Thursday, February 1, 2024

Perusahaan Motor Listrik Keponakan Luhut Pakai LFP, Ini Alasannya

 Sejumlah pengemudi Gojek bersiap untuk mengendarai motor listrik usai peresmian shelter motor listrik G20 di kawasan pariwisata ITDC Nusa Dua, Bali, Rabu (19/10/2022). Sebanyak 50 motor listrik dengan merek Gesits dan Gogoro disediakan Electrum untuk armada ojek online (ojol) Gojek dalam penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Indonesia, yang akan berlangsung pada 15-16 November 2022 mendatang di Nusa Dua, Bali. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto) Foto: Sejumlah pengemudi Gojek bersiap untuk mengendarai motor listrik usai peresmian shelter motor listrik G20 di kawasan pariwisata ITDC Nusa Dua, Bali, Rabu (19/10/2022). Sebanyak 50 motor listrik dengan merek Gesits dan Gogoro disediakan Electrum untuk armada ojek online (ojol) Gojek dalam penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Indonesia, yang akan berlangsung pada 15-16 November 2022 mendatang di Nusa Dua, Bali. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Electrum, perusahaan patungan antara PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) masih menunggu hilirisasi nikel terpenuhi agar bisa beranjak 100% dari penggunaan baterai Lithium Ferro Phosphate (LFP) ke Nickel Mangan Cobalt (NMC).

"Sebagian besar (baterai) sekarang ada litiumnya, ada dikit nikelnya," ungkap Direktur Utama Electrum Pandu Sjahrir saat dikonfirmasi wartawan di Jakarta, Kamis, (31/1/2024).

Masih mendominasinya baterai LFP di perusahaan produsen motor listrik ini lantaran perusahaan mau menunggu baterai nikel bisa diproduksi langsung di Indonesia. Sehingga, harganya nanti akan lebih murah.

Produksi baterai nikel memang menjadi salah satu program yang tengah dikejar pemerintah. Hal ini dilakukan melalui hilirisasi dan pelarangan ekspor bijih nikel mentah ke luar negeri.

"Yang terjadi saat ini tuh nikel Indonesia belum kita kelola penuh jadi baterai. Sehingga, banyak dikirim balik ke luar, dikelola di sana, terus dikirim lagi ke kita. Jadi apa yang harus dilakukan adalah hulu ke hilir selesai, kita bisa off-take langsung di Indonesia, lebih murah," jelasnya.

Ia pun meargetkan, Electrum bisa memakai baterai NMC berbahan dasar nikel secara penuh pada tahun 2025-2026.

"Kalau bisa tergetnya nanti semua (baterai pakai nikel). Karena nikel yang lebih konsisten, nikel tuh actually as a base buat baterai tuh lebih kuat, lebih tahan lama," kata dia.

Jika ekosistem telah berjalan dengan baik, maka Pandu tak menutup kemungkinan akan membawa Electrum untuk melantai di bursa melalui Initial Public Offering (IPO). Namun, rencana ini belum akan terjadi di waktu dekat.

"Kalau anda lihat juga buat elektrifikasi kendaraan bermotor tuh masih rendah jadi tugas kita naikin dulu. Baru kita nanti mikirin soal IPO-nya. Tapi memang kita harus mulai mikirin soal kapan kita untuk mulai jadi perusahaan terbuka," kata dia.

Polemik Baterai LFP VS Nikel

Sebagaimana diketahui, Pandu Sjahrir merupakan keponakan dari Menko Maritim dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Panjaitan. Sebelumnya, Luhut pernah membantah paparan Co-Captain Timnas AMIN Tom Lembong yang mengatakan saat ini baterai mobil listrik Tesla pabrikan China sudah tidak menggunakan komponen nikel lagi melainkan memakai Lithium-Ferro-Phosphate (LFP).


Tom Lembong memang pernah mengatakan bahwa Tesla telah meninggalkan nikel dan beralih ke LFP. Luhut menyebutkan bahwa pernyataan Tom Lembong salah.

Dia mengatakan bahwa baterai mobil listrik Tesla yang dibuat di Shanghai, China, sebagian masih menggunakan komponen berbasis nikel yang disuplai oleh LG Korea Selatan.

"Tidak benar pabrik Tesla di Shanghai menggunakan 100% LFP atau Lithium-Ferro-Phosphate untuk mobil listriknya. Mereka masih tetap menggunakan nickel based battery. Jadi seperti suplai nickel based battery itu dilakukan oleh LG Korea Selatan untuk model mobil listrik yang diproduksi Tesla di Shanghai," ungkap Luhut melalui akun Instagram resminya, dikutip Kamis (25/1/2024).

Kendati demikian, Luhut membenarkan bahwa memang ada baterai mobil listrik Tesla yang menggunakan komponen LFP seperti yang dikatakan oleh Tom Lembong. Luhut menyebutkan hal itu lantaran penelitian mengenai LFP semakin berkembang yang tidak menutup kemungkinan penggunaan komponen nikel akan berkurang.

"Memang ada (komponen) LFP karena penelitian mengenai LFP semakin berkembang yang satu ketika tidak tertutup kemungkinan nikel ini semakin berkurang penggunaannya," tambahnya.

Namun, Luhut menilai bahwa Indonesia masih harus terus menggenjot hilirisasi nikel dalam negeri dengan terukur. Hal itu dilakukan agar Indonesia tidak mengekspor nikel dalam keadaan mentah.


No comments:

Post a Comment