Wednesday, July 6, 2022

Bukan Resesi, Dunia Bakal Hadapi Long Recession!

 [THUMB] Resesi Foto: Arie Pratama

PT BESTPROFIT FUTURES JAMBIIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya sukses menguat setelah jeblok enam hari beruntun dengan total nyaris 7%. Sayangnya bangkitnya IHSG belum mampu diikuti oleh rupiah dan pasar obligasi, di mana mayoritas tenor Surat Berharga Negara (SBN) mengalami pelemahan.

Meski demikian, IHSG masih rentang kembali merosot, begitu juga dengan rupiah yang bisa menembus ke atas Rp 14.500/US$ pada perdagangan Rabu (6/7/2022), sebab itu resesi dunia terus menghantui. Bahkan tidak sekedar resesi, ada yang memperkirakan akan terjadi long recession, yang akan dibahas pada halaman 3 dan 4.  PT BESTPROFIT


IHSG Selasa kemarin sukses mencatat penguatan 0,97% ke 6.703,266. Sayangnya, investor asing masih melakukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 575,51 miliar di pasar reguler, tunai dan nego. BEST PROFIT



Sementara itu rupiah tercatat melemah 0,13% melawan dolar Amerika Serikat ke Rp 14.985/US$ yang merupakan level terlemah sejak Mei 2020. Rupiah kini berjarak 0,1% saja dari level psikologis Rp 15.000/US$. BESTPROFIT

PT BESTPROFIT FUTURES

Pelemahan rupiah terus dipantau oleh Bank Indonesia. Gubernur BI, Perry Warjiyo memberikan sinyal kebijakan baru dalam menyikapi perkembangan ekonomi global yang penuh ketidakpastian dan mempengaruhi kondisi dalam negeri.

Hal ini disampaikan Perry dalam siaran pers yang diterbitkan Senin (4/7/2022). Sederet ketidakpastian global ditandai dengan risiko stagflasi seiring kenaikan suku bunga kebijakan secara global di tengah ekonomi yang baru pulih, serta makin luasnya kebijakan proteksionisme oleh berbagai negara.

"Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan ekonomi dan keuangan global dan domestik, merumuskan dan melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan stabilitas makroekonomi dan stabilitas keuangan, termasuk penyesuaian lebih lanjut stance kebijakan bila diperlukan, serta terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional," jelasnya.

Kalimat "penyesuaian stance lebih lanjut" bisa menjadi indikasi BI mulai mempertimbangkan menaikkan suku bunga guna menjaga stabilitas rupiah, serta inflasi yang mulai menanjak.

Dari pasar obligasi, hanya SBN tenor 25 dan 30 tahun yang mengalami penguatan tipis.

Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi, ketika yield turun harganya naik, begitu juga sebaliknya. Saat harga naik, berarti ada aksi beli. Meski belakangan ini pasar obligasi bergerak lebih stabil ketimbang pasar saham, tetapi capital outflow yang terjadi sangat besar.


Total dana asing yang keluar dari pasar obligasi Indonesia menembus US$ 3,1 miliar pada kuartal lalu. Investor asing meninggalkan Indonesia bukan karena faktor fundamental domestik tetapi lebih karena kekhawatiran resesi.

Data Bank Indonesia menunjukkan hingga semester satu tahun ini, terjadi outflow di pasar SBN sebesar Rp 111,12 triliun  Jakarta, CNBC Indonesia 

No comments:

Post a Comment