Thursday, July 7, 2022

Hati-hati! Rupiah Diproyeksi Bisa Melemah hingga Rp 16.000

 Ilustrasi rupiah.

PT BESTPROFIT FUTURES JAMBI - Ekonom CELIOS, Bhima Yudisthira mengatakan pelemahan rupiah sudah diprediksi sebelumnya, karena tekanan eksternal yang menguat. Alhasil rupiah diproyeksi akan melemah hingga Rp 16.000 pada akhir tahun ini.

Ia mengatakan saat ini pelemahan nilai tukar rupiah baru awal. Tekanan berikutnya terjadi saat kenaikan Fed rate atau suku bunga acuan AS. Faktor resesi ekonomi secara global seperti yang disampaikan oleh berbagai lembaga keuangan menjadi kekhawatiran mendasar pelaku pasar. PT BESTPROFIT


"Misalnya proyeksi Citi Group terkait risiko dunia mengalami resesi kini sebesar 50% dalam 18 bulan ke depan. Di saat yang bersamaan, BI masih menahan suku bunga acuan saat terjadi kenaikan inflasi Juni sebesar 4,35% (yoy) sehingga imbasnya arus keluarnya dana asing masih akan tinggi," tegasnya saat dihubungi Kamis (7/7/2022). BEST PROFIT


Dengan kondisi tersebut, Bhima meminta pemerintah mempersiapkan jika terjadi skenario terburuk yakni inflasi naik dan daya beli masyarakat kontraksi. Pendapatan ekspor komoditas yang selama ini menopang surplus perdagangan bisa berbalik arah mengingat harga CPO dan batu bara mulai menurun sebulan terakhir. BESTPROFIT

PT BESTPROFIT FUTURES

BPF

"Defisit APBN melebar sehingga beban untuk pembayaran bunga utang terutama SBN (surat berharga negara) meningkat tajam. Masyarakat harus segera lakukan ikat pinggang, atur dana darurat, dan alihkan investasi ke aset yang aman baik dolar maupun emas. Kita tidak tahu secara pasti, apakah 2 tahun ke depan resesi akan berakhir karena seluruh negara sedang mempersiapkan cadangan pangan secara agresif," tegasnya.

Lebih lanjut Bhima meminta tim Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melakukan strategi jangka pendek. Pertama, melakukan stres test terhadap perbankan, asuransi dan lembaga keuangan lain terutama berkaitan dengan dampak resesi di AS, keluarnya modal asing, dan kenaikan suku bunga yang eksesif (Fed rate naik >4 kali setahun).

Oleh karena itu, ia mengimbau BI segera menaikkan suku bunga acuan BI 50 bps sebagai langkah pre-emptives hadapi tekanan inflasi di semester ke II 2022.

"Memperbaiki jaring pengaman sistem keuangan terutama skenario bail in dan tambah negara mitra LCS (local currency settlement) dan beri insentif lebih besar bagi pelaku usaha ekspor agar menukar devisa dolar dengan rupiah. Serta mendorong serapan investor domestik dalam SBN untuk cegah volatilitas akibat keluarnya investor asing di pasar obligasi"tuturnya. Jakarta, Beritasatu.com

No comments:

Post a Comment