebangkrutan Lehman Brothers pada September 2008 yang menandai ledakan krisis finansial di Amerika Serikat.

Pada perdagangan Senin (3/10/2022) harga saham bank papan atas itu anjlok lagi 10%. Melanjutkan drop lebih dari 25% pada bulan lalu dan berada di bawah CHF 4. Sementara, harga salah satu obligasinya yang jatuh tempo pada 2032 pada Senin (3/10/2022) turun 7 sen menuju 70 sen, dan obligasi jatuh tempo 2033 telah drop di harga 53.0 sen. 


Tekanan harga tersebut telah mendorong CEO Ulrich Körner mengirimkan memo kepada seluruh para karyawannya pada hari Jumat. Isinya mencoba meyakinkan para staf mengenai posisi permodalan dan likuiditas bank. Namun, tekanan harga terus berlanjut pada perdagangan Senin, dimana pada sesi pembukaan anjlok 9%.

Indikasi awal, bank terbesar kedua di Swiss itu menjadi perhatian pasar karena serangkaian kegagalan dan kerugian yang dideritanya. Diantaranya, kerugian nyaris 4 miliar Swiss francs (US$4 miliar) pada tiga kuartal terakhir, sementara biaya pinjaman melonjak akibat penurunan rating, seperti dikutip dari Reuters.

Sementara itu, Financial Times melaporkan para eksekutif Credit Suisse menghabiskan akhir pekannya untuk berjibaku meyakinkan klien-klien besar, counterpart bisnis, dan investor tentang likuiditas dan posisi modal sebagai respons atas kekhawatiran mengenai kesehatan finansial bank papan atas tersebut.

Dilaporkan, mereka menelpon satu persatu klien setelah tersebar kabar mengenai kenaikan tajam credit default swaps Credit Suisse, atau premi asuransi proteksi gagal bayar, yang pada hari Jumat pekan lalu naik tajam, mengindikasikan kekhawatiran investor akan kesehatan bank tersebut.

"Tim aktif menghubungi klien-klien utama dan partner bisnis pada akhir pekan," ujar salah satu eksekutif yang terlibat dalam aktifitas tersebut. "Kami juga mendapatkan telepon dari investor besar kami yang memberikan pesan dukungan," ujarnya. Jakarta, CNBC Indonesia

TIM RISET CNBC INDONESIA

No comments:

Post a Comment